Chapter 11 : The Trial and Error

15 3 3
                                    

Tiga anak yang baru saja mendapatkan kekuatan super sekarang sedang berkumpul di tempat persembunyian mereka. Mereka membolos dari sekolah hari ini karena ada yang ingin mereka pastikan.
"Roys, Vant, bukankah tubuh kita menjadi sangat kuat? Kita tidak terluka ketika terkena ledakan api milik Dhovi," ucap Jasmine membuka pembahasan.
"Kurasa kuat bukanlah kata yang tepat. Kita kebal terhadap api itu," imbuh Vant.
"Dan juga Roys, saat terakhir kamu bisa melakukan telekinesis. Bukankah kemampuan itu tidak kamu gambarkan di buku? Kamu hanya menggambarkan orang yang kuat dan bisa menembakkan laser dari mata," ucap Jasmine.
"Kamu benar, Jasmine. Aku tidak menggambarnya. Saat itu aku hanya menyadari kita berada di dalam reruntuhan. Aku merasa aku harus menyingkirkan puing-puing di sekitar kita agar kita bisa bernapas," jawab Roys. "Vant, kamu juga berhenti bernapas selama hampir lima belas menit. Apa yang terjadi? Kamu membuat kami takut setengah mati saat itu."
Vant memegang dagunya sembari berpikir. Dia mengingat-ingat saat itu. Sulit untuk mengingat apa yang terjadi saat itu karena keadaan yang panik.
"Maaf, aku tidak begitu ingat. Aku hanya berusaha mendorong Roys dan menghadang bola api itu. Aku pikir aku akan mati saat itu, aku tidak kepikiran hal lain," ucapnya.
Roys mengerutkan keningnya. Dia masih tidak dapat menyimpulkan apa kekuatan mereka. Informasi yang mereka ketahui sangat sedikit. Cara kerja dari kemampuan mereka jelas-jelas berbeda dari yang mereka bayangkan sebelumnya.
Jasmine menggigit bibir bawahnya seraya berpikir. Dia yang bisa melihat aliran mana pada tubuh seseorang mulai menyadari sesuatu. Aliran mana yang ada pada manusia berkemampuan khusus berpusat pada tiga titik. Pertama adalah pada otak. Jasmine melihat kemampuan yang bertipe pengendalian seperti milik Vant, Phantom, dan Roys memiliki mana yang lebih banyak pada otak. Begitu juga kemampuan mata milik Jasmine sendiri. Yang kedua adalah jantung. Mana yang berpusat pada jantung digunakan untuk membuat tubuh menjadi lebih kuat. Seperti kemampuan milik Kashim. Dan yang terakhir mana yang berpusat di ulu hati. Jasmine belum mengetahui kemampuan jenis apa yang menggunakan mana pada ulu hati, tetapi dia bisa melihat bahwa Phantom menggunakan aliran mana pada ulu hati ketika dia berkomunikasi dengan jiwa milik Vant.
Jasmine membuka matanya karena menyadari sesuatu. Dia kemudian mengambil sebuah batu kerikil yang ada di tempat itu.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Roys heran.
"Aku mungkin tahu apa kemampuan kita. Kita memiliki kemampuan yang besar!" ucap Jasmine dengan wajah serius.
Roys dan Vant mengernyitkan keningnya. Mereka saling berpandangan. "Jelaskan pada kami, Jasmine," pinta Vant.
"Mana yang mengalir pada tubuh kita paling banyak berpusat pada otak. Kita memiliki kekuatan untuk membuat imajinasi menjadi nyata! Dengan memanipulasi kondisi tubuh kita!"
"Huh? Aku masih tidak mengerti?" Roys menggaruk-garukkan jari telunjuknya di pelipis.
"Ummh...bagaimana ya cara menjelaskannya? Vant, kau ingat kan apa yang kamu pikirkan ketika bola api itu menghantam tubuhmu?"
"Iya. Aku pikir aku akan mati."
"Nah! Itu dia!" Jasmine menjentikkan jarinya seraya menunjuk. "Kamu berpikir kamu akan mati. Jadi tubuhmu melakukannya. Tubuhmu menjadi kondisi seperti orang mati. Tidak bernapas dan jantungmu tidak berdetak,"
Vant dan Roys memudarkan kerutan pada kening mereka. Mereka mulai mengerti cara kerja yang dijelaskan oleh Jasmine.
"Apakah yang kamu maksud, ketika aku mencoba berpikir untuk menggeser puing reruntuhan tubuhku menyesuaikan untuk melakukan telekinesis itu?" tanya Roys.
"Ya! Aku berpikir begitu!" jawab Jasmine mengiyakan.
"Itu mungkin saja, tapi bukankah itu hanya asumsimu, Jasmine?" tanya Vant ragu.
"Vant! Bayangkan ada sebuah tembok di hadapanmu!" ucap Jasmine.
"Huh?" Vant kembali heran.
"Sudah kamu bayangkan?"
"Sudah."
Jasmine tiba-tiba mengambil ancang-ancang untuk melempar batu yang dia pegang. Ancang-ancang itu tentu saja membuat Vant dan Roys terkejut. Vant menutupi mata dan wajahnya dengan kedua tangannya karena takut. Sedangkan Jasmine tanpa ragu melemparkan batu itu kepadanya.
"Jangan!" Vant memekik ketakutan. Tapi selang dua detik kemudian dia tidak merasakan apa-apa. Alisnya mulai naik-turun karena heran. Jelas-jelas tadi Jasmine melempar kerikil itu padanya. Harusnya dia merasakan hantaman batu kecil itu.
Vant menurunkan tangannya dan melihat apa yang terjadi. Di saat itu, Vant, Roys, dan Jasmine terperangah melihat apa yang terjadi. Batu itu tidak mengenai Vant sama sekali. Batu itu melayang tepat di depan wajah Vant, seolah-olah tertancap di suatu benda yang keras.
"Ini nyata, kan?" Vant bertanya sambil terus melihat batu itu dengan kagum.
"Aku belum tahu. Vant, bisa bayangkan tembok di hadapanmu hilang?" pinta Jasmine.
"Okay."
Vant kemudian membayangkan penghalang di didepannya hilang, secara tiba-tiba batu itu jatuh ke tanah. Mereka memandangi batu yang tergeletak itu. Kemudian mereka bertiga memandang satu sama lain. Mereka tidak bisa menahan senyum mereka.
"WOOOOOOO! KEMAMPUAN KITA SANGAT KEREN!" teriak Roys dengan gembira dibarengi dengan pelukan dari Vant dan Jasmine.

***
Tahap selanjutnya yang perlu mereka lakukan adalah membuat aturan untuk kekuatan mereka. Mereka memutuskan untuk mencoba kekuatan mereka dengan sembunyi-sembunyi untuk melihat apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
Mereka sekarang berada di pasar Jiza. Sebuah tempat perdagangan tradisional tempat bahan makanan, pakaian , dan kebutuhan pokok lainnya dijual. Tempat ini adalah tempat belanja untuk kalangan bawah.
Mereka berjalan-jalan sebentar dan melihat kegiatan yang ada disana. Saat itu suasana pasar sedang ramai. Mereka melihat kesana-kemari untuk mencari objek percobaan. Mata Roys tertuju kepada seorang wanita yang sedang belanja buah-buahan. Wanita itu membawa sebuah keranjang yang digunakan untuk menampung buah-buahan yang dia beli. Roys memiliki niat untuk melakukan sedikit kejahilan kepada wanita itu.
"Hei, hei, teman-teman. Kalian lihat ibu-ibu yang memakai pakaian warna krem itu?" tanya Roys sambil menunjuk wanita itu dengan pandangan matanya.
"Iya, kami melihatnya."  Vant menanggapi.
"Lihat baik-baik, aku mau membuat seni pada baju itu."
Vant dan Jasmine bersembunyi dan memperhatikan dengan seksama apa yang akan dilakukan Roys. Roys kemudian membayangkan buah naga yang ada di keranjang itu terbang.
Buah naga yang ada di keranjang itu benar-benar terbang seperti yang diabayangkan oleh Roys. Buah itu melayang mendekati baju wanita itu dari belakang. Roys kemu mengangkat tangannya ke depan seolah-olah sedang mengendalikan buah itu.
"Nah...sekarang saatnya membuat seni!" Roys kemudian menggenggamkan tangannya seolah-olah sedengan meremas.
CROT!
Buah naga itu teremas di udara, membuat cairan merah yang ada di buah naga itu bermuncratan mengenai baju dari wanita itu. Warna merahnya membuat baju wanita itu seperti di ciprati oleh cat. Wanita itu tentu kaget dan kebingungan dengan apa yang terjadi. Dia memutarkan badannya mencari orang yang menjahilinya. Tetapi dia tidak menemukan satu orang pun di ddekatnya.
Roys pun dengan polosnya berlari menuju Vant dan Jasmine dengan tawa puas sehabis menjahili ibu-ibu itu. Vant dan Jasmine pun ikut tertawa dengan kejadian itu. Mereka mulai merasa bahwa kekuatan yang mereka miliki menjadi sangat seru.
"Bagaimana?" tanya Roys.
"Kamu bodoh! tetapi itu sangat lucu!" Vant menanggapi sambil terkekeh hingga matanya berair.
Mereka pun akhirnya melakukan beberapa tingkah jahil menggunakan kekuatan mereka. Vant menjahili orang yang sedang minum di sebuah warung. Vant membuat airnya menjadi beku secara tiba-tiba.
Jasmine menjahili seorang anak kecil yang sedang membeli boneka. Dia membuat boneka itu melayang-layang hingga membuat anak itu lari ketakutan sambil berteriak bahwa di toko itu ada hantu. Dan masih banyak lagi kejahilan yang mereka lakukan saat itu. Mereka tertawa puas dengan semua kejadian yang mereka lakukan. Permainan dengan menggunakan kekuatan mereka terasa sangat mengasyikan hingga mereka menyadari hari sudah siang. Mereka memutuskan untuk meninggalkan pasar.
Tapi tidak disangka, mereka bertemu dengan seseorang dengan pakaian hitam dan bertubuh besar. Kepalanya botak dan dia memiliki bekas luka di pipi kanannya.
"Anak kecil, ini adalah tempat berbayar, serahkan padaku sepuluh Pound, baru kalian boleh lewat!" ucapnya kasar.
Vant tersenyum. Dia maju menatap dalam orang itu.
"Anda mau mencoba mengambil uang dari kami? Seharusnya Anda menjaga diri Anda selagi bisa."
Vant mengangkat tangan kanannya ke depan, seolah memegang sesuatu. Vant membayangkan memegang sebuah jantung yang berdetak.
"Geombang kejut!" Vant memberikan gerakan meremas di tangannya. Seketika orang besar di hadapannya merasakan sakit yang amat sangat di dadanya. Seolah dia terkena serangan jantung. Dia memegangi dadanya dan jatuh terseungkur.
"Ha! Kalain melihatnya, Roys, Jasmine? Tukang palak itu kena batunya!" ucap Vant dengan tersenyum remeh dan memutar badannya untuk melihat reaksi dari Roys dan Jasmine.
Di luar dugaan Vant, Roys dan Jasmine memandanginya dengan pandangan agak takut. Hal itu membuat Vant bingung sendiri.
"Teman-teman? Kalian kenapa?"
Tes...tes,,, darah tiba-tiba keluar dari hidng mereka. Mereka merasakan sebuah pusing menyerang kepala mereka. Sebuah rasa sakit yang familiar bagi mereka.

[END] Libra Spin-Off : The Children of WonderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang