Ini adalah harinya. Hari dimana ia berniat mengikat janjinya dengan Sakura. Hari dimana ia berjanji untuk melihat gerhana matahari bersama. Ia ingin mengutarakan cintanya pada Sang Gadis.Namun semua hanya tinggal keinginan. Saat tiga bulan yang lalu gadis itu memutuskan untuk tak bertemu dengannya lagi. Sasuke merasa hidupnya kembali hampa. Tak ada yang diinginkan. Dunia seperti meninggalkannya. Melemparnya kembali ke jurang kegelapan. Ia kembali pada dunia obat-obatannya. Bersiap menerima pukulan Sang Ayah saat memergokinya. Yang mengherankan karena hal itu tak pernah terjadi. Ayahnya hanya menatapnya geram sebelum tatapannya itu berubah menjadi sesuatu yang tak ia mengerti. Seperti tatapan putus asa dan kesedihan mendalam. Ia tak menyukainya. Ia lebih menyukai ayahnya itu menghajarnya. Itu lebih melegakan daripada tatapan menjijikan itu. Ia tak suka.
Namun semua berbeda sejak hari ini. Lebih tepatnya saat ia tak sengaja mendengar percakapan ayah, ibu dan juga Itachi, kakaknya, saat ia hendak nekad keluar rumah.
"Sakura baru saja meninggal di Rumah Sakit International Tokyo."
Ia tercekat dan menjatuhkan tasnya seketika. Semua yang di sana kaget mengetahui keberadaannya. Sasuke merasa tubuhnya seolah terpaku di tempat. Berat dan tak sanggup digerakkan.
"Sasuke-kun?"
"Apa yang ibu katakan?"
Mikoto meneteskan airmatanya melihat Sasuke, seakan tak sanggup menyampaikan kabar itu pada putranya. Tak sanggup melihat anaknya itu terpuruk lebih jauh karena kabar ini.
"Sakura baru saja berpulang, Sasuke-kun."
Berdiri linglung mencerna apa yang baru saja ia dengar. Seakan separuh nyawanya sedang di ambil. Untuk sesaat ia seperti sedang berada di dunia mimpi. Namun, saat ia melihat sang ibu yang berdiri di sana sambil menangis terisak, kini ia tahu kalau ia tidak sedang berilusi. Ini nyata.
Tak ada yang ia pikirkan saat secara otomatis kakinya bergerak. Ia berlari kencang bahkan sampai mengabaikan teriakan Sang Kakak yang memanggilnya. Berlari sekuat yang ia bisa. Mengerahkan seluruh tenaganya. Seakan jika ia berhenti, dunia akan segera hancur.
Sasuke tidak pernah seperti ini sebelumnya. Jantungnya seperti di remas oleh sesuatu. Dadanya begitu sesak. Tenggorokannya seperti tersumbat sesuatu yang ingin meledak keluar. Ia menahan semuanya. Menahan semua emosi yang membuat melumpuhkan setiap sendinya. Menguatkan tubuhnya yang terasa lemas mendengar sesuatu yang menghantam mentalnya begitu kuat.
Tapi semua berbeda saat ia sampai ke tempat tujuannya. Rumah Sakit Internasional Tokyo. Ia menghentikan langkahnya dan berdiri kaku di tempat. Menatap kosong ke pintu masuk Rumah Sakit itu sebelum akhirnya ia memutuskan untuk kembali melangkah. Langkahnya begitu berat, seakan takut apa yang baru saja ia dengar benar adanya.
Dan saat itulah semua menjadi gelap. Gerhana Matahari terjadi saat onyxnya menatap pintu ruangan yang menjadi kamar rawat ICU Sakura. Meraih ganggangnya dan meneguhkan hatinya untuk melangkah masuk. Dalam keremangan ia melihat Ino yang menangis sesenggukan dan ibu Sakura yang menangis dalam dekapan Sasori.
Dan yang membuat hatinya mencelos adalah saat ia melihat ranjang di ruangan itu. Ranjang dengan sebuah gundukan tubuh yang tertutup sebuah kain putih. Tubuhnya lemas seketika. Terasa seperti nyawanya dicabut paksa. Sasori yang melihat kedatangannya hanya dapat menatapnya sedih. Matanya merah dengan sedikit jejak airmata.
Sasuke menyeret langkahnya mendekat dan berdiri linglung di sisi ranjang itu. Mengabaikan Ino yang makin tergugu dalam tangisan saat melihatnya. Tangannya yang bergetar terangkat pelan menggapai selimut yang memisahkannya dengan seseorang di bawah sana. Dan saat selimut itu tersingkap, ia hanya bisa termangu melihat wajah pucat itu. Wajah pucat yang sudah tak menunjukkan tanda-tanda kehidupan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Solar Eclipse SasuSaku version
FanfictionSemesta alampun mengijinkan kita bersama. Mematahkan semua keyakinan manusia tentang bulan dan matahari yang tak mungkin bisa bersama. Walau kebersamaan inipun hanya sekejab mata. Seperti sebuah keajaiban indah bernama Gerhana Matahari