Sesuai perjanjian dengan Qinara, malam ini cewek itu akan pergi ke mall bersama dengan 4 sahabatnya. Mirae yang sudah mengenakan baju kodok selutut dengan kaos putih yang menjadi dalemannya, kini tengah sibuk mengikat tali sepatu putihnya, dan Rayshi hanya bersandar di pintu dengan kedua tangan menyilang di depan dada.
"Lo sampai jam berapa diluar?" Tanya Rayshi sebagai antisipasi mengingat adek perempuannya suka gak tau waktu kalau udah keluar dari rumah.
"Jam setengah sepuluh gue sampe rumah" jawabnya dengan ketus, masih kesal dengan abangnya perihal 'jemputan'
Rayshi terkekeh "kalau ada apa-apa telpon gue"
Mirae menghentikan aksinya. Ia menatap sang Abang dengan sinis, "gue nelpon lo, terus lo nya nelpon Wildan buat jemput gue. Basi"
Alis Rasyhi bertaut "lo kenapa berfikir begitu?" Tanyanya membuat Mirae menghela nafas.
"Dah lah bang, gue pamit"
"Hm, inget lo jangan malem-malem!" Teriak Rayshi, Mirae hanya mengacungkan jempolnya sebelum akhirnya tubuh cewek itu menghilang dibalik pagar yang sudah tertutup.
Mirae mengedarkan pandangannya, ia baru mendudukkan dirinya di kursi halte untuk menunggu sesuai dengan perjanjian sebelumnya.
Menghela nafas, Mirae memutuskan untuk bermain ponselnya sejenak sebagai penghalau rasa bosan. Mungkin temannya akan cukup lama sam-
Tiinn... Tiinn...
Baru bilang.
Mirae segera berdiri dari tempatnya, bertepatan dengan Qinara yang keluar dari pintu kemudi sambil nyengir kuda. "Nunggu lama ya?"
Mirae memutar bola mata dengan tangan kanan menarik knop mobil "sejam ampe gue lumutan"
"Etdah"
"Qin, ayok!" Panggil Paveela membuat Qinara tersadar dan kembali masuk ke mobilnya.
"Lo pada pakek sabuk pengaman jangan lupa" ujar Qinara sebelum menancapkan pedal gas.
"Kayak lo nya pakek aja" sinis Dyara yang duduk di samping si kemudi.
"Dia mah gampang. Nyawa ilang, yang penting dosa bejibun" saut Paveela, Qinara mendengus dengan tatapan tetap terfokus ke depan.
"Gak gitu anjim"
Sontak hal itu sempat menciptakan gelak tawa 4 temannya yang masih 1 mobil dengan Qinara. Qinara menghembuskan nafas kasar. Biarlah mereka tertawa, setidaknya ia bisa mengembalikan mood teman-temannya yang sempat down.
"By the way, tiket bioskop udah lo beli Pav?" Tanya Alena sembari mengarahkan kaca mobil ke arah Paveela.
"Udah, untung gue gercep. Kalau nggak, salah satu dari kita harus ada yang gak ikut" tutur Paveela
"Kalau begitu, berarti lo yang gak ikut" kata Qinara sambil menjilat bibir bawahnya yang terasa kering.
"Lah kok gue?"
"Kan salah lo. Lo yang di kasih amanah, tapi lo nya malah kehabisan tiket" balas Mirae dengan tatapan mengejek, padahal sebelumnya cewek itu sibuk memandangi jalan dengan pikiran bercabang.
"Kenapa jadi gue yang di pojokkin, anjim? Serah lo pada ah!" Sungut Paveela membuat Mirae dan Alena tertawa ringan.
Perjalanan menuju mall pun dipenuhi oleh keributan yang sangat unfaedah. Bahkan Dyara yang tidak biasanya ikutan, kini jadi ikut nimbrung guna menjadi tokoh pemanas.
"Lanjutkan Mirae! Kasih kata-kata keramat lo kalau bisa!" heboh Dyara, Mirae menarik nafas.
"Udah Dyar, kasian sahabat gue ini. Nanti makin terpojok" kekeh Mirae
"Sialan lo"
Mirae lagi-lagi terkekeh. Tak lama, mobil yang di kendarai Qinara telah berhenti di parkiran lalu setelahnya, mereka segera berjalan menuju pintu masuk.
Aneh, lagi-lagi Mirae merasa ada yang janggal dengan sekitar. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh tempat, namun nihil. Ia tidak bisa menjawab apa yang menjadi kejanggalan di hatinya.
"Pav" panggil Mirae dengan langkah terhenti.
Paveela berbalik arah menatap Mirae dengan alis terangkat satu, "kenapa?"
"Lo ngarasa ada yang aneh gak, sama gue?" Tanya Mirae. Paveela memperhatikan Mirae dari atas sampai bawah. Ia kembali menatap kedua netra cewek itu, lalu mengangguk pelan.
"Kaos putih lo ketumpahan minuman ya?" Tanya Paveela membuat Mirae mengecek kaos yang digunakannya, seperkian detik berikutnya ia berdecak.
Ternyata noda ini yang telah membuatnya merasa janggal?
'Tapi kenapa gue masih ngerasa ada yang aneh? Apa perasaan gue aja?'
"Elah, malah bengong lo" ujar Paveela dengan dengusan kesal yang terdengar samar di telinga Mirae.
Mengindikkan kedua bahunya acuh, Mirae menarik pergelangan tangan Paveela menuju 3 temannya yang sedang memesan pop corn dan minuman.
"Lo berdua udah gue pesenin. Gue sama yang lain duluan" ucap Dyara yang hanya dibalas anggukan oleh Paveela. Paveela kembali menatap Mirae yang lagi-lagi hanya terdiam.
"Mir, jangan bengong lo. Ampe lo kerasukan, gue gak tanggung lo, ya!" Sungut Paveela.
Ia merasa bingung dengan tingkah Mirae sejak tadi. Bahkan pesanan milik cewek didepannya pun harus ia terima akibat Mirae tak kunjung terlepas dari tatapannya yang lurus ke arah pintu masuk.
Mirae tersadar, ia sedikit meringis ketika menyadari keberadaan Paveela "sorry, sorry. Gue gak fokus" ucapnya sambil menerima sebuah pop corn dan segelas sprite.
Tatapan Paveela mulai menelisik wajah Mirae, ada yang tidak beres dengan sahabat yang biasanya bagaikan toa masjid itu.
"Lo ngapa natap gue begitu?"
Paveela mendengus mendengarnya, ia memutar bola matanya sebelum akhirnya ia menarik tangan Mirae yang hanya nge gerutu.
—•—
Usai menonton film, kelimanya langsung beranjak ke restoran mengingat perut mereka sudah kosong. Bahkan cacing-cacingnya sudah berteriak minta diisi.
Mirae menghela nafas pelan. Ia hanya memesan minuman, mengingat dirinya sedang dilanda ke gelisahan yang membuatnya hilang nafsu makan.
Mengecek jam yang tertera di layar ponselnya sebentar, Mirae kembali mematikan ponselnya kalau saja, suara notifikasinya yang berbunyi tidak menarik perhatiannya.
Untuk menghilangkan rasa penasarannya, Mirae segera menyalakan layar ponselnya, dan dari situ ia baru sadar dengan kejanggalan yang terus menghantui perasaannya.
Ketos Belagu
Online|Pulang, udah malem
|Gak usah nyariin gue, gue ada di
sekitar lo—•—
See u next Part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Truth
أدب المراهقينAwal pertemuan itu membuat keduanya saling mengenal, hal klasik namun tidak bisa membuat Mirae Arliezh bisa mengulang nya kembali. Takdir itulah yang membuat nya harus melupakan, mengikhlaskan juga merelakan sosok yang telah memberinya harapan palsu...