Hiraeth (9) : strong women🐈

7 0 0
                                    

Setelah kejadian kemarin, dirumah ini tidak ada suara tawa tetapi hanya keheningan yang melanda dimeja makan.

Tap tap tap

Kia menuruni tangga dan langsung berlalu keluar rumah, ia tak ingin menatap keluarganya karena mood nya hari ini begitu buruk. "kak kia gak makan" cicit ian menatap kepergian kia.

"pasti kak kia tambah benci sama ian" gumamnya dengan kepala tertunduk membuat mereka melihat ian dengan tatapan  prihatin. "ian lanjut makan aja yuk" ucap mama avi

Ian tak menjawab namun ia melanjutkan makannya tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, bukan kesal ian hanya mencoba memendam rasa sakit hatinya.

"ara udah selesai, ayok pah" ucap ara yang bangkit dari duduknya

"bentar papah masih makan" ucap mama avi yang memperhatikan sang suami yang sedang makan.

•••

Siangnya, ara dan diva berada dikamar yang dimana mereka tidur sekamar, "ini semua karena mba diva!, seharusnya mba diva gak usah ikutan!. Ara lagi ngobrol baik baik sama mba kia! Seharusnya mba gak dateng dan buat mba kia emosi!" teriak ara.

"lo juga bentak mba kia kemarin!, apa lo lupa ha?" marah diva, "gue udah kepalang emosi!. lo tahu sifat gue apa lagi kak kia bilang kalau dia gak ada urusanya sama ian!. Lo tahu gak?! gue gak suka mba kia yang egois apalagi tentang ian! Anaknya sendiri!" ucap diva membuat ara terdiam.

"gue merutuki bibir gue yang gak dipikir dua kali kalau ngomong!, dan andai aja waktu bisa diputer kembali gue bakalan ngerubah semuanya!" lanjut diva.

"kak kia emang tersakiti, tapi bukan dia aja disini yang tersakiti!. Kita juga!, keluarga kita malah lebih terpuruk sama kondisi kia dan ian!. Pengen rasanya gue gantiin posisi kak kia  dan berusaha ngejaga ian, tapi itu mustahil" ucap diva dengan air mata menetes.

"gue pengen kak kia yang lama, kak kia yang ceria dan selalu ketawa bukan kak kia yang sekarang yang malah egois" tangis diva.

"gue lebih baik adu bacot kayak dulu dari pada kayak gini, gue rasa hampa. Gue takut itu malah nyiksa batin kak kia"

mereka berdua terdiam, menangis tanpa suara. namun tanpa mereka ketahui, Ian menguping di luar kamar, Ian terdiam. "Kalena Ian, mama nya Ian jadi tida bahagia. Ian jahat ya?" batin Ian.

Namun berbeda dengan keadaan rumah, Justru Kia yang sedang ditangisi itu sedang fokus mengerjakan pekerjaan nya. Kia bekerja sebagai Sekretaris di kantor yang belum begitu terkenal.

"Mba Kia?"

Kia Membalikkan badannya, ternyata Itu Evi yang merupakan Rekan kerja nya. "Kenapa Vi?"

"Tadi saya kan denger perbicangan antara pak kevin dengan koleganya. katanya akan ada pertemuan Bisnis di jakarta, Pertengahan bulan ini" Ungkap Evi.

"Oh gitu, terus?" tanya Kia

"mba pasti ikut juga ya?" Tanya Evi membuat Kia terdiam, "maksudnya gini... kan mba tuh sekretaris nya pak kevin, pasti mba ikut juga kan pertemuan itu?"

"belum tentu, tunggu perintah pak kevin dulu"

"oh gitu"

"mba, kapan perusahaan ini naik daun ya."

"nanti kalau saya udah ketemu jodoh saya" celetuk Kia membuat Evi mendengus. "yaelah mba kia mba kia" dengus Evi membuat Kia tertawa.

namun sedetik kemudian Kia terdiam, Apa yang tadi ia ucapkan? Jodoh? Apakah ada yang menerima wanita yang sudah tidak perawan? bahkan sudah memiliki seorang anak?. terdengar mustahil Kia! sadarlah!.

"MBA KIA?! HELLO MBA KIA" teriak Evi dengan mengguncang kan tubuh Kia, Kia pun tersentak. "eh?"

"ngelamunin apa si mba?, sampai saya teriak dari tadi juga"

"hehehe, maaf Vi." ringis Kia dengan kekehan.

"lagi banyak pikiran ya mba?"

"hm iyaa vi" jawab Kia apa adanya. "ceritain aja kalau mba mau cerita."

"cerita in aib sendiri ya?" batin Kia.

tak ada yang bisa ia percaya didunia ini, apa lagi tentang hal menjijikan yang ia alami.

terlalu banyak juga kebohongan yang Kia lakukan, bahkan kejinya ia bahkan tak menganggap anak yang berada di rahimnya selama 9 bulan itu anaknya.

Jika boleh jujur, bukan hanya semua orang yang mengutuknya. bahkan dirinya sendiri pun selalu mengutuk dirinya sendiri. Ia tahu apa yang ia lakukan selama ini adalah salah, dan ini semua sudahlah takdirnya.

Tapi... Kia trauma, sakit hatinya. bahkan setiap malam yang seharusnya memberikan ketenangan untuk semua orang namun untuk Kia malam adalah hal sangat ia benci.

Setiap Tertidur bayangan masalalu kelam menggangu nya, sudah berbagai cara ia lakukan untuk menghapus ingatan itu namun hasilnya tetap nihil.

Dan jika ditanya, apakah kia menyayangi Ian? maka jawabannya iya. ia sangat menyayangi Ian. namun ingatan masalalu nya membuat ia harus berjaga jarak dan membuat jarak agar Ian tak bersamanya.

sakit

itu lah yang ia rasakan.

Kia memang egois

tapi kia tidak ingin seperti ini

ia juga terluka

dan ia yang paling terluka disini

disebut wanita hina, ibu jahat, gadis kotor, gadis yang tidak bisa menjaga dirinya, wanita tak punya hati, egois, anak durhaka, dan tak pantas hidup.

ia pendam semua itu, dan sebenernya Kia butuh pelukan.

hanya saja ia tak ingin terlihat lemah

Hiraeth (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang