LAST PART!

1 0 0
                                    

>

Raja dan Ratu telah sampai di istana. Perjalanan mereka memakan lima hari lamanya. Kini sisa hidup Raja hanya sepuluh hari, dan keadannya semakin memburuk.

Ratu datang membawa Raja di pangkuannya. Saat sampai di depan gerbang istana, tidak ada prajurit yang sedang berjaga. Kosong. Bahkan kedatangannya tak di sambut apa-apa.

Merasa ada yang janggal, Ratu pun turun perlahan, Ia menaruh Raja yang tidak sadarkan diri dengan hati-hati. Tangannya membuka gerbang depan istana perlahan.

Dan betapa terkejutnya Ia ketika melihat dua buronan itu telah tertangkap, dan sedang disiksa oleh algojo istana.

Semua prajurit dan para penghuni istana menyaksikan dengan heboh, mereka bahagia atas penderitaan Raga dan Sara.

Secara bersama mereka mengucapkan selamat datang kepada Raja dan Ratu dengan keras dan penuh kebahagiaan. Seolah mereka memang telah menyiapkan kejutan ini.

Ratu tersenyum lega, Ia kira terjadi apa-apa pada istana, ternyata mereka baik-baik saja, dan menjalankan tugas mereka dengan baik, dalam melindungi istananya.

"Terima kasih atas sambutan kalian, sekarang bantu Raja kalian masuk. Dan bawa Ia ke dalam kamar, lalu segera panggilkan tabib istana." Ucap Ratu memberi perintah.

Dengan penuh kesombongannya Ia mendekat pada Raga yang masih membuka matanya.

"Hai, lama tidak bertemu." Ratu mengangkat wajah babak belur Raga dengan telunjuknya.

Raga menyingkirkan kepalanya, Ia menatap Ratu tajam. "Kenapa? Kamu merindukan ku?" Raga tersenyum remeh.

Ratu berdecih, lalu meludahi kakinya. Ia menyingkir begitu saja. "Jijik sekali aku merindukan mu!"

Kini Ratu beralih pada Sara yang menutup matanya dengan sempurna. Senyumnya merekah senang, tangannya terulur menjambak rambut Sara memaksa kepalanya agar mendongak. Ia lihat wajahnya sudah banyak luka dan lebam.

"Jika sudah di siksa selama ini, berarti kalian belum memberitahu di mana batu bumi itu berada?" Tanya Ratu tepat sasaran.

Andre yang berada di barisan paling depan mengangguk, saat Ratu meliriknya mencari jawaban.

"Apakah penyiksaan ini tidak ada rasanya?" Ratu menjambak kepala Sara lebih kencang lagi.

"LEPASKAN TANGAN KOTOR MU!" Teriak Raga. Ia tidak masalah di siksa sampai mati, asal biarkan Sara hidup. Ia tidak mau kehilangan orang yang Ia sayang untuk kesekian kalinya.

Ratu menoleh. Ia sedikit terkejut dengan teriakan menggelegar milik Raga. Apakah gadis ini begitu berharga untuknya? Maka ini akan menjadi umpannya.

"Kalau begitu beritahu di mana batu bumi itu sekarang!" Ratu bernegosiasi. Ia tidak akan meninggalkan Sara sendirian. Ia akan terus menyiksanya sampai Raga mau memberitahu di mana batu bumi itu berada.

>

"Argh!" Raja terbangun, tangannya menggenggam kepalanya erat. Tepat di depan perpustakaan, para prajurit berhenti memapah Raja, dan memeriksanya .

Sekelibat ingatan, yang Raja tak tahu milik siapa itu, bermunculan di dalan kepalanya, memberikan efek yang sangat sakit di kepala.

Raja meringkuk kesakitan di depan perpustkaan.

Ada empat prajurit di sini, dan mereka panik semua. Dua di antara mereka mulai mencari tabib istana. Tersisa dua, yang berjaga di samping Raja yang kesakitan setengah mati.

Tak jauh, di dalan perpustkaan, batu itu bercahaya terang, sangat terang. Hingga menembus melalui celah pintu.

Dua prajurit itu menyadarinya. Mereka saling bertukar tatap beberapa detik, untuk memutuskan siapa yang akan masuk ke perpustakaan dan memeriksanya. Maka salah satu dari mereka pun memberanikan dirinya untuk masuk ke dalam.

TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang