Part 1

99 23 9
                                    

Cuaca hari ini sangat bersahabat. Namun tidak dengan lalu lintas ibu kota pagi ini. Terjebak macet dipagi hari merupakan hal yang sangat Dita benci. Sudah 1 jam Dita terjebak macet di jalan tol yang mengarah ke bandara Soekarno-Hatta. Kalau bukan karna Mamah yang minta dianterin ke bandara, Dita ogah bergelut dengan macet kayak gini.

"Kita ngapain sih Mah ke bandara?" Tanya

Nihil. Mamahnya hanya diam menatap jalanan macet didepannya tanpa berniat menjawab pertanyaan Dita. Dita menghembuskan nafas kesal lalu mengalihkan padangannya keluar.

-------------

Dita menatap Mamah dengan pandangan bingung. Hari ini Mamah benar benar aneh. Pagi pagi udah bangunin dia, terus ngajak ke bandara tanpa alasan yang jelas. Dan sekarang Mamah berdiri menatap orang orang yang bergantian keluar dari terminal kedatangan.

Oke, Dita emang udah tau kalo Mamah ngajak dia ke bandara buat menjemput seseorang. Tapi, siapa orang itu Dita ngga tau dan ketika ia bertanya ke Mamah juga Mamah cuma jawab "Liat aja nanti." Jelas banget kan Mamah ngga mau ngasih tau.

Akhirnya, setelah 10 menit menunggu, orang yang di Tunggu mamah akhirnya tiba -sepertinya- karena muka mamah mendadak menjadi cerah, lalu Mamah berjalan menghampiri seseorang. Dita tetap duduk di tempatnya. Dari tempatnya duduk ia belum bisa melihat siapa orang yang di jemput olehnya. Lalu perlahan mamah menghampirinya.

Dita bisa melihat seorang wanita yang berjalan di samping mamah sambil berbincang ringan. Dibelakang wanita itu ada seorang cowok berbadan tegap dengan kacamata ber-frame hitam yang membingkai wajahnya.

"Dita! sini!" teriakan mamah membuat Dita sadar. Perlahan ia berjalan mendekati Mamah. Matanya, tetap terpaku menatap cowok yang sekarang berdiri di belakang wanita itu.

"Kamu masih inget sama Tante Ratna ngga?" tanya mamah yang hanya di jawab Dita dengan ekspresi bingung. Melihat Dita yang bingung begitu, kontan Mamah dan Tante Ratna tergelak bersamaan sementara cowok berkacamata itu hanya tersenyum geli.

Dita memandang wajah Tante Ratna, mencoba mengingat apakah ia pernah mendengar nama itu. karena Dita tidak mengingat apa pun tentang wanita bernama Ratna itu, ia mengalihkan pandangannya menatap cowok berkacamata yang sedang tersenyum geli. Ia mengamati wajah cowok itu lebih detail.

Hidungnya mancung, rahangnya tegas, senyumnya sangat manis dan di balik kacamatanya ada mata hitam yang menenangkan. Dita terpaku menatap mata itu, ia merasa familier dengan mata itu.

Ketika sedang mengingat ngingat siapa yang mempunyai mata tersebut, tiba tiba matanya tertubruk pada gantungan yang tergantung dengan manis di ransel cowok itu. gantungan berbentuk burung merpati.

Gantungan yang sama persis seperti miliknya, yang sekarang tergantung manis di kunci mobil. Mata Dita seketika terbelalak. Yang memiliki gantungan itu hanya dia dan...

"Dika?" Ujarnya pelan dan ragu "Lo Dika? Andika Putra Wirawan?" Ujarnya menyebutkan nama sahabat kecilnya.

Cowok itu mengangguk sambil tersenyum lembut "Apa kabar Dita?" Tanya cowok itu lembut.

Senyum Dita mengembang. "Baik. Akhirnya, balik juga lo ke Indonesia."

Dika maju selangkah, perlahan dipeluknya Dita dengan hangat dan erat. Ia sangat merindukan cewek ini. Cewek yang selalu hadir dalam setiap mimpinya.

"Gue balik Dit. Gue balik buat lo. Gue ngga akan mengingkari janji gue." Bisiknya tepat di telinga Dita.

Dita melepaskan pelukannya lalu memukul bahu Dika pelan "Udah ah! Kok kita drama banget sih? Hahahaha." Lalu ia beralih pada Tante Ratna yang masih mantapnya dengan senyum.

DienDiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang