SIP : Bab 4.

4K 327 47
                                    

Perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan furniture itu memang bukan yang paling besar di Indonesia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan furniture itu memang bukan yang paling besar di Indonesia. Namun, lima tahun belakangan ini usaha yang diberi We Are One FH tersebut selalu masuk ke daftar jajaran perusahaan yang berkembang pesat tiap tahunnya.

Dulu tempat itu dipimpin oleh Rigarsa Wirasena, pria angkuh dan licik yang berhasil menyebarkan cabang pabrik furniture di beberapa kota besar. Setelah pensiun di usia 60 tahun, posisi Rigarsa digantikan oleh anak keduanya yang bernama Kalingga Edoraza Wirasena. Di bawah kepemimpinan pria yang akrab dipanggil Edo itu perusahaan kian berkembang pesat hingga kembali membuat anak perusahaan di Kota Batam.

Tepat tiga bulan yang lalu, sang konglomerat menutup usia di angka 77 tahun karena sakit jantung yang dideritanya. Kabar duka itu dirasakan bagi sebagian karyawan yang menggantungkan hidup di lahan usahanya, tapi menjadi kabar yang melegakan bagi beberapa pihak keluarga yang sudah lama tertekan dengan tuntutan pekerjaan. Rigarsa tak hanya penuh peraturan saat memimpin perusahaan, tapi juga begitu menekan para bawahan yang bekerja padanya. Termasuk kerabat dan anak-anaknya. Para keturunan yang ia sebut sah harus bekerja keras membangun dan memperkaya perusahaan yang didirikannya dengan susah payah.

Termasuk Fale.

Berjalan menuju ruang kerja di lantai sebelas, Fale yang hari ini mengenakan rok span hitam dipadu kemeja abu-abu yang dibungkus blazer bermotif abstrak menoleh saat suara yang ia hafal siapa pemiliknya memanggil hingga membuat namanya menggema di lorong menuju elevator.

"Fal?"

"Hmmm," gumam Fale sambil menekan tombol elevator di hadapannya.

"Pak Edo udah ada di kantor, belum?" Pria yang sering dipanggil Kafi itu memulai percakapan.

"Beliau nggak masuk hari ini," jawab Fale lalu masuk ke dalam sangkar yang pintunya terbuka bersama pria yang menjabat sebagai kepala produksi di perusahaan keluarganya.

"Eh, ke mana, Fal?"

"Kepo."

Dengkusan kasar Kafi menyahuti ucapan Fale yang seperti biasa, rasanya terlihat rugi jika memasang senyum ramah. "Gue serius, Fal. Gue mau ketemu Pak Edo, kalau bisa sih, adain meeting sama staff produksi."

"Meeting?" Fale menoleh pada pria berkemeja biru yang berdiri di sampingnya. "Ada masalah, ya?"

Kafi mengangguk pendek. "Nggak serius, sih. Cuma Pak Edo perlu tahu, suplai kayu jati yang biasa udah ganti mandor, kayaknya agak curang."

Fale mengangguk memahami. "Pantes laporan bahan rijek banyak banget."

"Nah, itu. Yang dirujak Pak Edo nanti gue kalau diam aja."

"Om Edo kemarin minta seminggu ke depan jadwalnya dikosongin. Beliau lagi ada urusan di Batam."

"Eh, sekarang orangnya di Batam?"

Secret In Paris ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang