00 ‐ PROLOG

51 2 0
                                    

-Enigma-

-Enigma-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-00-

Di luar, cuaca mendung. Angin yang semula tenang perlahan mulai menjelma menjadi badai-badai kecil. Waktu menunjukkan pukul 06.00 WIB.

Disinilah ia saat ini, berdiam diri di ruang musik favoritnya.

Diruangan ini ia kembali menumpahkan segala sesak, air mata, juga emosi yang selama ini ia pendam. Semuanya luruh bersamaan dengan jari jemarinya yang mulai menciptakan nada-nada melodi memilukan.

Aleta bingung,

Aleta takut,

Takut akan kenyataan bahwasanya benar Arka telah pergi meninggalkannya dan ia tak akan bisa menjumpai sosoknya lagi setelah ini.

Perlahan, memori-memori lama seolah terpampang jelas dihadapannya saat ini. Aleta tercekat. Bagaimana mungkin ia bisa kembali melihat ini? Melihat gambaran sosok Arka yang tengah tersenyum girang kepadanya, Arka yang pendiam namun selalu sukses mencuri atensi dan perhatiannya, juga Arka yang tidak pernah absen untuk menjahilinya.

Bertepatan dengan itu, terdengar suara decitan pintu yang disusul dengan bayangan seseorang tengah berdiri disana.

Tangisnya sempat mereda untuk beberapa saat, guncangan bahunya pun berangsur-angur mereda. Namun, hati kecilnya tetap merasa tak terima.

"Al!"

Suara itu berhasil menghentikan jemari tangan Aleta. Sejenak, ia nampak menghembuskan nafas berat.

Lagi-lagi selalu ada yang mengganggu waktu sendirinya.

"Mau sampai kapan kayak gini terus, Al?" pertanyaan itu sudah didengar puluhan kali oleh Aleta. Bosan? Tidak! hanya saja Aleta jengah mendengarnya. Namun untuk menghargainya Aleta memilih menoleh, menatap manik mata Farah dengan sorot pandang yang sulit diartikan.

"Dengan cara seperti ini juga nggak akan bisa bikin Arka buat balik ke kita. Semuanya bakal sia-sia! Belajar buat Ikhlas, Al."

Perlu Farah akui nada bicaranya saat ini memang tak lagi selembut dulu, entah itu karena faktor ia yang kini telah tumbuh dewasa atau sebab ia yang sudah tak tahan lagi melihat hari-hari Aleta kian waktu kian tak bersemangat.

"Aku nggak mau sampai-"

"Fa," potong Aleta cepat.

"Bisa nggak kasih aku kesempatan satu hari aja buat sendiri ... aku.butuh.waktu." Ucap Aleta dengan penekanan di akhir kalimatnya. Ada nada getir di sela deru napasnya yang kian memburu.

"Kamu kira mudah menyakinkan diri sendiri kalo semua akan baik-baik saja disaat dia benar-benar pergi? Nggak Fa, itu nggak mudah!"

Perlahan air mata itu kembali menetes.

Farah menggeleng. "Sahabat aku dalam keadaan nggak baik-baik aja kamu suruh aku buat nggak peduli meski itu cuman satu hari aja? Nggak, aku nggak bisa. Aku nggak akan biarin hal itu terjadi Al."

"Dua tahun udah berlalu dan kamu masih stuck dengan semua ini. Hei, aku yakin Arka di sana pasti juga marah lihat kamu kayak gini sekarang!"

Tangis Aleta pecah. Bahu yang setiap saat mencoba berdiri tegap itu akhirnya kembali luruh bersamaan dengan isakan tangisnya. Farah yang melihat hal tersebut spontan berlari menghampiri Aleta, menangkap tubuh lemah itu agar tidak terjatuh ke lantai.

"Dia pergi tanpa pamit sebelumnya, Fa. Itu nggak adil buat aku." Ucap Aleta di sela-sela isak nya.

"Itu semua udah takdir, Al. kamu nggak boleh terus-terusan larut dalam kesedihan kayak gini. Lagi pula kita tahu Arka pergi bukan karna kemauannya, ini semua karena peristiwa yang bahkan dia sendiri nggak menduga bakalan terjadi."

"Allah itu maha Adil, mustahil seseorang di uji di luar batas kemampuannya, yang artinya Allah menimpakan semua ini pada kita sudah pasti karena Allah yakin kita mampu menghadapinya. Jadi mulai sekarang aku minta kita sama-sama belajar ikhlas, biar hati kamu tenang dan Arka disana juga tenang, ya?"

Setelah mendengar begitu banyak nasehat dari Farah, baru kali ini Aleta mengangguki ucapannya. "Bantu aku buat bisa ikhlas ya, Fa."

"Iya ...," jawab Farah sembari mendekap erat tubuh Aleta.

-O-


###

Makasih buat kalian yang udah berkenan baca prolog ini. Kisah mereka masih panjang, jadi nantikan kelanjutan kisahnya di part selanjutnya, yaa.. 😊

Xixixi.. ga bakal sedih semua kok, percaya deh. Tunggu aja!

ENIGMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang