Prolog

9 1 0
                                    

Happy reading!


ʕ·ᴥ·ʔ


PROLOG


“Seperti hujan yang merindukan buminya.”


ʕ·ᴥ·ʔ

“Btw, guys, gue punya satu challenge buat kita pas SMA nanti.”

“Kita taruhan. Siapa yang paling tahan di zona nyaman dan gak tergoda sama cowok, dia pemenangnya.”

“Dan gak cuman itu. Kita juga gak boleh jalin ikatan apapun selain 'teman'. Mau embel-embel kakak-adek, sahabatan, atau backstreet sekalipun, no!”

“Sampai berapa lama?”

“Gimana kalau... Sampai lulus?”

“Kalau kalah? Apa hukumannya?

“Keluar dari circle kita.”

“GILA LO, FANA!”

Dan, kita tunggu. Sampai sejauh mana mereka tahan dengan rencana tidak masuk haikal itu.

ʕ·ᴥ·ʔ


“Apa kamu tau?”

“...kita salah dari awal. Engkau menyukaiku sebagai hujan. Sedangkan aku mencintaimu sebagai senja. Bagaimana mungkin kita bisa bersama?”

“Tapi kenapa?”

“Terangmu menahan rintik ku. Sedangkan deras ku merampas cahaya mu. Bagaimana bisa di satukan di waktu bersamaan?”

Hening.

“Persetan dengan cahaya ku dan deras mu. Aku akan selalu mencintaimu sebagaimana tanah Bumi yang tak pernah membenci hujan.”

“Tuan Bentala?”

“Ya, nona?”

TBC.


Sekian, 2 cuplikan yang sangat berpengaruh di cerita ini.

Secuil jejak begitu berharga 🤍

FILOSOFISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang