Bab 9: Alam Ghaib

21 3 0
                                    

"Fani cepatlah sadar, Nak...," isak ibu muda itu di samping anak perempuannya yang sudah terbaring koma selama dua minggu. Anak perempuan itu divonis dengan penyakit yang tidak jelas detailnya dalam medis dimana dokter pun tidak bisa apa-apa selain menginfus tubuh Fani sebagai pertolongan terakhir. Ibu muda itu mengusap air matanya yang jatuh dari pelupuk matanya. Kemudian ia mengambil mushaf kecilnya yang selalu ia bawa saat menemani anak perempuannya di rumah sakit. Ia membacakan ayat demi ayat dengan suara yang lirih. Berharap keajaiban akan datang kepada anaknya dan segera bangun setelah ia membacakan ayat suci tersebut.

***

"Ayo Dek, kita menjauh dari gu-dang...." Aku mendadak berhenti berjalan ketika membalikan badan, kulihat pemandangan di sekitarku begitu asing, hanya terlihat padang pasir dan langit merah kehitaman.

"Perasaan aku gak pernah pesen tiket ke Mesir untuk berlibur ke Gurun Sahara, deh." Aku kembali menatap anak perempuan yang dari tadi dipegang tangannya.

"Ini dimana, Dek?" tanyaku padanya.

"Eh ... kok, malah kakak yang ikutan datang ke sini, bukannya bantu keluarin aku dari sini...," kata anak perempuan itu merengut kesal.

"Eh ... Dek, kok, malah kamu yang jadi kesal, harusnya aku yang jadi kesal."

"Kak, gimana cara kita keluar dari sini? Di sini itu menyeramkan, Kak ... Banyak orang-orang aneh yang serem banget ... aku gak mau ketemu mereka lagi, hiks!" Pandangan anak kecil itu mulai berkaca-kaca.

"Sudah-sudah jangan nangis, sekarang kan kamu berdua sama kakak di sini. Memangnya orang aneh yang kamu maksud itu seperti apa? Dan sekali lagi ini sebenarnya dimana, sih?" Aku memegang kepalaku yang tidak pusing. Sambil menatap sekeliling yang merupakan padang pasir, nun jauh di arah utara atau selatan yang jelasnya aku pun gak tahu dimana tepatnya. Di sana aku seperti melihat sebuah kastil yang menjulang tinggi dan kebetulan seperti ada orang yang bergerak pelan ke arah sini. Ketika diamati dengan lebih teliti cara berjalan orang itu tidaklah lazim seperti biasa.

"Ku-kuyang?!" teriakku panik setelah melihat orang itu.

"Itu kayang, Kak, bukan kuyang!!!" kata anak perempuan itu menjerit sambil membenarkan kalimatku.

Benar saja orang itu berjalan mendekati kami sambil kayang. Rupa orang itu jauh dari kata tampan dan rupawan. Matanya melotot ke arah kami dengan lidah yang menjulur keluar.

"Kita harus lari, Dek! Sepertinya itu bukan orang!" kataku sambil berusaha menepuk pundak anak perempuan itu yang tiba-tiba lenyap begitu saja. Anak perempuan itu sudah berlari jauh beberapa meter dariku, meninggalkanku sendirian di depan, benar-benar tidak setia kawan.

"Eh, Oneng! Jangan tinggalin aku sendirian, dong!" teriakku, segera menyusul anak perempuan itu dengan sekuat tenaga.

"Namaku Fani, Kak! Bukan Oneng!" Jawabnya jauh di depan.

"Ah, terserah! Pokoknya kita lari dulu sekencang-kencangnya!"

Makhluk tidak rupawan itu terus mengejar kami dengan kecepatan maksimalnya sambil kayang yaitu secepat lari citah yang ngesot. Aku dan Fani berhasil kabur dari kejaran makhluk itu dan bersembunyi di belakang pasir yang menggunung.

Sambil terengah-engah aku berusaha berbicara dengan Fani. "Kamu setiap hari kejar-kejaran dengan mereka di sini?"

"Iya, Kak... Makanya aku tadi minta tolong sama kakak buat bantu keluarin aku dari sini." Fani terlihat sangat kelelahan.

"Gak mau coba ketangkap dulu gitu, supaya bisa rehat dulu?" kataku sudah tidak karuan.

"Amit-amit, Kak, aku gak mau kaya mereka yang dipekerjakan paksa," kata Fani sambil menunjuk orang-orang yang ada di depannya. Terkejut bukan main, aku benar-benar yakin tadi berlari ke arah sebaliknya dari kastil yang aku lihat dari kejauhan. Tapi, sekarang kastil itu terlihat sangat menjulang tinggi di depan kami.

Kulihat orang-orang yang ditunjuk Fani benar-benar terlihat memprihatinkan. Setiap wajahnya terlihat sangat letih dan menghitam karena berdebu. Kaki mereka semua dirantai dan dipaksa mengangkat bongkahan batu yang terlihat berat. Hingga ada seorang perempuan yang jatuh tersungkur karenanya di barisan paling belakang. Serta merta makhluk hitam yang mengawalnya segera memecut perempuan tersebut supaya cepat berdiri. Seolah melihat kami di balik gunungan pasir, perempuan itu terus menatap kami dan gerakan mulutnya di kejauhan seperti sedang membentuk sebuah kata.

TO-LONG, A-KU!

Bersambung...

27 Juni 2023

Gimana suka gak sama ceritanya? Kalau suka jangan lupa ya klik ★ dan komennya ya :D..

Karena itu adalah energi untukku... :)

My Kost-an Haunted (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang