>
Andre telah mendengar semua. Kini kakinya baru saja sampai pada gerbang belakang istana, di mana sudah banyak mayat-mayat prajurit yang berserakan. Tangannya mengepal erat, rahangnya mengeras, tanda bahwa Ia benar-benar marah terhadap buronan bernama Raga.
Dan kabarnya Raga belum keluar dari istana. Otak Andre bekerja cepat, kakinya langsung berlari ke satu tempat. Sara. Tempat penjara Sara. Dia pasti datang untuk menyelamatkan Sara.
Dan benar saja, saat sampai di sana, Sara sudah tidak ada. Penjara itu benar-benar kosong. Andre mengerang kesal. Ia menendang angin saking kesalnya.
"CARI BURONAN ITU KE SELURUH ISTANA! SEKARANG! CEPAT!" Teriaknya memberi perintah.
Semua prajurit langsung bergegas mencari. Mereka tidak akan membiarkan dua buronan itu membuat lebih banyak kerusakan lagi di istana.
>
"Kita harus cari tahu tata cara memakai batu ini!" Raga mencari dengan teliti setiap buku yang ada di perpustakaan istana. Ia telah mendengar bagaimana Sara bisa sampai ke dunia ini tadi, saat pertama kali mereka sampai di perpustakaan istana.
Sara juga ikut mencari. Sambil mencari, Ia juga terus mengingat-ingat bagaimana Ia bisa sampai di dunia asing ini. Yang jelas, Ia sangat marah dan asal melemparkan batu itu begitu saja.
Maka, Sara akan mencobanya sekali lagi. Ia melemparkan batu itu asal, hingga mengenai kepala Raga yang sedang mencari.
"Akh!" Raga menoleh dan mendapati Sara yang diam mematung setelah melemparkan batu bumi itu tepat ke kepalanya. "Apa yang kamu lakukan?! Ayo cepat cari!"
Sara mengerjap. Ia menghembuskan nafas lelah, tidak berhasil. Lantas apa yang salah?
Raga mengambil batu itu, lalu Ia simpan taruh pada rak buku dan terus kembali mencari.
"Laperr." Ucap Sara tiba-tiba. Gadis itu mendekat pada Raga dengan tangan kanan yang memegang perutnya.
Raga menoleh. Ia kesal tapi Ia juga tidak tega melihat wajah melas Sara. "Sabar sebentar yaa, kita cari dulu buku yang menjelaskan tentang batu itu, baru kita makan. Karena sekarang, kita tidak punya banyak waktu-"
Brak!
Pintu terbuka dengan kasar. Ada lima prajurit yang datang untuk memeriksa ruangan ini.
"Ah, sial!" Raga menarik Sara untuk bersembunyi di balik rak buku yang besar.
"Ketemu! Mereka di sini!" Prajurit itu segera menodongkan pedang pada Raga dan Sara.
Saat para prajurit itu datang, salah satu dari mereka langsung menemukan mereka yang bersembunyi di salah satu rak, maka prajurit tersebut mengikutinya dan menghadangnya kabur.
Raga berdesis kesal. Ia yakin, semua orang istana sedang mencarinya sekarang. Ia tidak ada pilihan lain, selain menebas langsung kepala prajurit di depannya ini. Dan pisah lah kepala dari badannya itu.
Sara memekik tertahan. Ia menggenggam erat tangan Raga, berusaha mencari perlindungan di balik punggung Raga yang lebar.
"Tenang lah, kamu harus kuat agar kita bisa melarikan diri." Bisik Raga memaksa Sara untuk bertahan.
Sara berusaha meyakinkan dirinya untuk terus bertahan. Tubuhnya sedang tidak fit, di tambah hari ini Ia belum di kasih makan apa pun. Tapi, Raga memintanya untuk kuat, lantas bagaimana bisa!
Teriakan prajurit tadi langsung terdengar dan menyebar cepat ke seluruh penjuru istana, membuat keberadaan Raga dan Sara semakin terkepung.
Sebelum itu terjadi, Raga dan Sara berlari secepat mungkin menghindari kepungan para prajurit.
Sesekali Raga juga mengayunkan pedangnya untuk siapa pun yang menghalangi jalannya.
Peperangan dalam istana pun terjadi. Seluruh warga istana melawan dua buronan, hebat sekali bukan.
>
Mendengar Raga yang sudah di temukan dan sedang di kejar oleh ribuan prajurit Andre segera memerintahkan kepada semua orang yang bersamanya. "TUTUP SEMUA PINTU GERBANG ISTANA, JAGA DENGAN KETAT! JANGAN SAMPAI BURONAN ITU KABUR!"
Lalu Andre segera berlari ke arah yang di kabarkan Raga ada di sana.
"Dasar bodoh! Berani-beraninya Ia menggali kuburannya sendiri!"
>
Tujuan utama Raga adalah ruang senjata. Hanya dengan pedang saja tidak akan cukup. Ia butuh pistol untuk membasmi semuanya. Ia yakin benda itu ada di ruang senjata istana.
"Raga! Gue lemes banget." Rengek Sara. Larinya mulai melambat. Ia sudah terlalu memforsir tubuhnya hari ini, hingga Ia sudah tidak sanggup lagi.
Raga menoleh pada Sara, lalu beralih ke belakangnya. Sudah banyak sekali prajurit yang mengejarnya. Jumlahnya berkali-kali lipat lebih banyak dari pada yang ada di gerbang istana bagian belakang tadi. Raga yakin, jika berhenti di sini, mereka tidak akan selamat.
"Tahan, kita harus sembunyi, agar tidak mati." Raga berucap, dan terus menarik Sara berlari sekuat tenaga.
Namun percuma! Di depannya kini sudah banyak prajurit yang berlari ke arahnya. Tamat sudah riwayatnya. Ia tidak akan bisa kabur jika sudah seperti ini. Oke, Raga dan Sara menyerah!
Raga mengangkat tangannya, bersamaan tangan kirinya yang menggandeng tangan Sara, ikut terangkat olehnya. Pedang yang Ia jadikan senjata, Ia lepas begitu saja. Ia yakin, sebelum Raja datang mereka tidak akan berani membunuhnya.
Toh juga sekarang, batunya sedang tidak bersamanya. Ia sengaja menaruh batu itu di antara rak buku di sana, Ia menyelipkannya tepat di buku yang berujud "rahasia batu bumi". Ia sangat senang saat menemukannya tadi, ingin Ia ambil tapi Sara sudah merengek kelaparan. Akhirnya Ia tinggal begitu saja deh. Lalu para prajurit ini datang, dan Ia sudah bisa memprediksikan. Ia yakin, akan berada di posisi ini.
Haruskah Ia tenang atau senang? Karena semua ini, adalah termasuk strateginya.
<
Holaa
Jangan lupa vote yaa!
Play : to you-seventeen
One step again

KAMU SEDANG MEMBACA
TIME
FantasiSang Raja yang terkena serangan makhluq asing, membuat waktu hidupnya terbatas. Akankah, sang Ratu dapat menyelamatkannya??