02🍀

716 132 9
                                    


Keluarga Lee sedang berkumpul untuk sarapan, tidak ada obrolan hangat dipagi hari, yang terdengar hanyalah dentingan sendok dan Garpu.

"Menjijikan"gumam Lisa saat melihat Jisoo yang sedang menikmati sarapannya dengan tenang.

Jennie merotasikan Matanya saat mendengar gumaman adik bungsunya. Jujur saja Jennie juga benci sarapan bersama dengan keluarganya, dia hanya menghargai Eommanya. Jika bukan karena keinginan Eommanya, Jennie sangat malas satu meja dengan Eonnienya yang Lumpuh itu.

Jisoo sangat tidak nyaman dengan situasi yang sangat Canggung ini. Impian Jisoo hanya satu, dia ingin keluarganya bisa berkomunikasi dengan baik layaknya keluarga bahagia. Percuma dia mendapatkan limpahan kasih sayang dari orang tuanya jika para Saudarinya tidak menganggap kehadirannya bahkan membenci kehadirannya.

saat selesai sarapan pun, keluarga Lee masih tetap tidak berbicara. Jongsuk langsung pergi bekerja, Jennie pergi kekampus, dan sikembar pergi kesekolah mereka. Dimeja makan hanya tersisa Dara,Jieun, dan Jisoo.

"Kau akan kesekolah hari ini?"tanya Jieun kepada Jisoo. Jisoo pun mengangguk. "Lisa tidak berperilaku buruk kepadamu kan?"

"Tidak Eomma, mana mungkin seorang murid berperilaku buruk kepada gurunya"ucap Jisoo bohong. Selama Jisoo menjadi guru disekolah sikembar, Lisa selalu berperilaku buruk kepada Jisoo. Tidak ada yang berani menyinggung Lisa karena Lisa cucu pemilik sekolah. Jisoo pun hanya bisa bersabar menghadapi perilaku nakal adik Bungsunya.

"Baguslah kalau begitu, Eomma akan menghukum anak tidak tau diri itu jika dia berani macam macam denganmu"

"Eomma!! Lisa juga anakmu, kau membuat adikku semakin membenci diriku kalau kau tidak adil seperti ini Eomma."Jisoo tanpa sadar menaikan oktaf suaranya.

"Tidak perlu memikirkan mereka nak, Eomma dan Appa selalu ada untukmu"Jieun mencium sekilas kening Jisoo.

Jisoo ingin marah, tapi tak bisa. Jisoo hanya ingin orang tuanya adil kepada adik adiknya. Terkadang Jisoo ingin mengakhiri hidupnya supaya ketiga adiknya mendapat kasih sayang orang tua mereka.

"Nenek, aku ingin mati saja. Jika aku mati, Eomma dan Appa pasti menyayangi adik bungsuku"ujar Jisoo kepada Dara saat Jieun sudah pergi bekerja.

"Jangan berpikiran seperti itu Jisoo-ya, Eomma dan Appa mu menyayangi Lisa"Dara mengelus surai Hitam Jisoo.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Lagi dan Lagi Jisoo harus menyemangati dirinya sendiri saat dia berada disekolah sikembar. Semoga saja adik bungsunya tidak membuat ulah. Menjadi guru disekolah Sikembar membuat Jisoo harus ekstra bersabar menghadapi tingkah sibungsu.

Puk...

Baru saja Jisoo masuk kekelas Lisa, wajahnya sudah terkena lemparan Kertas entah siapa yang melempar kertas itu, Jisoo hanya bisa tersenyum tipis.

Para murid yang tadinya banyak bermain serta membuat kekacauan langsung terdiam dan duduk dibangku mereka masing masing saat melihat kedatangan Jisoo.

Jisoo menyuruh para murid untuk mengumpulkan tugas yang telah dia berikan. Siswa dan siswi yang ada dikelas itupun langsung mengunpulkan tugas mereka. Tapi tidak dengan Lisa"heh Cacat, aku tidak buat tugas Nih"celetuk Lisa.

"Tidak apa Lisa, kau kerjakan saja tugasmu sekarang. Aku akan menunggumu"ucap Jisoo lembut.

"Kalau aku tidak mau?"tanya Lisa dengan senyum meremehkan.

"Kerjakan tugasmu, atau aku akan melaporkanmu kepada Jennie Eonnie!!"bukan Jisoo yang berbicara, melainkan Rosé. Rosé tidak sekelas dengan adik kembarnya. Rosé ada Jam Olahraga, dia dengan sengaja mendatangi kelas adiknya demi melihat kelakuan nakal adiknya itu."Ssaem,kau bisa menghukum adikku kalau dia tidak mau nurut. Jangan mentang mentang dia cucu pemilik sekolah ini, kau bisa memanjakan anak nakal ini"ucap Rosé kepada Jisoo.

"aku akan menghukumnya Rosé, kau bisa kembali bergabung dengan teman sekelasmu"

"Baik Ssaem, jangan sungkan untuk menghukum adikku"setelah mengatakan itu, Rosé pun pergi dari kelas Lisa. Jisoo hanya tersenyum melihat kepergian adiknya itu.

"Tidak usah banyak senyum!! Kau semakin terlihat Jelek saat tersenyum"sinis Lisa."ingat yah Cacat, aku tidak mau mengerjakan tugasmu. Lebih baik aku tidur daripada ikut pelajaranmu"

"Kau bisa melakukan apapun yang kau mau. Sekolah ini kan Milik kakekmu, aku hanya guru disini"ucap Jisoo.

Jisoo pun membiarkan Lisa tidur dikelas. Jisoo memaklumi itu, dia yakin adiknya itu bergadang semalam karena bermain game. Mengenai hukuman, Jisoo tidak akan menghukum adik bungsunya itu. Jisoo tidak akan membiarkan adiknya kelelahan ataupun terluka.

Selama Jam pelajaran berlangsung, Lisa hanya tidur dikelas. Para murid lain hanya memandangi Lisa iri, mereka tidak berani protes. Jika protes, mereka bisa saja dikeluarkan disekolah ini.

Jam pelajaran Jisoo sudah selesai, kini saatnya Jisoo keluar dari kelasnya Lisa. Lisa mengikuti Jisoo yang keluar Kelas."ada perlu apa kau mengikutiku?"tanya Jisoo sembari menghentikan kursi rodanya.

"Ternyata wanita Cacat sepertimu sangat percaya diri. Tidak ada gunanya aku mengikutimu, aku hanya ingin kekantin dan mengisi perutku yang sudah berdemo untuk diisi"jawab Lisa.

"Kembali kekelasmu Lisa"titah Jisoo.

"Kau pikir aku mau menuruti ucapanmu Cacat?"

"Lisa Eonnie mohon~"

"Aku bukan adikmu sialan!!"Lisa menyela ucapan Jisoo.

Sakit, Hati Jisoo terasa sangat sakit saat adik bungsunya menolak memanggil Jisoo dengan sebutan Eonnie."Lisa-ya, kau boleh melakukan apapun saat aku yang mengajar dikelasmu. Kau juga boleh bersikap semena mena kepadaku, tapi jangan kepada orang lain. Tindakanmu bisa mempengaruhi nilaimu Lisa"

"Kau pikir aku peduli? Sekolah ini milik Grandpa Ku. Mereka tidak akan berani macam macam kepada Nilaiku. Berhenti ikut campur dengan urusanku!! Kau tidak berhak menasehatiku!!"

"Setidaknya kau pikirkan reputasi Appa Lisa-ya. Orang lain akan berpikiran kalau Appa tidak mendidikmu dengan baik jika kau bersikap kurang ajar seperti ini"

"Memang itu kenyataannya!! Appa tidak pernah mendidikku atau mengurusku!! Appa dan Eomma hanya perduli kepada wanita cacat sepertimu!! Terserah apa kata orang lain, yang malukan appa, bukan aku. Kau sangat menyebalkan, aku bosan melihat wajahmu"Lisa menendang Ban kursi roda Jisoo. Lisa pergi begitu saja setelah menendang Ban kursi roda Jisoo.

Jisoo memandangi sendu kepergian adik bungsunya. Setiap hari Jisoo harus menahan amarahnya disaat para guru membicaran hal hal buruk tentang orang tuanya karena perilaku kurang ajar Lisa kepada semua guru yang ada disekolah itu.

Tbc




SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang