3. BTH : Memang Iya?

136 111 396
                                    

وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلٰكِنْ لَّا تُبْصِرُوْنَ

"Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat."

(QS. Al-Waqiah : 85)

 Al-Waqiah : 85)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

3. Memang Iya?

Pukul delapan kurang sepuluh menit, kedua puluh tiga murid yang dipilih dalam menghadiri undangan yang dibicarakan kemarin oleh Bu Indar saat ini sudah sampai disekolah. Dengan baju osis tak lupa juga almameter yang terpasang rapih  masing-masing dari mereka.

Berhubung acara yang diselenggarakan pada hari jum'at mana kala seluruh murid SMA Negeri Merdeka menggunakan baju pramuka menatap mereka dengan pandangan aneh, namun mereka tetap memilih abai. Seperti yang dilakukan Jon saat ini, dia sibuk berkaca seraya merapihkan rambutnya yang sudah panjang.

"Sudahlah lagi toh, Mas ngaca nya. Ndak ada yang berubah juga kok muka nya." Ujar Kasi yang sedari tadi memperhatikan Jon.

"Yang penting ganteng." Balasnya asal.

Teguh menatap Jibril yang sedari tadi hanya diam saja, ia menepuk bahu Jibril membuat sang empu menoleh cepat kearah nya.

"Kamu sama Mas, ya?"

Jibril mengangguk, "Iya, Mas."

Sejatinya Jibril adalah lelaki yang kalem, ia hanya akan berbicara bila ada yang mengajak nya. Bila tidak, dia akan terus diam dan memperhatikan tanpa mau ikut campur. Tidak seperti Hasta ataupun Cipta yang akan terus menyahut walaupun tidak diajak berbicara, tidak juga seperti Sadjiwo yang hanya akan mengeluarkan suara bila ada hal mendesak saja.

"Bu Indar kemana toh? Ini dia menyuruh kita untuk langsung ketempat atau bagaimana?" Ujar Yuga yang sudah lelah menungggu, karena memang menungggu itu tidak seenak yang dibayangkan.

Tak lama setelah mengatakan hal tersebut, Bu Indar datang dengan senyum tak berdosa karena datang terlambat. Mereka juga ikut tersenyum, lebih tepatnya senyum kecut.

Bus To Heaven, 2003Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang