05 - Different

6 1 0
                                    

Cukup teman-temannya sadari, hari ini Wildan terlihat sedikit aneh di pandangan mereka. Disaat yang lain sedang sibuk rapat, dia hanya sibuk memainkan ponselnya sambil tersenyum tipis.

"Wil, fokus rapat dulu" peringat Aufa—si waketos—sambil menatap datar sang ketua.

Wildan terkesiap, ia segera memasukkan ponselnya ke saku celananya kala dirinya dijadikan pusat perhatian. Berdehem, Wildan kembali memasang wajah datarnya.

"Lanjutin" katanya yang dibalas anggukan oleh Aufa yang kembali melanjutkan rapat

"Lo ngapa dah? Dari kemaren gue perhatiin senyam-senyum sendiri" bisik Zafran

"Gue keinget adek gue nyungsep kemaren"

"Bilang aja lo punya cewek" sela Zafran, yang dibalas gindikan kedua bahunya acuh. Wildan berdiri dari tempatnya, hingga membuatnya dijadikan pusat perhatian.

"Gue pamit keluar, ada urusan" pamit Wildan yang di tahan oleh Aufa. Aufa menarik pergelangan tangan Wildan, sedangkan cowok itu berhenti di tempat.

"Lo mau kemana?" Tanya Aufa. Wildan melirik ke arah pergelangan tangannya, Aufa dengan reflek melepaskan.

"Di panggil Bu Linda" jawab Wildan dan berlalu dengan begitu saja tanpa ingin mendengarkan balasan yang diucapkan wakilnya.

-•-

"Mirae" panggil Wildan kala menemui sosok cewek yang dari kemarin mengusik pikirannya.

Mirae menautkan kedua alisnya, ia bingung dengan kehadiran Wildan yang tiba-tiba menempatkan dirinya di sampingnya.

"Lo? Bukanya lo ada jadwal kumpul osis?" Tanya Mirae terheran-heran

"Gue males"

Wildan menelungkup kan wajahnya dibalik kedua tangannya yang bertumpu, cukup malas ia membalas jawaban cewek itu.

"Terus?"

"Gue mau istirahat bentar sampai bel, boleh disini bentar?" Tanya Wildan membuat Mirae awalnya menggeleng, namun seperkian detik berikutnya dia mengangguk.

Sebenarnya Mirae masih heran kenapa Wildan ada disampingnya. Darimana cowok itu tau tempatnya? Mirae mengedarkan pandangannya, memang hanya ada dia saja disini. Tidak ada sahabat-sahabatnya.

Lantas, darimana Wildan mengetahui posisinya?

Memilih untuk tidak peduli, Mirae kembali fokus dengan makanan dan ponselnya. Sesekali ia melirik ke sampingnya. Walaupun wajah Wildan tidak terlihat, tapi cewek itu merasa gemas dengan bagaimana posisi tidur kakak tingkatnya itu.

Ah iya, kalau di ingat-ingat lagi, bukankah mereka ini masih saling bermusuhan?

Ppuk

"Mir" panggil Dyara sambil menepuk pundak cewek itu. Mirae menoleh, Dyara hanya menunjuk Wildan yang sedang tidur disamping temannya menggunakan dagunya.

Mirae mengindikkan kedua bahunya, "dia tiba-tiba dateng terus minta gue temenin dia tidur sampai bel istirahat selesai" jawab Mirae membuat Dyara mengecek jam di ponselnya.

"Lima menit lagi"

Mirae mengangguk. Melanggar aturan Qinara untuk tidak menanamkan benih cinta, kenapa gak dia manfaatin aja situasi ini? Boleh kan kalau sekedar mengambil 1 atau 3 foto aja?

"Mau ngapain lo?" Tanya Dyara tanpa mengalihkan atensinya dari buku yang ia pinjam barusan dari perpustakaan.

"Nyimpen kenangan, jarang-jarang gue nyimpen poto cowok di handphone" bisik Mirae sambil menyengir lebar

"Jail. Kalau suka bilang, gak usah pakek alasan"

"Kagak ya! Asal aja lo bilang. Mana gue demen sama orang kek dia" dengus Mirae sambil membuang muka, diem - diem kameranya pun ia arahkan kepada Wildan dan....

Ckrek

"Elah, gue lupa matiin flash nya!" Panik Mirae membuat Dyara tertawa

"Gak direstuin tuh. Liat aja bentar lagi juga dia bangun" kata Dyara sambil mengambil posisi berdiri hendak meninggalkan Mirae yang sepertinya akan terkena masalah.

"Kalau mau foto gue, bilang. Gue ada banyak" ujar Wildan tanpa mengubah posisinya.

"Bye, gue cabut" bisik Dyara dan berlalu dari sana membuat Mirae ketar-ketir sendiri.

"Pede lo, gue tadi mau foto gerobak mie ayam sana" sungut Mirae merasa ketahuan. Wildan langsung menegakkan tubuhnya lalu terkekeh

"Berapa menit lagi sebelum bel?" Tanyanya mengalihkan topik.

Mirae mengecek jam tangannya lalu ia kembali bermain ponselnya, "satu" jawabnya dengan malas.

Sial, akibat gugup dan panik bikin dia malu! Padahal ada jam di ponselnya, kenapa ia harus mengecek jam tangannya? Awas aja kau Wildan!

Wildan membenahi pakaiannya, ia merapikan poninya juga almamater yang dikenakannya. Ia yakin setelah ini pasti Aufa akan memberikannya banyak pertanyaan yang cukup membuat kepalanya pusing 7 keliling.

"Lo mau balik ke kelas sekarang?" Tanya Mirae. Wildan kembali menatapnya lalu mengangguk.

"Gue yakin habis ini bakal ada kerjaan lagi" balasnya yang hanya diangguki oleh Mirae.

"Gue duluan, thanks" ucap Wildan dan berlalu lebih dulu.

Baru saja Mirae hendak melayangkan protes, tiba-tiba dia langsung dibuat bungkam oleh seseorang yang menghampiri kakak tingkatnya di pinggir lapangan.

"Lo kemana aja Wil? Gue tau tadi cuman alasan doang kan? Bilang aja lo males ikut rapat! Pakek bawa-bawa nama Bu Linda segala" tutur Aufa membuat Wildan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Bener dipanggil Bu Linda tadi. Habis itu gue ke kantin buat nyari udara" balas Wildan membuat Aufa melirik ke arah cewek yang sejak tadi memperhatikan interaksi keduanya.

"Dia?" Tanya Aufa sambil menunjuk Mirae dengan matanya. Wildan mengikuti arah pandang temannya membuat Mirae yang sadar langsung membuang muka.

"Adeknya temen abang gue. Dah, mending balik kelas, bentar lagi bel"

Mirae kembali menatap interaksi dua siswa berbeda gender yang berdiri tidak jauh dari ia berada. Sepertinya ia sudah kalah jauh oleh cewek tadi. Bahkan cewek itu sempat memberikan tatapan tak berarti namun menyiratkan segala ancaman kepadanya.

Oke, sudahlah Mirae. Memang kamu harus mengibarkan bendera putih dari sekarang.

-•-

See u next time guys!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bitter TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang