Bab 5: Gudang

93 9 3
                                    

"Roni, Bedu apa kalian sedang sibuk?" Pak Ambar tersenyum lebar. Ia sepertinya sengaja datang ke lantai dua untuk menemui kami berdua.

"Gak, pak," kataku.

"Aku juga," kata Bedu ikut menjawab. Kami berdua berdiri melihat pak Ambar di pintu masing-masing.

"Kalian tidak sedang mengerjakan tugas, kan?"

"Gak pak, ada keperluan apa, Pak?" kataku penasaran.

"Jika kalian tidak keberatan, apa kalian bisa membantu bapak membersihkan gudang di ujung sana? Aku tidak memaksa, jika kalian sibuk tak apa biar aku sendiri yang membersihkan." Pak Ambar menunjuk pintu kusam dekat kamarku.

"Aku tak sibuk, Pak. Jadi di sana itu gudang ya, Pak? Aku selalu penasaran dengan pintu itu, kenapa selalu dibiarkan?" Aku semakin tertarik untuk membantu Pak Ambar.

"Boleh-boleh, Pak. aku juga akan membantu Bapak. Ngomong-ngomong kenapa tiba-tiba akan membersihkan gudang, Pak?" kata Bedu ikut bersemangat.

"Wah, saya sangat berterima kasih pada kalian, mau membantu bapak yang sudah tua ini. Ya ini adalah gudang, sudah setahun belum saya bersihkan. Maaf, kalau saya jorok. Gudang ini akan saya bersihkan untuk dijadikan kamar lagi. Sayang kalau gak kepake," Pak Ambar terkekeh sepertinya bahagia sekali mendengar kami akan membantunya.

Kami berdua manggut-manggut mengerti. Pak Ambar memimpin kami dan membuka pintu kusam itu terlebih dahulu. Sebelumnya pak Ambar memberikan masker kepada kami berdua supaya debu yang beterbangan tidak terhirup oleh kami.

Krieet!

Pintu kusam itu akhirnya dibuka, isi gudang ini tak terlalu berantakan malah bisa dibilang agak rapi untuk ukuran gudang seperti ini. Didalamnya ada sofa yang ditutup kain putih, nakas dan kursi yang terbuat dari kayu yang sama-sama ditutup kain putih berdebu, selebihnya ruangan itu kosong. Penerangan di dalam sini kurang baik karena hanya memiliki satu kaca yang menghadap keluar. Yaitu Hanya kaca yang didekat pintu. Pak Ambar mencoba menekan saklar di dekat pintu, tetapi lampu tak kunjung menyala.

"Yah, sepertinya lampu gudang ini sudah putus," Pak Ambar Menengadah ke atas melihat langit-langit, dimana lampu pijar itu dipasangkan. "Roni, Bedu bisa kalian menyapu terlebih dahulu di ruangan ini. Aku akan mencari lampu pengganti ke bawah dan sekalian mengambil ember dan lap pel ke bawah."

"Ya, tentu saja. Lagian, Pak.  sepertinya ini gak akan memakan waktu lama, dibantu oleh kami berdua juga, beres," kataku pada Pak Ambar yang sudah berdiri hendak pergi ke bawah. "Hahaha... Makasih Nak Roni, Nak Bedu. Meminta bentuan kalian memanglah keputusan yang tepat. Aku kebawah dulu, ya. Kalau kelamaan nanti keburu sore. "

"Ya, Pak. Tenang saja, tak usah terburu-buru, kalau bapak nanti perlu bantuan kami lagi, tak usah sungkan menyuruh kami, hehehe," Bedu tersenyum lebar.

"Hahaha... Terima kasih banyak nak Bedu." pak Ambar segera keluar ruangan menuruni tangga.

Kami berdua tak basa-basi lagi langsung menyambar sapu yang menyandar di paling pojok ruangan. Dan membersihkan debu di lantai dengan sapu. Debu yang mengumpul di ruangan ini tak terlalu banyak, hanya butuh waktu lima menit untuk mengumpulkannya, tapi memang perlu untuk di pel supaya lantai semakin bersih.  Kemudian kami membuka kain putih yang menutupi sofa dan meja itu terlebih untuk sedikit disapu, kondisinya masih bagus.
Sama sekali tidak berdebu. Bedu keluar ruangan untuk membuang debu-debu yang tertempel di kain putih itu dengan mengibas-ngibaskannya. Debu-debu seketika beterbangan Membuat Bedu terbatuk-batuk walau sudah memakai masker.

Pekerjaan pertama kami telah kami selesai, hanya tinggal menunggu pak Ambar datang membawa ember berisi air dan lap pel. Kami menunggu di dalam dan menduduki sofa sekalian istirahat. Selama menunggu pak Ambar. Bedu sempat mengobrol denganku.

My Kost-an Haunted (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang