Dua belas tahun kemudian.
Sasuke tersenyum tipis di hadapan makam itu sebelum meletakkan buket bunga lily di tangannya.
Makam Sakura.
Tatapan sendu sejenak mampir di matanya menatap pusara itu sebelum akhirnya hilang bersama helaan nafas panjangnya. Ia sontak melemparkan pandangannya menatap hamparan langit luas di atas sana. Seperti mencari sesuatu.
Hari ini tanggal Sembilan Maret.
Setelah dua belas tahun yang lalu.
Setelah kematian Sakura.
Sasuke sudah menjadi seperti yang diinginkan gadis itu. Menjadi seorang CEO perusahaan teknologi yang ia bangun dengan tangannya sendiri. Bersinar seperti pesan kekasih hatinya. Berharap Sang Gadis bahagia melihatnya di sana.
"Uchiha-sama, sebentar lagi gerhana akan terjadi. Kalau anda tak ingin ketinggalan."
Sasuke melirik sekertarisnya yang tampak tersenyum sumringah ke arahnya. Dengusan rendah terdengar dari bibirnya saat ia mendengar nada riang dari sekertaris cantiknya itu. Seperti yang sedang berburu melihat gerhana bukan dirinya, melainkan sekertarisnya itu.
"Sepertinya di antara kita, kaulah yang paling semangat, Karin."
Gadis bernama Karin itu tampak gelagapan sebelum akhirnya ia kemudian menundukkan kepalanya.
"Uhm, maafkan saya Uchiha-sama."
Sasuke kembali menghela nafas sambil tersenyum tipis kemudian kembali memandang langit. Terdiam sesaat sebelum sebuah pertanyaan meluncur dari bibirnya.
"Apa yang membuatmu menyukai gerhana?"
"Eh?"
Karin mengerjab menatap atasannya itu sambil berusaha mencerna pertanyaannya. Menatap Sasuke yang kini menoleh pelan ke arahnya.
"Apakah karena Gerhana Matahari adalah satu-satunya momen untuk membuktikan Postulat Relativitas Umum Einstein tentang pembelokan cahaya?"
Tertegun sesaat, Karin kemudian terkikik geli mendengar serentetan pertanyaan dari Sang Atasan. Jujur ini pertama kali ia mendengar seorang Uchiha Sasuke bertanya sepanjang itu. Sangat langka.
Tatapan heran yang sedikit horor –bagi Karin– dari Sasukelah yang menghentikan tawanya. Ia berdehem sebentar sebelum kemudian menjawab pria itu.
"Maaf Uchiha-sama. Saya pikir anda sudah tahu kalau saya tidak paham dengan Fisika Kuantum. Jadi saya rasa sangat lucu anda berbicara tentang itu pada saya."
Raut Sasuke yang kembali datar membuat wajah Karin sedikit relax. Atasannya itu sepertinya menerima alasannya. Ia tersenyum tipis sebelum kembali berbicara.
"Saya menyukai Gerhana Matahari karena itu adalah fenomena paling romantis yang jarang sekali terjadi."
Romantis?
Sasuke yang sepertinya tertarik dengan ucapannya, mengangkat sebelah alisnya masih dengan raut datar andalannya. Menandakan ia ingin sekali mendengarkan kelanjutan keterangan dari sekertarisnya itu. Hal yang membuat Karin melebarkan senyumnya dan kembali melanjutkan kata-katanya.
"Karena itu adalah pertemuan dua benda langit yang telah lama terpisah."
Sasuke tertegun seketika. Wajah sekertarisnya yang sedang tersenyum kabur terlarut terbawa untaian kata yang terucap setelahnya.
"Sebuah pertemuan yang sepertinya mustahil untuk terjadi pada dua benda langit yang hidup di dunia yang berbeda."
"..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Solar Eclipse SasuSaku version
FanfictionSemesta alampun mengijinkan kita bersama. Mematahkan semua keyakinan manusia tentang bulan dan matahari yang tak mungkin bisa bersama. Walau kebersamaan inipun hanya sekejab mata. Seperti sebuah keajaiban indah bernama Gerhana Matahari