Chapter 1

104 21 8
                                    


"Kalau kau ingin pulang duluan, pulanglah Ino. Aku bisa menunggu Sasori-nii sendiri."

Suara itu mengalun lembut, membuat gadis pirang di sebelah Sang Pemilik suara menoleh menatapnya. Ino, menyipitkan matanya sebelum mulut pedasnya kemudian berkomentar mengeluarkan lava panasnya.

"Baiklah kalau begitu. Mungkin aku perlu mengingatkanmu kalau Sasori telah mempercayakanmu padaku sebagai syarat agar kau boleh ke Planetarium ini lagi. Kalau kau mau Sasori tak mengijinkanmu, aku akan pergi."

Sakura menghela nafas mendengar komentar sarkastik Ino. Dalam hati ia mengeluh tentang betapa overnya kakaknya itu menjaganya. Mengekang kebebasannya. Namun mengingat alasan mengapa Sang Kakak berbuat demikian, membuatnya lagi-lagi hanya bisa menghela nafas pasrah.

"Baiklah Ino. Aku menyerah."

Ino terkekeh senang melihat gadis pink itu takluk tanpa perlawanan sedikitpun. Menjadi sahabat sedari kecil membuatnya memahami bagaimana Sang Gadis rela memberikan apapun yang ia punya untuk sesuatu yang disukainya. Dan Planetarium ini adalah salah satu yang ia sukai. Sakura menyukai semua hal tentang antariksa dan sains. Dan jangan ditanya lagi. Ia langsung jatuh cinta saat pertama kalinya masuk ke dalam Planetarium ini.

Dalam hati ia sedikit merasa iba pada sahabat pinknya ini. Bagaimana emerald itu begitu berbinar kagum saat melihat Planetarium ini saat olimpiade. Sakura yang malang. Ino bisa membayangkan betapa tidak enaknya hidup Sakura. Dimana kebebasannya harus terenggut karena takdir yang harus ia alami. Ia bahkan bertengkar dengan Sang Kakak yang selalu diturutinya karena nekat ingin keluar sendiri untuk bisa mengunjungi Planetarinum ini lagi. Ino akhirnya harus rela menjadi penjamin untuk bisa meyakinkan kakak kesayangan gadis itu.

Ino menyayangi Sakura. Sangat. Bahkan ia rela memberikan melakukan apapun demi gadis itu. Untuk membuatnya bisa menikmati hidupnya. Selagi takdir masih bisa memberinya kesempatan. Selagi alam masih memberinya waktu.

Tak sadar airmata mengambang di sudut matanya. Dan akan jatuh mengikuti ketentuan hukum gravitasi, jika saja suara dering ponsel Sakura tidak segera menyadarkannya dan membuatnya menyeka kristal bening itu dengan cepat.

"Ada apa?"

Kalimat tanya itu meluncur saat maniknya melihat wajah Sakura yang tampak berkerut.

"Sasori-nii tidak bisa menjemput. Kita disuruh naik taxi. Nanti dia yang akan membayar ongkosnya."

Raut Ino berubah cemberut.

"Huh, Si Setan Merah itu! Kenapa tidak bilang dari tadi?! Membuat kita menunggu saja!"

Sakura terkikik geli melihat sahabat yang kini menggembungkan pipinya kesal. Ino benar-benar gadis yang apa adanya. Walau terlihat kesal, ia tak akan benar-benar marah. Sakura tahu itu. Karenanya ia hanya menepuk bahu sahabatnya itu.

"Ayo! Ini sudah malam. Aku tak mau kau dimarahi ibumu."

Sang Gadis pirang hanya bisa mendengus sebelum akhirnya mengikuti Sakura yang berjalan keluar pelataran Planetarium sambil memeluk buku dan teropong kesayangannya untuk mencari taxi. Namun langkah mereka harus terhenti saat sebuah mobil yang sedang melaju dengan cepat, tiba-tiba berhenti mendadak di depan gedung panti rehabilitasi tak jauh dari tempat mereka berdiri. Membuat suara decitan yang mencekik telinga. Sebuah mobil lainnya menyusul beberapa saat setelahnya.

Sakura dan Ino yang tak begitu paham apa yang terjadi, hanya memandang kedua mobil tersebut dengan tatapan penuh tanya. Seorang pria dewasa tampak keluar dari dalam mobil tersebut sambil menarik seorang laki-laki lainnya dengan kasar dan membantingnya tanpa perasaan. Semua terjadi begitu cepat, saat kemudian sang pria dewasa memukul bertubi-tubi rahang sang pemuda dengan kerasnya. Membuat Sakura dan Ino spontan menutup mulut mereka dalam usaha menahan pekikan yang meluncur tanpa sadar.

Solar Eclipse SasuSaku versionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang