Hiraeth (7) : ian tahu

7 0 0
                                    

Pukul 15.00

Kia berjalan menuju sofa di ruang keluarga, hari ini tenaganya terkuras habis karena harus bertemu beberapa klien yang akan bekerja sama di perusahaan yang ia tempati.

"lho kak kia tumben disini" cicit ara yang datang ke ruang keluarga dengan membawa ciki dan langsung duduk disamping kia.

"kak, ara boleh ngomong sesuatu gak?" tanya ara

"dari tadi lo udah ngomong ra, gue gak ngelarang lho" jawab kia,

" ish ngeselin lo kak, gue mau bicarain penting ini tentang ian" ucap ara membuat kia menatap ara jengkel.

"gue gak mau ngurusin sesuatu yang berhubungan sama dia!"

"tapi dia anak lo kak" sahut diva yang baru datang, dan mereka berdua menatap dia yang menghampiri mereka lalu duduk di sofa. "lo kenapa bahas dia sih? Kalau tuh anak denger gimana?" marah kia.

"ian gak ada dirumah, lagi pergi ke supermarket sama mama dan papah" timpal ara membuat kia terdiam.

"kak lo sadar gak sih lo itu keterlaluan!" marah diva, "Maksud lo apa!?" bentak kia tak terima.

"gue bilang lo keterlaluan, egois dan ibu gak punya hati. Lo kira ian anak siapa? Anak lo kak!. Lupain masa lalu kak, hidup bareng ian. Bilang kalau lo adalah ibu kandung ian dan bukan mama yang sebenarnya adalah nenek ian!" marah diva

"lo kenapa ikut campur urusan gue sih!?, lo tahu gak ini persyaratan gue sama mama dan kalian setuju kan?. Gue lahirin dia udah! Sekarang lakuin syarat yang gue minta, apa itu susah!?" tanya kia

"iya itu susah, hidup tiga tahun dengan kebohongan. Setiap gue lihat wajah ian, gue selalu ngerasa berdosa kak. Lo nyadar gak sih dengan perilaku lo itu buat ian mikir yang enggak enggak, karena lo bahkan gak anggep dia ada!"

"ya gue gak anggep dia karena dia itu beban untuk gue!" balas kia tak kalah sewot.

"kak jangan bilang ian beban!" marah ara, "selama ini ara diam aja setiap ian nanya kenapa mba selalu gak nganggep ian ada!. Rasanya ara pengen teriak kalau ian adalah anak dari kakaknya dan seorang ibu yang buruk!" murka ara membuat kia membeku, ara melawannya sekarang?.

"ara gak maksud milih salah satu disini, tapi kalau milih siapa yang salah itu kak kia!. kak kia jahat sama anaknya sendiri!, darah daging kak kia dan anak yang kak kia kandung selama sembilan bulan!"

"lo!!" geram kia

"setelah kakak nyakitin ian kakak mau nyakitin siapa lagi?, kak! Stop bertindak gak adil sama dia apalagi dia adalah anak kakak!" ucap diva

"kenapa kalian berani banget sama gue sih!?, kenapa?, kalian tahu gak rasanya jadi gue!? Setiap gue lihat ian bayangan menyeramkan itu selalu datang di pikiran gue!. Ian! Dia... dia duplikatnya pria itu anjing!!, dia mirip sama pria itu. Bahkan menatapnya aja gue gak mau karena setiap gue lihat dia, luka dihati gue yang belum sembuh bakalan tambah luka" ucap kia diakhiri lirihan.

"lo gak tahu aja, gue ngehindar selama ini cuma buat memperbaiki mental gue!. tiga tahun berlalu belum bisa memperbaiki mental gue yang hancur!, gue gak benci dia... Gue bahagia dia lahir, tapi yang gue benci kenapa dia lahir dengan ibu buruk kayak gue!?" tanya kia.

"seharusnya dia hidup dengan ibu baik kayak mama, bukan kia yang bisa dibilang ibu tiri! Ibu yang menyiksa anaknya sendiri lewat batin!. Gue denger kok soal dia yang selalu tanya ke kalian tentang sikap gue, tapi apa yang bisa dijawab?. Jujur? Dia juga bakalan terluka!"

"kak... " lirih ara

"gue gak suka, gue ngerasa tuhan gak adil ke gue bahkan ke ian. dia... Dia seharusnya gak hidup kayak gue, gue emang egois dan kalian tahu itu. Biarin gue egois tentang hal ini!" ucap kia setelah itu ia bangkit dan menaiki tangga menuju kamarnya.

Setelah sampai dikamar kia langsung menutup rapat pintu kamarnya setelah itu ia terduduk dilantai dan menyender di pintu yang tertutup.

Air mata mulai menetes di pipinya, Kia mendongakkan wajahnya keatas sambil memejamkan mata, "gue emang jahat, dan seharusnya dia gak dapet ibu jahat kayak gue" lirihnya.

"biarin gue aja yang ngerasa ketidak adilan dunia, ian jangan. Biarin dia bahagia tuhan"

Dilantai bawah, "assalamualaikum" salam seseorang yang ternyata adalah mamah avi, papah bagas dan juga abian.

"waalaikumussalam" jawab mereka pelan.

Mereka bertiga masuk dan sekarang ia berada di ruang keluarga memandang diva dan ara, mata mereka merah. "Div?, Ara?. Kalian kenapa?, kayak habis nangis?" tanya papah bagas.

Hening tak ada jawaban, mama avi menghela nafas pelan, "Diva?, Ara?" panggil mama avi. "ada apa sebenarnya!?" tanyanya.

"kak Kia..." lirih ara, mama avi dan papah bagas menatap satu sama lain dan kemudian kembali menatap ara yang meremas roknya. "kenapa kak kia?" tanya mama Avi.

"berantem sama kita" jawab Ara, "kak Kia nangis ma, hiks.. Ara bahas tentang i-" ucap ara terhenti saat menyadari keberadaan ian yang di samping mama avi. "kenapa?" tanya papah bagas.

Ara tak menjawab melainkan menatap ian yang sedari tadi memperhatikannya, mama avi yang menyadarinya pun kangsung menundukkan kepalanya menatap sang cucu yang masih fokus melihat ara.

"Ian?" panggil mama avi dan ian pun mendongakkan kepalanya. "keatas dulu sana, mama mau ngobrol sama kak Diva dan kak Ara" ucap mama Avi dan Ian mengangguk.

Lalu ia berjalan menuju tangga dan menaikinya. "kenapa bisa berantem?" tanya papah bagas bagas dengan tegas.

"Ara sama kak Diva bahas tentang Ian" jawab ara, "bener itu Div?" tanya papah bagas kepada diva yang terdiam, kemudian diva menganggukan kepalanya.

"kenapa kalian bahas Ian sama kak kia?, kamu tahukan Kia gak suka bahas Ian!?" tanya papah bagas

"maaf" cicit mereka berdua.

"ceritakan!" ucap papah bagas.

Dan mengalirlah sebuah cerita yang tadi terjadi, papah bagas dan mama Avi fokus mendengarkan, tanpa menyadari bahwa ada sosok yang sedari tadi mendengar ceritanya. "ja-jadi kak Kia gak suka sama Ian kalena Ian anaknya kak Kia?" pertanyaan cadel itu membuat mereka berempat membeku, dan menatap orang yang tidak lain dan tidak bukan adalah ia.

"i-ian sejak kapan disitu?" tanya mama avi.

"hiks... Jadi kak kia gak suka sama Ian?, jadi Ian anaknya kak kia?. Hiks..." tangis Ian di atas tangga.

Mama Avi langsung menghampirinya dan memeluknya erat, "hiks, ian bukan anak mamah... Hiks.. Ian anak kak Kia" isakkan tangisnya.

"Ian yang kamu denger itu salah" ucap Diva

"jangan bohong sama ian, ian gak suka dibohongin!" marah anak itu membuat mereka terkejut, "kenapa? Kenapa kalian bohongin ian?, ian nakal? Ian gak nakal benelan hiks... " tangisnya membela diri, "jadi kak kia gak suka sama ian kalena ian anaknya kak kia?" tanyanya

"bukan gitu sayang... Dengerin mama dulu ya.. "pinta mama avi.

"IAN GAK MAU DENGELIN!! IA BENCI! BENCI SAMA KALIAN! KALIAN BOHONGIN IAN!" bentak ian membuat mama avi yang mendengarnya langsung menangis.

"berani sekali kau membentak ibuku?" pertanyaan dingin itu membuat mereka menatap ke kia yang berada di beberapa anak tangga yang berbeda enam anak tangga dari ian yang berpijak di anak tangga yang sedikit lagi menginjak lantai dasar.

Hiraeth (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang