001. Kali Pertama

29 8 0
                                    

raksakuma
.

Siang ini, suasana kelas kembali ramai saat terdengar bel tanda jam istirahat akan tiba berbunyi menggelegar memasuki penjuru gedung sekolah.

Murid kelas segera berhamburan berdiri dari kursinya dan berjalan menuju ke luar kelas, tak terkecuali dengan Risa, kawan sebangkuku yang kini sedang meregangkan sekujur badannya itu, tanda bahwa tubuhnya sudah kelewat kaku mendengar penjelasan dan omelan pada pembelajaran matematika tadi.

"Gilaaa MTK sinting banget! badan gue kaku selama 2 jam penuh tadi."

Aku hanya tertawa menanggapi, mengingat tentang bagaimana Pak Kelvin, lelaki tua berkumis tebal yang selalu menukikkan alisnya dan berteriak marah itu mengajar. Yah, tak aneh sih jika murid-murid banyak yang merasa jengah dan kesal jika diajar olehnya. 

"Iya, bapaknya mood-moodan kalo ngajar. Mana pelit nilai lagi!" lanjutku menanggapi, yang hanya ditanggapi anggukan setuju dengan wajah yang kesal oleh Risa.

"Dhis kantin kuyy, mau makan bakso guee."

Aku lalu mengangguk setuju, maka kamipun berjalan menuju ambang pintu. Namun belum tepat sepenuhnya kami keluar dari pintu kelas, kami sudah dihadang oleh seorang gadis. Namanya Kiera, teman sekelas Risa sejak kelas 3 SMP dulu, yang memang sering mampir saat jam istirahat tiba di kelas 10 ini

"Risaaaa, ayoo kantinnn! laper guee." Kiera berujar merengek, lalu mengaitkan lengan Risa pada lengannya dan berjalan, membuatku agak tertinggal di belakang namun hanya bisa tersenyum nanar melihat kejadian ini.

Lalu sampailah kami di kantin. Kami mengambil duduk di salah satu meja panjang yang ada. Saat Risa dan Kiera asik mengobrol, aku lalu memotong, menanyai tentang menu apa yang akan kami pesan.

"Gue mau batagor aja deh. Dhis, lo tolong ambilin ya? si Risa bakso."

"Eh gak usah, gue bantu aja." Risa berujar karna tak enak hati denganku, namun aku hanya tersenyum dan berkata bahwa biar aku saja yang ambilkan.

"Udaah gapapa Ris, gue masih mau lanjut cerita tentang kak Raven juga, lu duduk aja dengerin gue dulu!" Kiera ikut angkat bicara, yang membuat Risa akhirnya kembali terduduk.

Akhirnya setelah 3 kali bolak balik ke meja kami dan booth tempat jualan menu kami yang berbeda-beda, aku berjalan kembali menuju ke tempat duduk di kursi. Namun alangkah terkejutnya aku kala melihat bahwa kursi di samping kami sudah terisi dengan rombongan kakak kelas.

Sebenarnya itu bukan masalah, tapi- ada kak Mahesa..

Aku terduduk dengan degupan jantung yang berdetak cepat bukan main, badanku kaku bahkan sekedar untuk menoleh ke arah kanan saja rasanya tak bisa.

Kiera dan Risa duduk di hadapanku. Sedangkan kak Mahesa- duduk di sebelahku. Gila! ini gila! Ah intinya, kak Mahesa terlihat sangat tampan, persis seperti biasanya. Lelaki itu mengenakan seragam putih abu-abu, dengan bagian lengan baju yang ia gulung sampai ke sikunya. Tak lupa dengan jam tangan yang bertengger melingkari pergelangan tangan kanannya, diikuti dengan beberapa gelang yang melingkar di tangan kirinya.

Kak Mahesa selalu tampil rapih dan memancarkan aura yang kuat. Lelaki itu memiliki wangi yang harum dan maskulin, rambutnya selalu terbentuk bagus dan tak kotor atau lepek.

Heather | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang