Chapter 10 : Rule

14 3 6
                                    

Satu bola api itu mengarah ke Kashim dan satunya lagi mengarah ke Roys, Jasmine, dan juga Vant.
KABOOM! KABOOM! Suara yang keras terdengar. Sebuah ledakan. Bangunan tempat Jasmine, Roys, dan Vant berada meledak dan hancur terkena bola api yang besar itu. Sementara  suara ledakan terdengar lagi dari tempat Kashim yang tergeletak tidak sadarkan diri.
Dhovi memandangi kobaran apio itu dengan perasaan yang berat dan menyesal. Tapi dia terpaksa harus melakukan itu. Ayahnya adalah orang yang sangat tegas. Ayahnya pasti akan menghajarnya habis-habisan jika mengetahui dia membunuh orang dengan kekuatannya. Dengan menghilangkan saksti, Dhovi harap dia tidak akan ketahuan.
“Maafkan aku…maafkan aku..,” lirihnya sambil menyeka air mata yang terus keluar.
Di saat itu dia menyadari sesuatu. Ada seseorang yang dia lupakan. “Kala!”
Dhovi bergegas berlari menyusul anak bernama Kala itu. Dia tidak lagi menengok ke belakang. Membiarkan empat orang yang baru saja dia tembak dengan bola api terbakar.

***

Dhovi sudah tidak terlihat lagi, sebuah benda hitam berbentuk seperti piring ternyata menutupi tubuh Kashim. Kashim tidak terkena efek ledakan dari tembakan bola api tadi, tapi lukanya tetap parah karena pertarungannya dengan Vant dna Roys.
Benda hitam itu kemudian seperti luntur dan kembali ke tanah, tepatnya kembali menjadi bayangan. Seorang anak laki-laki dengan perban di seluuruh tubuhnya dan memakai topeng Sphinx datang dengan berjalan pelan dari balik sebuah tembok bersama seorang anak laki lainnya, Kala.
Wajah Kala menjadi gugup dan panik. Dia tidak menyangka akan mendapati Dhovi melakukan hal yang kejam seperti itu.
“Maafkan aku, Phantom. Hanya kamu yang bisa aku mintai tolong saat ini,” ucapnya dengan gemetar.
“Kashim berhasil aku lindungi. Tapi siapa yang ada di dalam bangunan itu? Bangunan itu hancur berantakan,” ucap Phantom sambil menunjukbangunan yang terkena tembakan bola api Dhovi.
“Vant, Roys, dan Jasmine, apa kamu tidak memberikan perisai bayanganmu kepada mereka?” tanya Kala dengan panik.
“Kejadian itu terlalu cepat. Aku tidak sempat membuatnya di bangunan itu,”
“Sial!” Kala berlari menuju puing bangunan tempat Vant, Roys, dan Jasmine terkubur. Dia mengangkat puing-puing kecil yang dia bisa dan memindahkannya.
“Vant! Jasmine! Roys! Jawab aku!” teriak Kala. Dia menjadi semakin panik karena dia juga terlibat dengan ini. Dia mulai merasa menyesal dengan apa yang terjadi. Seharusnya Kala menghentikan Dhovi sebelumnya, sebelum dia menembakkan bola api yang besar itu.
Phantom melihat keadaan Kashim dan mendesah. “Dhovi sudah di luar batas.”
Phantom kemudian melihat ke puing-puing bangunan yang sedang coba digali oleh Kala. Dia pun buru-buru mendekati Kala dan menyeretnya mundur.
“Hei, apa yang kamu lakukan, Phantom? Mereka masih di dalam!” seru Kala menolak ditarik mundur oleh Phantom.
“Jagan dekati puing itu kalau kamu tidak ingin terluka, Kala. Jasmin dan yang lainnya masih hidup. Bahkan jiwa mereka lebih kuat dari sebelumnya,” kata Phantom menanggapi.
Benar saja, tiba-tiba puing-puing itu bergetar dan mulai terangkat seperti hukum greavitasi tidak berlaku lagi. Bongkahan-bongkahan itu melayang-layang dan membuka sebuah pemandangan yang mustahil.
Roys, berdiri dengan menggerakkan tangannya, dia lah yang menggerakkan puing-puing itu. Sebuah kekuatan baru yang dia temukan.
Setelah puing-puing itu dipindahkan, terlihat Vant yang tergeletak dan Jasmine yang melindungi Vant dengan punggungnya.
Phantom dan Kala berlari mendekati mereka. Phantom membuka jaketnya dan menutupi bagian punggung Jasmine karena sebelumnya terbakar terkena api milik Dhovi.
“Jasmine! Roys! Kalian tidak apa-apa?” tanya Kala khawatir. Dia kemudian melihat keadaan Vant mencoba jongkok untuk memeriksanya. Tetapi Kala dicegah oleh Roys. Roys memegang kerah baju Kala dan mendorong anak itu ke belakang. Kala jatuh terduduk dengan kedua tangannya menyangga tubuhnya ke belakang.
“Jangan sentuh dia, brengsek! Pergi saja sana dengan pembunuh itu!” seru Roys dengan marah.
Alis Kala mengerut dengan wajah yang sedih. Dia sadar dia adalah bagian dari kelompok Dhovi, yang melukai mereka. Matanya berkaca-kaca melihat orang-orang yang ada di hadapannya.
“Kalian sudah sering mem-bully¬-ku di sekolah, apa itu tidak cukup? Kenapa kalian melukai Vant dan Jasmine? Pergi sana! Aku tidak ingin melihat wajah menjijikanmu!” teriak Roys dengan penuh amarah yang meledak-ledak.
Phantom yang sedang berjongkok memeriksa keadaan Vant hanya bisa diam tanpa mengatakan apapun. Dia melihat Kala berdiri dan pergi berlari sambil menangis penuh penyesalan. Sementara itu Phantom juga merasakan gejolak jiwa amarah Roys yang meluap-luap.
Phantom memegang tangan dari Vant. Dia mencoba untuk berkomunikasi dengan jiwa yang ada di dalam tubuh itu.
“Apa yang harus kita lakukan?” Roys kembali bingung dengan yang terjadi. Sekali ini dia baru pernah menemui keadaan sepelik ini.
Jasmine melihat Phantom yang memegang tangan Vant dan Jasmine bisa melihat dengan mata tembus pandangnya, kalau Phantom mencoba untuk mengirimkan sejumlah energi ke dalam tubuh Vant. Terlihat ada butiran-butiran cahaya yang mulai berpindah dari tangan Phantom ke tangan Vant.
“Phantom, kau..,” kata-kata Jasmine tertahan ketika dia mulai merasakan ada detak jantung dari tubuh Vant.
“Vant!” seru Jasmine karena terkejut. Mata Vant kemudian terbuka dengan kaget. Dia juga bernafas dengan terburu-buru dan menyedot oksigen banyak-banyak seolah baru saja menyelam dengan waktu yang lama.
Dia melihat ada banyak orang di sekelilingnya. Ada Roys, Phantom, dan Jasmine yang wajahnya paling dekat dengannya.
Wajah cantik Jasmine yang terlalu dekat dengan wajahnya membuatnya merasa canggung, apalagi saat ini Vant bertelanjang dada karena bajunya terbakar oleh ledakan tadi. Jasmine yang tersenyum dengan wajah lega membuatnya lebih merasa canggung karena kepala Vant sekarang ada di pangkuan gadis itu.
“Umh… Jasmine?” katanya dengan ragu.
Phantom yang mengerti dengan gejolak emosi yang dirasakan Vant karena berkomunikasi dengan jiwa Vant langsung mengerti maksud dari Vant. Phantom berinisiatif untuk berdiri dan menarik Vant untuk duduk, sehingga anak itu tidak lagi tidur di pangkuan Jasmine.
Roys yang tadinya bingung dan marah kini bisa menghirup napas dengan lega. Vant terlihat tidak mengalami luka apapun. Hanya saja dia menyayangkan tas dan baju mereka banyak yang terbakar. Pasti mereka akan kena marah di rumah.
“Syukurlah kamu tidak apa-apa, Vant,” ucap Jasmine.
“Umh…yeah. Aku rasa begitu, Jasmine,” kata Vant menanggapi.
“Dasar bocah bikin khawatir! Aku kira kamu mati, tadi!” Roys memukul pundak Vant dengan sedikit tertawa. Vant membalasnya dengan senyuman.
Phantom kemudian berdiri. Dia memandang Jasmine dengan dalam. Jasmine yang menyadari hal itu ikut berdiri dan mendekatkan diri pada anak bertoeng itu.
“Terima kasih, Phantom. Kamu te—”
Phantom meletakkan jari telunjukknya di depan mulut topeng Sphinx yang dia kenakan. Memberi kode kepada Jasmine untu tetap diam.
Jasmine mengerti apa yang dimaksudkan oleh Phantom. Setiap orang di sekitar Phantom hanya mengetahui kalau Phantom hanya memiliki kekuatan untuk mengendalikan bayangan, tidak ada satu orang pun yang mengetahui kalau Phantom bisa berkomunikasi dengan jiwa orang lain, kecuali Jasmine. Entah alasan apa yang dimiliki oleh Phantom untuk merahasiakan kekuatannya ini, tetapi pasti dia sudah memperhitungkan banyak hal. Apalagi karena dia memiliki masa lalu yang kelam, ketakutannya dengan hal yang terjadi di masa lalu pasti membuatnya memutuskan hal itu.
Phantom kemudian berjalan menuju Kashim yang masih pingsan dan memegang tangannya, Phantom akan mencoba berkomunikasi dengan jiwa yang ada dalam tubuh itu dan akan ‘mengatur’ sedikit tentang tubuh itu. Karena Phantom memiliki sedikit kepentingan dengan Kashim.
Vant, Roys, dan Jasmine hanya melihatnya tanpa mencurigai apapun. Mereka bertiga hanya merasa lega mengetahui kenyataan kalau mereka bisa lolos dari maut. Dengan tanpa luka sedikitpun.
“Aku akan menolong Kashim sendiri. Kalian baru pertama kali berkelahi dengan anak yang memiliki kemampuan super. Jiwa kalian tidak stabil, kalian perlu menenangkan diri,” ucap Phantom.
Ketiga anak itu saling berpandangan mendengar Phantom dengan kalimat yang terlalu dewasa itu. Tetapi bukankah Phantom akan mendapat masalah jika menolong Kashim sendirian?
“Phantom, kami terlibat dan melukai Kashim juga, aku rasa kami perlu bertanggung jawab—”
“Tidak apa-apa. Akan terlihat lebih logis jika mereka mengira aku yang berkelahi dengan Kashim daripada kalian.” Phantom kembali memotong kalimat Jasmine. “Kashim akan baik-baik saja. Aku akan membawanya ke Recorvery Shaman, dia akan sembuh dengan cepat, aku lebih mengkhawatirkan kalian.”
Ketiga anak itu kembali berpandangan. Mereka tidak mengerti kenapa Phantom melakukan hal itu. Mereka pun stuju untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Phantom.
“Baiklah, Phantom. Aku serahkan Kashim padamu,” ucap Vant.
“Oh iya, tentang kekuatan kalian yang baru bangkit, aku sarankan kalian membuat aturan bagaimana kalian akan menggunakannya. Semua hal ini terjadi karena salah satu dari kalian menggunakannya dengan sembrono, kan?” tambah Phantom.
Phantom ada benarnya. Perkelahian ini terjadi karena hal yang sepele, yaitu Roys yang menjahili Dhovi dengan mata lasernya. Mereka segera mengerti apa yang dimaksudkan oleh Phantom.
“Baiklah. Kami mengerti. Terima kasih, Phantom,” ucap Roys dengan nada menyesal. Mereka bertiga pun berjalan pergi meninggalkan Phantom dan Kashim yang terbaring disana.
Phantom kembali melanjutkan komunikasinya dengan jiwa yang ada di dalam tubuh Kashim. Dia juga melakukan sesuatu yang lain, yaitu mencari dan menghapus memori tentang kekuatan super yang dimiliki oleh Vant, Roys dan Jasmine. Sebuah kekuatan manipulasi yang dia rahasiakan dari siapapun, termasuk dari Jasmine.
Sesaat setelah Vant, Roys, dan Jasmine tidak lagi terlihat oleh pandangan Phantom, Kashim mulai sadar dan membuka matanya. Tubuhnya terasa perih di sana-sini dan kakinya terasa sangat nyeri.
“Ahh..Dhovi brengsek!” rintihnya setelah dia sadar.
“Apa yang terjadi padamu, Kashim? Kenapa badanmu penuh luka? Apa kau berkelahi dengan Dhovi lagi?”
“Iya! Si kaya bajingan itu menembaki aku dengan bola apinya yang meledak! Dia menyerangku dari belakang! Kalau dia menyerangku dari depan pasti aku akan menang seperti yang terjadi sebelumnya!” ucapnya kesal.
“Siapa saja yang terlibat? Apa kamu ingin aku melaporkannya kepada kepala sekolah tentang perbuatannya? Mereka pasti akan memberikan hukuman yang pantas untuknya.”
“Aku hanya mengingat ada tiga orang tadi. Hanya ada aku, Dhovi, dan Kala. Ingatanku kabur dengan apa yang terjadi, tetapi aku ingat kalau Dhovi menyerangku dengan bola api.”
Phantom terdiam sejenak. Dia merasa dirinya telah berhasil menghapus ingatan milik Kashim. Dengan begini dia berhasil membantu Jasmine, Roys, dan Vant secara diam-diam. Mengingat Kashim adalah orang yang gampang sekali emosi dan berkelahi, dia pasti akan langsung membalas orang-orang yang melukainya.
“Kamu bisa berdiri? Ayo aku antar kamu ke Recorvery Shaman. Dia bisa menyembuhkan luka-luka itu dengan sekejap dengan kekuatannya. Rumah sakit bukanlah pilihan yang bagus untukmu saat ini. Aku mengenal Rcorvery Shaman itu secara pribadi, dia pasti mau mengobatimu tanpa memungut biaya. Apa kau mau ikut saranku?”
Mendengar kata ‘tanpa biaya’ telinga Kashim sedikit bergerak. Dia kemudian berusaha berdiri dengan semampunya. “Baiklah, lagipula kalau ke rumah sakit harus bayar. Dan aku tidak punya uang saat ini.”

[END] Libra Spin-Off : The Children of WonderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang