Bagian 7

71 55 27
                                    

Keesokan harinya, pagi sebelum bel masuk berdering, siswa-siswi kelas XI MIPA 2 masih terasa ramai dengan gemuruh suara yang terasa bertabrakan. Karena mereka, memiliki obrolan masing-masing di waktu yang sama. Aksa berdiri, menghampiri tempat duduk Laura, "Ke perpus?"

Laura mengangguk dengan mimik datarnya yang seperti biasanya, lalu ia mengeluarkan map berisikan buku dan lembaran latihan soal dan pergi keluar kelas mendahului Aksa yang masih di dalam. Aksa kembali ke bangkunya, mengambil 1 buku tulis dan pulpennya. Regan terkekeh melihatnya, "Sa, lu kayak lagi love bombing."

Sontak Aksa memukulkan bukunya ke wajah Regan, "Lo pikir gua cowok apaan?" Gerutunya yang lalu melangkahkan kakinya keluar kelas, menyusul Laura menuju perpustakaan untuk persiapan olimpiade mereka.

Saat ini, mereka berdua duduk bersebelahan. Kali ini tidak lesehan seperti kemarin, mereka menggunakan kursi dan meja yang ada disana. Laura membuka map dan mengeluarkan beberapa lembar kertas latihan soal yang baru semalam ia cetak. Aksa menyandarkan dirinya di kursi, "Teknik isinya logika fisika, dan kemarin lo pilih pegang fisika.." Ujar Aksa, spontan Laura menoleh ke arahnya. Aksa-pun sama, ia berbalik menatap Laura, setelahnya ia tersenyum tipis, "Mau lo ambil semua, atau gua back-up?" Tanyanya pada gadis itu.

Laura terdiam, memikirkan jawaban yang pas. Gadis tersebut kini kembali menatap map di depannya, "Lo sendiri gimana?"

Aksa mengangkat salah satu sudut bibirnya, "Gua bisa bantu bagian permesinan, material bangunan, sama akustik. Kalau masalah listrik sama optika, gua yakin lo mampu. Gimana?"

"Lo ambil terlalu banyak," Balas Laura sembari merapikan sedikit rambutnya. Setelahnya, ia melanjutkan kalimatnya, "Akustik bagian gue." Ujarnya. Aksa mengangguk mengiyakan.

"Intinya, selesai 1 soal, langsung submit. Biar kita tau poin dan posisi kita di chart. Bakal diambil top 25, usahain posisi jangan sampe lebih dari 20." Ucap Aksa.

"Kalau gue maunya top 10, apa lo sanggup?" Laura bertanya.

Aksa mengangkat satu alisnya, lalu ia menyilangkan lengannya di depan dada, "Itu tergantung, saingan kita bukan dari sekolah ini aja. Asal menang logika dan strategi, kita bisa aman. Tetep sesuai plan aja." Ujar Aksa santai. Setelahnya, Laura melanjutkan membaca.

"Materi yang lo baca cuma pondasi, mending banyakin latsol. Lombanya ngerjain soal, bukan literasi." Ucap Aksa lirih, pandangannya fokus pada layar ponselnya. Sejujurnya, dia sendiri malas untuk berambisi disini, karena memang Aksa pemalas dari sananya. Ia hanya menyarankan pada Laura hal yang akan efektif kedepannya. Diibaratkan, jika Laura itu kapten dari sebuah perjalanan, maka Aksa adalah kompasnya. Mereka berjalan sesuai apa yang mereka putuskan.

Laura melanjutkan belajarnya, seperti saran dari Aksa, ia mengerjakan beberapa latihan soal dengan tingkat kesulitan berbeda. Termasuk mencari tahu sedikit tentang ilmu teknik. Iya, sedikit, karena ia mencicil. Perlu Laura akui bahwa pola pemikiran Aksa sangat bagus dan menarik, Aksa menekankan ke arah kerja cerdas, bukan kerja keras. Hanya saja, Laura masih membencinya, walau mungkin berkurang sepersekian persen.

Di sisi lain, Aksa sejak tadi sudah menyilangkan tangannya di atas meja dan meletakkan wajah diatasnya. Dia tertidur. Bukankah memang itu niatnya dia kemari? Bolos untuk tidur, dengan alasan dispensasi. Lagipula, AC perpustakaan juga mengeluarkan suhu yang pas untuk menambah kantuk seseorang.

Laura melirik sekilas ke arah Aksa yang sepertinya sudah tenggelam dalam mimpinya, lalu kembali berkutat dengan lembaran-lembaran soal di mejanya. "Akustik.. kemungkinan yang muncul, gitar." Gumam Laura lirih sembari membaca artikel tentang akustika yang kini ia buka dari ponselnya.

"Optika jelas lensa mata, mikroskop, teleskop." Lanjutnya.

Aksa menyela dengan suara kantuknya, "Prisma silinder, Ra." Ujarnya pada Laura, matanya masih ia pejamkan dan wajahnya masih sama, terbenam di antara lipatan kedua lengannya. Laura masih fokus dengan soalnya, dan Aksa juga terlelap dalam tidurnya. Hingga akhirnya, bel istirahat berbunyi tepat pada pukul 10.00.

Seketika Aksa membuka matanya, ia sedikit merapikan rambutnya kemudian berdiri dari kursinya. Ia menoleh ke arah Laura yang masih tak berubah dari posisinya, mengerjakan latihan soal. "Gua ke kantin, nitip sesuatu gak?" Tawarnya pada Laura, yang dibalas gelengan kepala dari gadis itu. Aksa-pun beranjak dari tempatnya, menyusul ke bangku Abim yang terletak di ujung perpustakaan.

"Ayo, Bim." Ajaknya pada Abim.

Abim menoleh ke arah Ezan, partner lombanya, "Ikut, Zan?"

Ezan menggeleng, "Duluan gih, gua masih mau ngadem dimari." Ujarnya. Kemudian, Aksa bersama Abim keluar dari perpustakaan yang ternyata sudah ada Regan yang menunggu di depan pintu perpustakaan. Mereka bertiga-pun berjalan menuju kantin untuk beristirahat.

"Gimana, Sa? Lancar?" Tanya Abim sebagai pembuka obrolan, sembari menikmati semangkuk mie ayam di mejanya.

"Hahahah, reflek inget love bombing." Ujar Regan dengan tawa khasnya, membuat kedua temannya ikut tertawa mendengarnya.

Aksa memberhentikan tawa, lalu meneguk air putihnya, "Lancar, kalau sabar." Ucapnya sebagai jawaban dari pertanyaan Abim.

Abim mengangguk, "Ya.. tadi gua liat kalian sekilas, sih. Sebenernya gampang aja ngobrol sama dia, Sa. Laura itu ramah, kecuali sama lo."

"Nah! Waktu itu gua gak sengaja ketemu dia di toko ATK, enak aja ngobrolnya, senyum lagi dianya." Sambung Regan sembari menggulung mie ayamnya di garpu, lalu menyantapnya.

"Ya udah, sih, gak peduli juga. Yang penting buat olim ini, harus baik dulu, biar dia nggak selfish." Ujar Aksa menanggapi kedua temannya.

Regan berdehem, "Awas kemakan omongan, Sa. Dia manis kalau senyum asal lu tau." Sementara Aksa hanya tertawa kecil mendengar lontaran kata dari Regan. Karena menurutnya, hal tersebut hampir mustahil. Bagaimana tidak? Setelah perlombaan ini selesai, mereka akan kembali pada sifat semula masing-masing. Tak ada lagi interaksi. Karena saat ini, baik Aksa maupun Laura, hanya melakukan pencitraan. Pencitraan agar tetap dipandang baik di sekolahnya, dengan membangun komunikasi yang baik.

———————

author's: Aksa ini nantinya cocok jadi cowo teknik sipil, atau teknik mesin yh? dua-duanya idaman gue soalnya😰📸

Sunday - July 2nd, 2023.
@.ulttrasonic

Izinkan Aku Bernaung [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang