0.4 Come And Go

42 27 0
                                    

•°•°•°•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


°•°•°

|•Naresh pov.

Aku bertanya-tanya mengapa Atharya membunuh orang tuaku, aku masih tidak percaya. Disisi lain diriku juga bertanya mengapa Lyora tidak menghubungiku dan datang ke makam orang tuaku.

Aku menghubungi Lyora, namun ia tidak mengangkatnya. Ku coba tanya kepada teman kerjaku, setelah mendapat informasi tentangnya hatiku sakit. Lyora resign dari pekerjaan, ia pindah ke luar kota dan melanjutkan hidup dengan suaminya. Aku ditinggalkan oleh ketiga orang yang berharga bagiku.

|•Off.
_

Hari sudah menjelang sore, aku harus segera menemui Jihan untuk mengetahui hasil dari sidik jari tersebut. Aku berdoa untuk yang terbaik, semoga saja hasilnya bukan sidik jari Atharya.

"Mari Sagara." Ajakku dan ia segera mengambil kunci mobil.

Diperjalanan jantungku berdetak kencang karena takut untuk melihat hasilnya. Pertemananku dan Atharya begitupun Naresh sangat erat saat kecil dulu hingga sekarang, walaupun sekarang jarang berkomunikasi karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aku tidak ingin pertemanan kami rusak dengan masalah besar ini.

Setelah sampai, aku segera masuk menemui Jihan. Tidak ada percakapan antara aku dan Sagara.

"Kalian sudah sampai." Sahut Jihan Berly.

"Bagaimana hasilnya?" Tanyaku penasaran, namun Jihan malah membalas dengan ekspresi kecewa.

"Hasil dari sidik jari tersebut adalah milik Atharya Marva."

"Sungguh?!"

"Ya, aku sudah mencocokkannya."

Badanku melemas tidak bertenaga sama sekali. Sagara menopang tubuhku, aku sungguh terkejut. Mengapa harus Atharya, aku tidak percaya ini.

"Jihan ini pasti ada kesalahan." Ucapku tidak percaya.

"Aku sudah bekerja keras, detektif Alexandra."

Diperjalanan pulang tidak ada percakapan antara diriku dan Sagara. Aku terlalu terkejut hingga tidak bisa berkata-kata. Sagara fokus menyetir mobil, dan aku mempersiapkan diri untuk melihat Atharya di borgol.

"Bagaimana hasilnya?" Tanya ketua tim.

Semua orang berdiam diri, bertanya-tanya milik siapa bukti sidik jari tersebut. Aku tidak mampu menjawab, air mataku menetes menahan sesak dan Sagara mengeluarkan borgol dari sakunya.

"Atharya anda ditahan atas pelaku pembunuhan suami istri dan juga seorang saksi." Ucap Sagara memborgol lalu Atharya menatapnya heran.

"Tunggu-tunggu bagaimana mungkin?!" Sahut ketua tim.

"Sidik jari yang ditemukan milik Atharya." Ucapku memberikan berkas sidik jari dan menahan sesak.

"Bagaimana bisa detektif menjadi pelaku kasus pembunuhan?!" Ucap ketua tim dengan ekspresi prustasinya.

Seven [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang