Part 18

5.3K 376 45
                                    

---

voment jing

---




Saat ini Renjun lagi ada di rumah pribadi Jeno. Sesuai niat awal, mereka mau belajar bareng. Pelajaran matematika. Tapi buat Renjun dan Jeno, matematika termasuk mudah, cuma perlu mengotak-atik rumus saja. Jelas, mereka murid Neo yang merupakan sekolah terbaik di Korea Selatan. Tapi gak ada salahnya kan belajar lagi?




Yah, padahal Renjun sendiri yang ngide buat mereka belajar bareng. Ternyata agak nyesel juga. Malah dia yang gagal fokus, soalnya Jeno ganteng banget kalo diliat dari samping gini, ditambah mukanya lagi serius merhatiin angka-angka di buku catatannya.




"... Memang kesannya lebih cepet. Tapi kalo gue sih, hasilnya suka kurang tepat." Jeno nyodorin buku catatannya ke Renjun. "Kayak ini. Ini contoh soal yang gue kerjain pake rumus yang pertama. Coba lo liat--"




Jeno mendapati Renjun yang ternyata lagi mandangin dia lamat-lamat, bukan bukunya. "Kenapa senyum-senyum?"




Seketika pipi Renjun merah, dia menunduk malu. "Jeno tampan.." cicitnya.

Jeno terkekeh. "Iya, gue tau--"




CUP!




Renjun ngecup bibir Jeno secepat kilat, abis itu nyembunyiin wajahnya sendiri pake buku catatan Jeno. Malu, karena ngambil tindakan duluan. Tapi greget, karena nahan daritadi.




Rasanya Jeno makin gemes. Akhirnya dia ngambil alih buku catatannya dari tangan Renjun supaya bisa ngeliat muka si manis. Merah, lagi salting anaknya.




Jeno mendekat, kemudian mengecup bibir Renjun, dilumatnya perlahan.




Renjun membalas ciuman itu. Menekankan bibirnya pada bibir Jeno, memperdalam ciuman mereka. Bahkan tangannya sudah menarik kaos Jeno supaya lelaki itu semakin mendekat. Hingga tak ada jarak diantara mereka.




Rasa lidah mereka yang saling membelit, dan tubuh Jeno yang kokoh itu menyatu dengannya. Bagaimana deru nafas Jeno menghembus tepat di wajahnya, dan suara-suara lenguhan indah yang memenuhi ruang tamu rumah itu.




Sial, Renjun sangat merindukan sensasi ini.




Tangannya semakin bergerak aktif untuk memeluk leher Jeno dan sesekali menjambak rambutnya. Kepalanya ia miringkan supaya ciuman mereka semakin menjadi. Tapi gagal, karena Jeno menghentikan ciuman itu tiba-tiba dan bergerak mundur, menjauhinya.




Renjun menatap Jeno heran. "Jeno kenapa?"




Bukannya menjawab, Jeno hanya menggeleng. Dia teringat perlakuannya dulu ke Renjun. Dia gak mau nyakitin Renjun lagi dengan menyentuh si manis.




"Jangan berhenti.." cicit Renjun.




Lagi-lagi Jeno cuma diem, natap Renjun ragu-ragu. Hal itu bikin Renjun sedikit kesel. Padahal biasanya Jeno gak pernah berhenti di tengah-tengah permainan mereka. Akhirnya Renjun bergerak duluan, mendekatkan dirinya pada Jeno dan melumat bibitnya lembut. Sedusif. Menginginkan Jeno untuk menjamah dirinya lebih jauh.




Jeno melepas tautan bibir mereka, menangkup kedua pipi Renjun dengan tangannya. Diusapnya perlahan, lembut. Gak bisa dipungkiri juga kalo Jeno menginginkan Renjun, sangat, lebih dari apapun.




"Lo yakin?"

Renjun mengangguk pelan, tenang, tapi dengan pipi yang memerah. "Saya rindu kamu."




Bossy 🔞 || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang