Part 3

50 9 0
                                    

Dika menatap langit kamarnya dengan menerawang. Ia tau Dita sangat dekat dengan Papah tapi ia tidak menyangka begitu besar dampaknya untuk Dita saat papah meninggal. Apakah hanya karna kepergian papah Dita jadi berubah? Dika yakin bukan karena itu. Ia telah pergi selama bertahun tahun. Selama bertahun tahun pulalah ia putus komunikasi oleh Dita. Ia yakin banyak hal yang terjadi selama ia pergi. Hal hal yang menjadi faktor penyebab Dita berubah. Ia harus mencari tau apa apa saja yang terjadi selama ia pergi.

 Tuhan tolonglah sampaikan sejuta salamku untuknya

Ku trus berjanji tak kan khianati pintanya

Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu

Kan kubuktikan ku mampu penuhi maumu

Dika beranjak dari tempat tidurnya ketika mendengar suara itu. Ia berjalan menuju balkon kamarnya dan melihat Dita sedang duduk di rumah pohon, menatap langit dan memeluk gitarnya.

Sekian tahun berpisah membuat Dika tidak mengenal Dita sama sekali. Membuatnya seolah menjadi orang asing ketika berbicara dengan Dita. Mereka dulu pernah sedekat nadi, namun sekarang seolah sejauh matahari.

———————————————-

"Itu yang namanya Dika, Dit? Kok lo ga bilang sih kalo dia secakep itu? Dit kenalin gue lah sama dia. Kalo punya cowo cakep tuh bagi bagi Dit, jangan di simpen sendiri." Cerocos Muti saat mereka berjalan di koridor.

Dika tadi memang mengantarnya ke sekolah dan kebetulan sekali Muti baru sampai, dan hasilnya ketika ia melihat Dika ini lah yang terjadi. Celotehan Muti memenuhi telinganya sepanjang koridor menuju kelasnya.

"Mika mau lo kemanain? Udah bosen?" Pertanyaan Dita hanya di sambut dengan cengiran Muti. Cengiran yang seolah menandakan bahwa ia tidak peduli. Dita hanya tersenyum kecut melihat tingkah sahabatnya. Walaupun Muti sudah punya pacar tapi tetep aja dia paling ga tahan kalo ngeliat cowo mulus dikit. Untung Mika kuat iman.

"Dita, bentar lagi UTS masa."

"Iya, dateng aja ke rumah gue. Terserah lo mau kapan datengnya dan sampe kapan nginepnya." Jawab Dita langsung.

Sudah menjadi kebiasaan bagi Muti apabila UTS ia akan menginap beberapa hari di rumah Dita untuk belajar bersama Dita. Maksudnya belajar bersama disini adalah Dita yang mengajari Muti. Namun, sekarang Dita dapat mencium adanya misi terselubung dibalik 'belajar bareng buat UTS' dan Dita yakin ini berhubungan dengan Dika.

————————————————————-

Muti. Sahabat sekaligus sepupu Dita. Mungkin ia bisa mendapatkan informasi berharga dari dia. Informasi yang dapat menjelaskan perubahan sikap Dita. Dika yakin Muti tau apa apa saja yang telah terjadi dalam hidup Dita selama ia pergi.

"Ngelamunin apa Dik?" Tanya Bunda yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya.

"Dita berubah Bun. Dia berubah banget." Jawab Dika. Dika dan Bunda memang sangat dekat. Semua hal yang terjadi dalam hidup Dika pasti Bunda tahu. Keluarga Dika dan Dita memang berbeda. Apabila Dita sangat dekat dengan kedua orang tuanya, Dika hanya dekat dengan Bunda. Pekerjaan Ayah yang selalu berpindah pindah membuat Dika jarang berkomunikasi dengan Ayah.

"Berubah gimana? Lagian, bukannya wajar ya kalau Dita berubah? Dia kan udah dewasa juga." Jawab Bunda sambil merapikan kamar Dika.

"Berubah Bun. Dia ga seceria dulu. Pokoknya berubah Bun."

Bunda diam lalu menatap Dika lama. Selama di Jerman Dika selalu merengek minta kembali ke Indonesia. Dulu, Bunda tidak tau alasan Dika begitu ngotot untuk kembali ke Indonesia. Namun sekarang Bunda paham alasan Dika kembali karna Dita.

"Kamu sayang sama dia?" Pertanyaan Bunda membuat mata Dika melebar.

"Sayang lah Bun, Dita kan sahabat aku. Bunda juga udah anggep Dita kayak anak sendiri kan? Masa aku ga sayang sama dia."

"Hanya sayang sebagai sahabat Dik? Kamu yakin dengan apa yang kamu rasakan?"  Ucap Bunda lalu pergi.

Dika tertegun mendengar ucapan Bunda. Apakah benar ia hanya sayang Dita sebagai sahabat? Apabila benar begitu kenapa seperti ada sesuatu yang salah saat ia mengatakan itu? Perasaan asing apa ini?

——————————————————-

"Iya, lo bener. Dita itu berubah. Berubah banget." Ucap Muti membenarkan saat Dika berkata bahwa Dita berubah. Saat itu, Muti sedang menginap di rumah Dita dan keduanya tak sengaja bertemu di supermarket dekat rumah. Tidak ingin menyia nyiakan kesempatan yang sudah terbuka, Dika segera mengajak Muti untuk ke kafe.

"Waktu pertama kali gue ketemu dia, kondisi dia parah banget. Dia pendiem, anti sosial, dan selalu sibuk dengan dunianya. Temen-temen dulu banyak yang jauhin dia karena dia aneh. Lo ga tau betapa susahya gue ngerubah dia buat jadi Dita kayak sekarang. Dita yang sekarang udah jauh lebih baik." Jelas Muti dengan pandangan menerawang. Ia selalu sedih jika harus menceritakan tentang Dita semasa SMP.

Dan gue ga ada di samping lo saat kondisi lo kayak gitu dit sesal Dika. "Dia berubah karna papah meninggal Mut?"

Muti menoleh mendengar pertanyaan Dika, ia mentap Dika dengan tidak yakin. Tidak yakin apakah ia harus menjelaskan hal itu pada Dika. "Banyak faktor yang bikin dia kayak gitu. Salah satu faktor nya kepergian papah. Tapi bukan itu faktor awal yang membuat dia berubah. Ada sesuatu yang membuat dia berubah. Sesuatu yang terjadi sebelum kepergian papah."

Dika mengernyit mendengarnya. Bukan jawaban seperti itu yang ia harapkan. Jawaban itu tidak memcahkan teka tekinya sama sekali.

"Gue ga berhak buat jelasin. Mending lo tanya langsung ke Dita. Gue cuma bisa jelasin itu doang. Gue balik duluan ya, ga usah dianter gapapa." Ujar Muti lalu beranjak pergi.

Dika membuang nafas kesal. Teka teki itu belum terpecahkan. Ia hanya mendapatkan pentunjuk kecil. Sisanya ia harus berusaha sendiri.

———————————————

"Lama amat Mut beli cemilan doang." Ujar Dita ketika Muti masuk ke kamar.

Muti nyengir mendengaarnya. Ia tidak menjelaskan tentang pertemuannya dengan Dika. "Nyari angin Dit, mumet gue belajar mulu."

"Baru belajar bentar udah mumet aja lo. Anti banget sama belajar."

"Hahaha kayak baru kenal gue aja lo. Eh, abis UTS lo jadi ikut kan?"

Dita mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang ia baca dan menatap Muti dengan tatapan bingung "Baksos Dit." Bibir Dita membulat ketika Muti berkata begitu "Iya, gue ikut kok."

"Nah! Gitu dong, kan lo jadi bisa makin deket sama Ezra." Ujar Muti riang.

Dita hanya tersenyum mendengar ucapan Muti. Sejujurnya, tujuan utamanya mengikuti baksos bukan agar lebih dekat dengan Ezra, ia ikut karna ia suka melakukan aktifitas sosial seperti itu.

DienDiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang