clrl . kokushibou

835 141 64
                                    

“Kenapa kau bisa ada disini?” tanya Muichiro terkejut. [Name] yang mengikatkan perban pada tangannya ke pedang itu mengangkat kepala. “Tanya kastilnya.”

Muichiro mengedipkan mata. Tanda di wajahnya muncul.




Sruk. Sosok mengerikan itu berdiri di belakangnya.




“....” menebas kencang, langkah kaki [Name] menghindar setelah menarik Muichiro. Menatap ngeri sosok di depannya sekarang.

Uppermoon pertama.




“Begitu ya..” [Name] memasang kuda-kudanya. Ia tahu yang ia hadapi bukan sembarangan lagi. Ini mungkin hanya setingkat dibawah Muzan. Mungkin dia berkedip sekali udah mati.

[Name] tidak berani menelan ludahnya untuk sekarang. Menyadari sesuatu yang sama sekali tidak menguntungkannya. Ia menarik nafas panjang. Keringatnya yang bercampur darah turun kebawah lehernya.

Iblis ini.. Berbeda.

Atmosfer ruangan menurun, memberikan suasana tegang yang berkepanjangan.





Muichiro juga sudah berdiri. Memaksakan dirinya untuk menggenggam pedang dengan satu tangan. “[Name].. Genya—”

‘Genya?’ [Name] mengalihkan pandangannya. Genya tergeletak sambil berusaha meregenerasikan tubuhnya. ‘Jadi pasal ia yang memakan iblis itu benar..’ ia menggigit bibirnya.





“Kenapa kalian tidak menjadi iblis saja? Kalian akan berguna.”

Yaileh pak, semua aja lu tanyain.

“Sialan kau!” tiba-tiba saja seorang Sanemi entah nongol darimana sudah muncul dari langit-langit. Menjatuhkan dirinya dan siap menebas Kokushibou.

“Kau berani sekali melukai adikku ya,” kekehannya terdengar mengerikan. “Akan kupastikan kau mati hari ini!!”




Maka pertarungan Kokushibou dan Sanemi pun berlangsung epic, karena nggak tahu Sanemi itu levelnya dah ketinggian apa mbah Koku lagi males makanya belum maksimal, mereka bisa tangkis-tangkisan pedang.

Mereka nggak tahu apa pindah ke ruangan sebelah.

“WHAHAHAH INI SERU!!” Lah keasikan si Sanemi.





PRANG!!! bahkan pedang si Kokushibou patah. Tapi tumbuh lagi. Lah curang bener. OP sekali.

“Aku akan menyusul Shinazugawa-san,” Muichiro berlari mengejar mereka berdua.




[Name] menghampiri Genya. Remaja lelaki itu merintih. “Maaf tidak sopan, [Name]-sama. Rambut itu, tolong ambilkan rambut milik uppermoon itu.” pintanya sambil menunjuk rambut yang berceceran. [Name] segera mengambil rambut itu lalu menyuapkannya ke mulut Genya.

Tak lupa ia mengikatkan perban. Mungkin karena dia sedang dalam perang jadi masalah gender terlewat dulu ye kan?




“[Name]-sama, luka anda..” “Perban kita terbatas, Genya, lukaku hanya mengenai kulitku, ini tidak mencapai tengkoraknya. Baik-baik saja.”




“Tapi anda akan kehabisan darah—”

“Tenang saja,” [Name] tersenyum. “Darahku itu, memiliki kecepatan menutup luka,” ia menunjukkan lukanya yang perlahan mengering. Genya hanya mengangguk pelan akhirnya. [Name] berdiri, hendak menyusul Sanemi.

Genya tersentak. Ia hampir tersedak saat memakannya. tubuhnya sudah beregenerasi dengan cepat. Ia melirik potongan pedang bermata di dekatnya. “....”





𝐂𝐨𝐥𝐨𝐫𝐟𝐮𝐥. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang