Jeremy menyerah karena memikirkan Charlie yang pasti khawatir padanya dan ia takut penyakit Charlie kambuh, Lee masuk dengan wajah yang berbeda dari biasanya.
"Kau bisa sakit jika menolak makan, kau menyayangi Charlie kan maka makan lah untuk nya. Charlie tinggal bersama Justin dan Blake, kau tidak usah khawatir"
"Bagaimanapun kau membuat ku tenang iti tidak akan berhasil, sampai aku melihat sendiri ia baik baik saja"
"Ia baik Jeremy"
"Lee kau tidak mengerti"
"AKU MENGERTI JEREMY"
Jeremy terkejut lalu diam dan memalingkkan wajah nya.
"Maafkan aku Jeremy, kau sangat keras kepala dan aku putus asa karena kau terus menolak ku"
Jeremy tidak menyahut namun apa yang Lee katakan menjadi beban pikirkan nya.
"Ayah tahu kau marah dan benci pada apa yang ayah dan nenek serta kakek mu lakukan padamu dan papah mu, pasti bukan karen kenginan papah mu hingga membenci seperti ini karena ayah sangat mengenal papah mu"
"Papah hanya mengatakan aku harus bijaksana memgenai perasaan ku pada kalian, kalian tidak melihat perjuangan papah seperti apa"
"Karena itu beri ayah kesempatan sekali lagi Charlie, ayah ingin memperbaiki semuanya dan ingin melihat kalian bahagai. Nenek mu bukan orang sama lagi, ia mulai menyayangi kalian"
Charlie menatap nenek nya dan Justin lalu neneknya duduk di dekat Charlie.
"Nenek minta maaf sayang, kami membuat kalian susah dan sedih karena kesombongan kami"
"Jangan padaku tapi papah, ia yang paling terluka dalam hal ini"
"Lee, Jeremy masih mencintai mu. Ia sendiri yang mengatakan padaku, saat aku mendesak nya"
Justin melanjutkan ucapan Charlie.
"Kau yakin"
"Ya aku yakin, ia hanya marah dan ia akan memberi mu kesempatan meskipun ia mengatakan tidak"
Lee menghembuskan nafas pelan dan menoleh pada Charlie dan ibu nya, Lee pikir ini waktunya melepaskan Jeremy.
"Apa masih sakit?"
"Tidak lagi"
"Nenek terkejut saat tahu, sayang"
"Maaf kan aku, aku sudah bersikap buruk pada nenek namun nenek harus tahu papah tidak pernah membenci nenek dan ia mengerti karena ia juga orang tua"
"Itulah papah mu, ia menantu terbaik dan kau cucu yang manis"
Charlie tersenyum menunduk dan ibu Lee memeluk Charlie erat, di rumah Lee melepaskan Jeremy.
"Kau bebas untuk pergi"
Jeremy menatap tidak percaya pada Lee.
"Jeremy, Charlie di rawat di rumah sakit karena penyakitnya kambuh namun ia sudah pulih dan besok ia sudah bisa pulang'
Jeremy mendekati Lee dan menampar wajah Lee lalu bergegas pergi ke rumah sakit, di rumah sakit ia berteku Justin ibu nya Lee.
"Charlie?!"
"Papah"
Jeremy mendekat dan memeluk Charlie erat demikjian juga Charlie, ia sangat merindukan Jeremy setelah sekian lama tidak bertemu.
Ibu Lee bangkit dan tersenyum melihat keduanya lalu beranjak pergi, setidaknya sekarang Jeremy dan Charlie bersama lagi membuat Justin melihat miris rasanya dan mereka pasti berpikir Jeremy tidak akan memaafkan ibu dan anak itu.
"Bagaimana keadaan mu?"
Jeremy menatap Justin datar.
"Kau teman ku atau bukan, hingga kau membantu Lee"
"Aku juga terkejut Jeremy, namun alasan Lee masuk akal dan ini demi kau dan Charlie. Jangan menyangkal perasaan mu pada Lee, masa lalu seharusnya kau biarkan berlalu"
Jeremy memaling kan wajah nya lalu menatap Charlie yang sedang di periksa oleh perawat.
Jeremy akui ia masih mencintai Lee dan ia tidak mungkin menyangkal betapa bahagia nya ia saat bertemu dan beberapa waktu bersama Lee, namun emosi nya lebih dominan daripada perasaan nya.
"Ini"
Justin menyodorkan tisu pada Jeremy.
"Aku egois, aku juga andil dalam menyakiti perasaan Charlie"
"Apa yang kau katakan Jeremy dan masih ada kesempatan, beri saja Lee kesempatan untuk memperbaiki semuanya karema perasaan nya padamu masih sama"
Jeremy mengami tisu dan ia tidak mau menemui Charlie dalam keadaan seperti ini.
"Semua keputusan di tangan mu Jer"
"Kau benar, kepala ku sakit akhir akhir ini"
"Kau harus makan sesuatu karena kata Lee kau hanya makan sedikit karena mencemaskan Lee dan berontak pada Lee, ia menyuapi mu kan?"
Jeremy menyipitkan matanya.
"Pe'a' aku sedang di ikat, bagaimana aku makan sendiri"
"Trus, apa nikmat ena ena dalam keadaan di ikat?!"
Jeremy mulai dongkol dan ia saking kesal nya menendang lutut Justin, hingga Justin mekik jejingkrakan memeluk kaki nya yang sakit karena bagian bawah lutut yang kena.
"Rasakan itu"
Teriak Jeremy.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Mantan Suami (End)
Romanceia hanya pergi dan berniat kembali ternyata banyak hal yang terjadi hingga ia menyesali kepergian nya membuat orang yang ia cinta menanggung beban berat sendirian.