Seiring berjalannya waktu, semua perlahan berubah, entah keadaan atau sifat seseorang. Dan Arjuna yakin Arumi pun demikian. Setelah bertemu lagi dengannya tadi Juna merasa kesal, kesal karena diabaikan mungkin tepatnya padahal dia masih ingin menanyakan banyak hal, misalnya kejelasan tentang siapa ayah Aruna, kalau itu memang Juna dia akan merasa senang dan merencanakan untuk membuat list apa saja yang akan dia lakukan dengan putrinya. Tapi semua lenyap karena Arumi mengabaikannyaCk ck. Memikirkannya bikin Arjuna makin kesal saja
"Addohhh..," Juna mengadu kesakitan "Ngapain naru kaki disini sih" ucapnya, menatap kesal pada Jaya. Sontak buat korban yang sesungguhnya tidak terima
"Mon maap nih. Situ yang salah kok saya yang disalahin" balas pemuda itu sewot
"ck. Ini rumah siapa?"
"Ya lo"
"Itu tahu"
Hanya untuk bikin Jaya berdecak, mencibir 'iti tihi' abangnya yang agaknya kewarasannya kembali terganggu "Lo kenapa lagi sih? PMS lagi?" Jaya tidak tahan untuk tidak cari masalah
Juna memutar matanya malas "Apaan sih" lalu asik bengong lagi tapi mukanya masih setia ditekuk Jaya pun tidak berkomentar lagi, ia kembali fokus pada games yang sedang dimainkan
Tapi
"Kenapa sih bang. Ahhhh" seru Jaya ngegas, pasalnya abangnya kembali berulah setelah anteng beberapa menit.. Tidak tidak, beberapa detik saja. Ralat
"Yaa ngapain lo anteng anteng aja" jawab pria itu tanpa rasa bersalah buat Jaya menukik alisnya bingung. Ya terus menurut lo?. Ini beneran Juna kerasukan sih fix
"Astagfirullah al'adzim" desah Jaya sambil elus dada sabar "Diem salah, ngomong salah" adunya lirih "Kayaknya aku tuh salah mulu yaa dimata kamu" makin dramatis tapi tidak buat keadaan Juna membaik. Pria itu hanya berdecak melihat adiknya
"Ck ck mulu dari tadi" suara Jaya kembali terdengar "Gara gara emaknya Runa?" Tebaknya. Juna belum membalas dan Jaya kembali melanjutkan "Iya kan?" todong pemuda itu "Kalau Mami tahu sih. Geger nih pasti...,geger" pemuda itu berdehem "..., Putra sulungnya ketahuan ngehamilin cewek... Parahnya anaknya sudah besar...., isshh isshhh" ditutup dengan gelengan penuh drama Jaya
"Mau kemana lo?" Juna bangkit dari duduknya melenggang masuk ke kamar lalu keluar lagi setelah menjawab
"Pulang"
____
Terlalu banyak hal menyakitkan yang terjadi di kehidupan Arumi, sampai ia lelah jika harus menghitungnya. Arumi sadar setiap jalan hidup manusia pasti akan ada ujian dan tiapnya pasti akan ada jalan keluar, tapi jika bisa memilih, ia tidak ingin diuji seperti ini. Sudah beberapa menit berlalu tapi dokter yang menangani putrinya belum menampakkan diri. Arumi takut, takut sekali, lebih daripada itu ia takut ditinggalkan
Lagi
Setelah berhasil keluar dari apartemen Arjuna beberapa jam yang lalu, Arumi tidak ingat tepatnya. Diperjalanan ia mengalami musibah, sebuah mobil sedan hitam menyerempet sepeda motor miliknya dari arah belakang, perempuan itu sudah menghindar demi memberi jalan kepada roda empat, tapi seperti sudah direncanakan, mobil itu malah menyerempetnya kencang berakhir oleng dan mereka terjatuh, Aruna yang paling parah, karena anak itu terlempar agak jauh ke aspal, sedang Arumi mengalami beberapa luka ditubuh yang tidak bisa dikatakan ringan
"Dokter, anak saya?" dokter itu menghela napas
"Alhamdulillah sudah jauh lebih baik...," Arumi menghela lega yang "..,tapi.... anak ibu kekurangan darah, dan Rumah sakit kehabisan stok darah bu" sebelum pergi dokter itu membungkuk hormat
Seperti di sinetron sinetron, hal ini betulan dialami Arumi. Dokter bilang pihak Rumah sakit sudah menghubungi rumah sakit terdekat, tapi memang sudah takdirnya, stok darahnya pun tidak bisa dikirim, karena digunakan untuk operasi besar. Sementara Arumi bingung, ingin mengabari lewat ponsel tapi perempuan itu sadar ia tidak punya teman ditempat kerja. Kenapa juga bukan darahnya saja yang sama dengan putrinya, kenapa harus ayahnya?..., tunggu ayah?
Tidak ada cara lain untuk saat ini
Selain meminta bantuan ayah kandung putrinya
___
"Ya ampun.. Hee kamu siapa? Astagfirullah" wanita paruh baya itu berseru kaget. Arumi yang diteriaki merasa kaget--bingung harus bagaimana, sebab baru kali ini dia bertemu langsung dengan keluarga Arjuna
"Arjuna ada?" ia bertanya lirih yang suaranya masih bisa didengar lawan bicara, keadaannya tidak lebih baik--bahkan sekarang pakaiannya basah--agak menggigil tapi berusaha ia tahan
"Papiiii..., Junaaa" mami teriak "Kamu masuk dulu ya. Juna ada didalam" satu: Arumi pikir ibunya Arjuna pasti akan berperan layaknya antagonis kalau tahu anaknya berdekatan dengan kaum rendahan--macam dirinya, itu karna penampilannya pun ibu ibu modern, namun tatapan mata itu sangat hangat seperti perlakuannya. Dua: perempuan itu pikir, dia akan langsung diusir dari rumah besar dihadapannya
"Lohhh, Arumi" suara dari Arjuna, wajahnya berubah bingung
Orang yang disebut menengok, menunduk "Aku mau minta tolong" ucapnya lirih tapi masih bisa terdengar
"Anakku butuh darah" napasnya tercekat, ia maju selangkah lalu jatuh berlutut dihadapan pria itu, dia mungkin tidak perlu melakukan ini, tapi Arumi harus "Dan aku gak punya kenalan lain yang darahnya cocok"
Perempuan itu masih menunduk dengan kedua tangan menyatu diatas paha saling bertaut
"Aruna kenapa?" tanya Juna dingin juga khawatir
"Kami....,kecelakaan..," buat Juna kaget
Percakapan itu masih diisi dengan mereka berdua, hingga helaan napas Juna pun terdengar
Tersenyum miring
"Aku kira kamu gak kenal sama aku"
"......" Arumi hanya terisak. Pria itu terus menekan hanya untuk memuaskan egonya
"Ternyata benar kan kalau dia anak aku"
"......"
Juna menghela napas gusar. Ia marah, kesal, khawatir, disamping itu ia juga memikirkan, bagaimana menjelaskan semua yang terjadi kepada orangtuanya
"Kamu kenapa bisa lalai jaga anak sih Rum?" teriaknya frustasi--padahal harusnya pria itu sudah bergerak menuju Rumah sakit demi menolong putrinya--tapi Juna dengan arogannya ingin meluapkan segalanya sekarang
Dan Arumi harusnya bisa membalas bahwa Juna tidak berhak menghakiminya seperti itu--karena semua juga tahu dia tidak berperan apapun selama empat tahun ini. Tapi perempuan itu memilih diam, isakannya saja yang bertambah. Arumi merasa dia memang ibu yang tidak becus sampai Arjuna harus berucap seperti itu
mencoba mengatur napas, Arumi mendongak, ia katupkan dua tangannya didepan dada. Mengiba "Aku mohon" lirihnya "Tolong... Apapun akan aku lakukan.. tapi aku mohon.., tolong Runa"
"Oke.. Aku minta hak Runa setelah ini"
YOU ARE READING
Fa-mi-ly
RandomArumi Gantari tidak pernah berpikir sebelumnya untuk jatuh cinta pada seorang laki-laki. Fokusnya hanya menimba ilmu lalu membahagiakan orangtua. Tapi takdir tidak ada yang tahu Sampai Arjuna datang dan mengubah segalanya; putus pendidikan, diusir...