Sebuah kisah perjalanan Penulis selama mengikuti kegiatan pertukaran mahasiswa merdeka batch 2 di Universitas Al-Azhar Indonesia. Kenangan akan terus abadi apabila dijadikan prasasti, anggap saja tulisan sederhana ini sebuah prasasti yang menjadi wa...
Kisah yang tertinggal. Yup, kenapa aku mengatakan demikian? Karena pada bagian ini aku ingin kembali menceritakan beberapa kisah yang mungkin terlewatkan tapi amat sayang jika tidak tertulis pada buku sederhana ini. Aku ingin, sekecil apapun kisah itu ia tetap abadi karena biar bagaimana pun ia bagian dari kisah ini. Sebuah cerita sederhana tentang bagaimana seorang gadis batak menguntai kisah di Ibu kota bersama puluhan teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia.
Jadi walaupun tidak urut, semoga kisah-kisah sederhana dalam buku ini tetap menarik untuk dibaca oleh teman-teman semua dan kemudian dapat menarik sesuatu yang bermanfaat padanya.
Senam dan Gotong Royong Pertama di Asrama
Kegiatan itu berlangsung di hari minggu, seperti seminggu setelah kami tinggal di asrama dan belum melakukan kegiatan Modnus bahkan ke kampus. Sebetulnya aku tidak ingat kapan pasti kegiatan ini berlangsung, tapi yang pasti kegiatan senam dan gotong royong ini dilakukan sebelum modul nusantara pertama karena pada saat kegiatan senam dan gotong royong aku belum terlalu banyak mengenal anak-anak PMM yang lain.
Jam enam pagi, kami semua sudah berkumpul dihalaman asrama. Dipandu oleh ketua suku-Aghil-kami disuruh berbaris rapi sebelum memulai senam. Setelah semua barisan rapi, senam pun berlangsung. Ada tiga jenis senam yang kami peragakan pagi itu, senam pramuka, senam penguin, dan senam maumere. Aku, Dita, Nasya, dan Echa berada pada barisan belakang. Untuk senam pertama ini berlangsung sangat menyenangkan menurutku dan pada kegiatan ini aku akhirnya bisa lebih banyak mengenal teman-teman PMM yang lain.
Karena senam pertama ini aku mengenal Luthfiatul, seorang mahasiswi dari Universitas Negeri Padang yang ternyata adalah eda-ku. Eda itu berarti ipar perempuan dalam bahasa batak, tapi dalam konteks ini bukan berarti aku sudah menikah dengan saudara Lutfhia yah teman-teman, bukan. Jadi marga Ibunya Luthfia kebetulan sama dengan margaku, yaitu Hasibuan. Dalam pertuturan batak, apabila marga kita sama dengan ibu teman atau calon misalnya itu masuk dalam kategori pariban, maka ibunya Lutfhi adalah Bou-ku. Maka nantinya aku boleh menikah dengan saudara laki-laki dari Luthfia tanpa terhalang permasalahan marga lagi, karena dalam adat batak yang semarga dilarang menikah karena dianggap masih sedarah atau bersaudara.
Aku juga berkenalan dengan Desi yang ternyata adalah adek tingkat aku di kampus. Lagi-lagi kita beda jurusan dan fakultas, makanya tidak saling kenal. Dan yang paling mengejutkan dari Desi adalah dia dari Padang Lawas juga, Ya Tuhan! Bukankah dunia ini sangat kecil? Tahu apalagi yang mengejutkan? Rumahnya sangat dekat dengan rumah Kakek Nenekku dari pihak Ibu! Tuhan, bahkan Desi tahu alamarhum dan almarhumah Kakek dan Nenek. Bagian berkenalan dengan Desi memang sangat penuh dengan plot twist, selama mengobrol kami menggunakan bahasa daerah kami, batak Mandailing. Sangat menyenangkan menggunakan bahasa daerah kita di tanah rantau memang!
Baiklah, setelah istirahat sejenak kami melanjutkan agenda beritkunya. Gotong royong membersihkan lingkungan asrama. Sebelum memulai, lagi kami dibariskan rapi depan asrama kali ini oleh wakil ketua suku-Qonitah. Beliau membagi kami sesuai kelompok untuk bersih-bersih, kebetulan aku dan kelompok dapat bagian membersihkan halaman depan asrama. Dari kegiatan ini juga aku berkenalan lagi dengan beberapa teman yang sekelompok denganku. Ada Rifal, Kak Santi, Arina, Erika, Khafie, Rafel, Chatur, dan Meissy. Fun fact, Rifal adalah orang yang sering aku chat sebelum pemberangkatan kemarin. Aku sering bertanya padanya perihal yang tidak aku mengerti tentang banyak hal seputar pemberangkatan ke UAI nantinya. Saking cepat responnya dia, malah pertama aku pikir Rifal adalah salah satu mentor mahasiswa PMM2 di UAI jadi untuk pertama aku memanggilnya kak. Dan ternyata beliau juga mahasiswa PMM dari Palu. Tapi sayangnya, kami tidak banyak berkomunikasi selama PMM karena beda kelompok Modnus.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.