Bab 10: Bebas

37 2 0
                                    

"Jupri turunlah ke lantai bawah, bantulah Nak Roni...," kata Pak Ustadz pada salah satu asistennya.

"Baik, Pak Ustadz," jawabnya dan segera keluar gudang mengikuti Bedu dan Jaka yang sedang menggotong Roni. Pak Ustadz dan dua asistennya kembali fokus me-ruqyah gudang dengan  membaca doa-doa serta ayat suci Al-Quran. Sementara di rumah sakit ibunya Fani juga masih tetap khusyuk membaca ayat demi ayat Al-Quran.

***

"Bagaimana ini, sepertinya dia menatapku? Apa yang bisa kulakukan?" Aku menatap perempuan itu dengan tatapan iba.

"Lalu sekarang kita harus bagaimana, Kak?" tanya Fani menunggu keputusanku.

"Aku ingin menyelamatkan ibu itu. Aku merasa harus melakukannya karena sepertinya aku pernah melihatnya, tapi entah dimana?"

"Tapi bagaimana caranya?"

"Nah, itu yang sedang kupikirkan sekarang," kataku sambil mengurut keningku.

Benar! Ibu itu seperti tidak asing. Jaka! Ibu itu sangat mirip dengan Jaka! Kebetulan macam apa ini? kataku dalam hati. Tidak! ini bukan kebetulan. Ini pasti ada kaitannya. Jika dilihat dari situasinya, aku seharusnya ada di kost-an sedang melihat pak Ustadz yang sedang me-ruqyah gudang. Sepertinya aku jadi tidak sengaja terlibat. Mungkin dengan menyelamatkan ibu itu aku bisa segera pulang.

Kembali ke situasi saat ini keadaan di depanku mulai kembali seperti semula. Ibu itu terlihat pasrah dan kembali membawa bongkahan batu besar di tangannya.

"Ya Allah, bagaimana aku bisa menolong ibu itu? Aku tidak punya alat untuk membebaskannya," gumamku, aku mengedarkan pandangan ke berbagai arah. Hanya padang pasir yang terlihat.

"Kak, aku punya ini," kata Fani sambil merogoh saku celananya dan mengeluarkan sepotong kawat besi hanya beberapa senti.

"Boleh juga, mungkin saja ini bisa berguna," kataku sambil menerima kawat itu dari tangannya.

Seperti sebuah kebetulan , makhluk yang sedang mengawasi mereka sedang pergi. Kulihat ia pergi dengan tergesa-gesa ke dalam kastil seperti ada yang sedang memanggilnya.

"Sekarang!" kataku. Aku dan Fani segera berlari menghampiri ibu itu.

"Tolong, Nak," kata ibu itu dengan suara lemah nyaris hilang.

"Tenang, Bu. Aku akan segera membebaskan Ibu." Aku mencari lubang kunci pada rantai yang mengikat kakinya. Tapi nihil, tidak ada satupun lubang kunci yang kutemukan. Kucari dari semua rantai yang mengikat mereka semua sampai ke baris depan. Berharap mungkin ada satu lubang kunci yang menghubungkan rantai mereka semua. Tapi tetap nihil dan tidak kutemukan lubang kunci. Jelas ini bukan rantai biasa. Lagian, bukankah ini dunia lain? Atau dunia mimpi yang sering dilihat Jaka?

Aku mulai berkeringat dingin karena aku salah langkah. Kulihat dari kejauhan makhluk itu sudah keluar dari dalam kastil.

"Bismillah, bismillah, bismillah ... Ya Allah ...." Aku repleks memejamkan mata dan mengharapkan dengan sangat bantuan dari-Nya.

"Kak, lihat! Di tangan Kakak!" Fani berteriak dan menunjuk tanganku. Kawat itu berpendar memancarkan cahaya putih dan berubah bentuk jadi sebuah pedang yang bersinar. Dari kejauhan makhluk itu seperti sudah menyadari keberadaan kami. Dia mulai mempercepat langkahnya. Sebelum makhluk itu memergoki kami, aku dengan sekuat tenaga mengayunkan pedang tersebut ke rantai yang mengikat kaki ibu itu.

"Bismillah... Laa haula wa laa quwwata illaa billah!"

PRAK!!!

Rantai itu seketika putus dan menghilang dari kaki ibu itu. Kucoba ayunkan pedang lagi ke rantai yang mengikat orang lain. Tapi tidak mempan. Aku heran dan terus mencobanya beberapa kali.

"Kak, makhluk itu sudah dekat!" kata Fani menunjuk ke depan dan benar saja makhluk itu menatap kami murka, saat berhasil memergoki kami bisa berkeliaran bebas.

"Maaf, maaf, maafkan aku!" kataku pada mereka yang masih terikat rantai, air mataku jatuh— menyesal karena tidak berdaya untuk menolong mereka.

"Nak, sadarlah! Jangan merasa bersalah. Lihatlah mereka baik-baik!"

Aku menatap mereka dengan lebih teliti lagi. Aku mencoba mengguncangkan badan mereka, tapi tidak ada reaksi. Pandangan mereka semua kosong dan terus bergerak ke depan. Seperti tetap patuh pada suatu perintah. Tidak seperti ibu itu yang pertama aku selamatkan. Ibu itu terlihat lebih jelas emosinya dan pandangannya lebih hidup. Fani dan ibu itu menarik tanganku dan berlari menjauh orang-orang yang masih di rantai tersebut. Suara gong menggema ke seluruh langit. Makhluk itu mengumpulkan ratusan prajurit berkuda dan mengejar kami dengan kecepatan tinggi di belakangku.

Seberapa cepat pun kita berlari akhirnya kami semua tetap terkepung oleh pasukan mereka yang memiliki tanduk, bertubuh hitam besar, telinga runcing dan tatapan yang menusuk karena pupil mereka yang mengerucut tajam seperti kucing. Kami bertiga berpegangan tangan—merasa terpojok. Tiba-tiba pandangan di depan terasa hening dan melambat. Dengan samar-samar aku mendengar bacaan doa entah dari mana yang menggema di kepalaku. Tangan-tangan makhluk itu akan segera meraihku. Kulihat pedang di tanganku kembali memancarkan cahaya lagi dan dengan kecepatan tinggi aku menebas mereka yang ada di depanku. Tapi, seperti sebuah keajaiban ratusan pasukan di depan kami menghilang bak pasir yang dihembuskan angin. Hanya tersisa satu makhluk dari kejauhan.

Di saat itu juga, sebuah cahaya putih terbuka lebar di belakang kami. Tidak bisa menerima kami yang akan kabur begitu saja makhluk itu dengan tersaruk-saruk berlari ke arah kami dengan kecepatan luar biasa dan siap menerkam. Kami pun serta merta saling mendorong punggung satu sama lain karena panik dan ingin cepat-cepat masuk ke dalam cahaya putih yang terbuka lebar tersebut. Hanya tinggal beberapa senti makhluk itu berhasil mendekati kami.

GROAAA!!!

"AAAAAAKH!!!" Fani dan ibu itu menjerit-jerit ketakutan. Tapi, cahaya putih yang mirip portal itu segera menutup dengan cepat tepat di depan batang hidung makhluk itu.

***

"Jupri turunlah ke lantai bawah, bantulah Nak Roni dan bimbinglah ia supaya menemukan jalan untuk pulang!"

Bersambung...

27 Juni 2023

Gimana suka gak sama ceritanya? Kalau suka jangan lupa ya klik ★ dan komennya ya :D..

Karena itu adalah energi untukku... :)

My Kost-an Haunted (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang