Part 2: Kakak Kelas.

3 1 0
                                    

Happy reading!

ʕ·ᴥ·ʔ

Part 2: Kakak Kelas.

“Layaknya Sandyakala, senyum mu merona di Jumantara.”


ʕ·ᴥ·ʔ

“Gila Lo?! Dari tadi desak-desakan cuma dapet tiga doang?”

Ana melirik Misela sinis. ”Ini tu gara-gara kak Fabil. Anjir banget emang itu orang!”

Keadaan ruang tiga sekarang benar-benar sepi, mengingat para peserta didik baru pada sibuk menyelesaikan tugas terakhirnya. Hanya ada Fana dan kedua temannya. Fana yang sibuk menyalin data-data panitia OSIS dari buku milik Gibran bersuara. “Lo di apain emang?”

“Di jailin anjir!” Ana menggebrak meja saking kesalnya, “Gue tadi disuruh ngomong “Aku gila, aku gila” sambil lompat-lompat sepuluh kali. Udah capek-capek nahan malu, eh, dia malah asyik godain anak-anak cewek ruang satu. Pas gue udah selesai dia gak mau ngasih tanda tangannya malah nyuruh gue ulangi lompat-lompat kek bekicot. Mana ngatain gue pembohong lagi! Sepupu gak tau diri emang!”

“Bekicot gak doyan lompat-lompat, An.” Sahut Fana.

Ana kembali menggebrak meja, kali ini lebih pelan. “Sepupu gak tau diri emang!”

“Makanya ikutin cara gue!” ucap Misela sambil melempar bolpoin kearah Fana.

Tak terima, Fana balas melempar pouch tempat pensil milik Ana ke arah Misela. Misela berhasil menghindar membuat Fana mendesis kesal.

Dugh!

“Aduh!”

Para gadis didalam ruangan—minus Ana yang sedang menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan—menoleh kaget ke arah pintu.

Misela yang posisinya membelakangi pintu segera balik badan, menyatukan kedua tangannya meminta ampun.

“Bukan aku kak, Sumpah!”

“Kalian kenapa masih di sini? Nggak dengar bel apel?” tanya sang korban yang notabenenya anggota OSIS. Ia mengabaikan permohonan Misela, seolah tak terjadi apa-apa sebelumnya.

“Eh, i-iya kak!” Misela bergegas keluar menarik paksa Ana yang nekat mengambil kembali pouchnya

Di ruangan hanya tersisa Fana dan anak OSIS tadi. Fana menatap lamat-lamat kakak kelasnya itu yang tengah menggeledah meja guru di pojok ruangan—terlihat seperti sedang mencari sesuatu.

“Udah cakep, baik, manis, pengertian lagi! Dari atas puncak Jayawijaya juga cakepnya udah keliatan. Avvv nilai plus-plus deh!” Dari tempatnya berdiri Fana menjerit dalam hati.

Sadar bahwa diperhatikan, lelaki itu menoleh ke tempat Fana berdiri. “Mau minta tanda tangan?”

“Peka baget ni orang!”

Fana menetralkan raut maupengnya. “Iya, kak.”

“Sini!”

Fana berjalan mendekat dengan keadaan jantung seperti bermain trampolin. Selangkah lebih dekat dengan mas crush oy!

Tak ada satupun garak-gerik cowok itu yang luput dari netra Fana. Kulit sawo matang terkesan manis, Jari-jari lentik yang minta di genggam, rahang kokoh, tatapan tegas dan jangan lupakan garis seperti bekas luka di dahi kanannya.

Satu kata yang mewakili dia.

perfect!

Cowok itu membaca sekilas nama yang tertera di sampul buku bergambar anak ayam milik Fana.

Fana sendiri masih asik mengamati pigura lelaki yang berhasil membuatnya kesemsem. Tubuhnya yang atletis itu dibalut dengan seragam Pramuka lengkap.

Memang, MPLS hari terakhir ini, seluruh panitia diminta untuk mengenakan seragam sesuai bidang ekskul yang di ikuti. Tujuannya mungkin agar peserta didik baru tertarik.

“Kakak ikut ekskul Pramuka?”

“Hm. Ketua Ambalan putra,” Dia mengembalikan buku yang langsung di sambut sang pemilik. “Sana baris!”

Merasa diusir, Fana melangkah gontai keluar. “Kampret emang! Dahlah, seleranya bukan yang kayak gue.”

“Fana?”

Pemilik nama menegang. Sebelum membalikkan badan, gadis itu terlebih dahulu merubah raut wajah selempeng mungkin. Harus kelihatan jual mahal lah, ya. Dia menaikkan sebelah alisnya. “Ya?”

Cowok itu hendak membuka mulut tapi tidak jadi. Ia hanya geleng-geleng sebagai respon.

“Apa banget nih cowok? Untung ganteng.”

Cowok itu malah melengos pergi meninggalkan Fana sendirian. Benar-benar SENDIRIAN.

Double Kampret!

Fana tercengang seperkian detik ketika ada tulisan asing yang mengisi bukunya. Gadis itu melongo saat menyadari seluruh data diri anak-anak OSIS yang sebelumnya kosong telah terisi semua. Tersisa satu kolom kosong tempat tanda tangan. Artinya, Fana hanya perlu mencari Anggita yang menjabat sebagai bendahara OSIS.

Fana cengengesan. Ia menduga mas crushnya lah yang melengkapi kekurangannya.

Matanya berbinar saat menemukan sederet nama lengkap seseorang di kolom paling bawah.

Razkal Verkenzo Abimara.

Seorang lelaki yang berhasil membuat seorang Fana Shabira Austrensia jatuh hati pada pandangan pertama.

ʕ·ᴥ·ʔ

TBC.

Secuil jejak begitu berharga 🤍

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FILOSOFISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang