06 dihukum

10 13 1
                                    

Bruk!!

"Nih!" Aksa meletakan 12 buah buku di hadapan adil "puas Lo?"

Adil menatap buku-buku itu dengan mata berbinar "puas banget guee"

"Gak tau terima kasih" sindir Aksa setelah mendudukan dirinya di bangku samping adil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gak tau terima kasih" sindir Aksa setelah mendudukan dirinya di bangku samping adil.

"Makasih" ucap adil terdengar dipaksakan

"yang tulus Dil" tegur aksa.

Adil beralih menatap Aksa dengan alis terangkat "harus?"

"Ya harus lah!" sewot Aksa

"iya deh iya" adil menarik ujung bibirnya membuat senyuman manis "Makasih Aksa" ucapnya sedikit di paksakan lalu kembali mengubah raut wajahnya seperti semula. b aja

tangan Aksa terulur mengacak-acak rambut adil gemas sedangkan sang empu kini  melototkan mata menepis cepat tangan Aksa dari rambutnya.

Aksa terkekeh pelan kemudian memangku wajahnya dengan kedua telapak tangan menatap adil dari samping.

tingkah keduanya tak luput dari dua pasang mata milik gadis yang berada tepat di belakang mereka, kedua gadis itu mati matian untuk tidak berteriak histeris dengan menutup mulut menggunakan kedua tangan.

Adil menyenggol lengan Aksa pelan membuat Aksa menaikan sebelah alisnya seolah bertanya 'Apa'

"di laci Lo penuh coklat tuh" tunjuk adil dengan dagunya.

Aksa mengerutkan alisnya kemudian mengecek laci meja dan benar apa yang dikatakan adil, lacinya hampir mbeludak sangking banyaknya coklat yang ia dapat entah dari siapa.

ini bukan kali pertamanya, dulu saat ia masih SMP juga dia selalu mendapati coklat di laci mejanya hampir setiap hari.

"Lo mau?" tanya Aksa seraya mengeluarkan semua coklat dari dalam laci.

mendengar tawaran Aksa sontak saja membuat adil menolehkan kepala cepat menatap Aksa.

"Mau!" jawab adil cepat

"Ambil aja" ucap Aksa

"Semuanya??"

"hm"

"kamsahamnida!!"

........................

Adil menatap ke arah papan tulis dengan serius, berkali-kali ia mengerutkan alisnya dengan jari jemari yang terus memutar-mutar pulpen miliknya bahkan sampai menggigit ujung pulpen itu beberapa kali.

sedangkan Aksa ia malah menatap malas ke arah papan tulis yang sudah dipenuhi dengan coretan coretan Aestetic karya Bu Wulan. Siapa Bu Wulan? Guru matematika kelas X SMA CEMPAKA PUTIH.

Mata Aksa mulai memberat, entah kenapa suara Bu wulan yang tengah menjelaskan materi di depan sana terdengar seperti mendongeng baginya.

Perlahan-lahan Aksa mulai menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan mencari posisi ter nyaman hingga membuatnya setengah tidur, sayup sayup Aksa bisa mendengar suara Bu Wulan yang kian mengecil di pendengarannya.

Adil yang baru menyadari saat tatapan Bu Wulan mengarah ke mejanya pun di buat was-was. kemudian ia menoleh ke samping menatap Aksa yang sudah terlelap dalam tidurnya.

Adil berusaha membangunkan Aksa dengan menggoyang-goyangkan bahu sang empu Pelan dengan satu tangannya namun alih-alih bangun Aksa malah semakin terlarut dalam tidurnya. tak cukup sampai disitu, kaki adil di bawah sana juga tak tinggal diam ia menendang-nendang pelan kaki Aksa. namun usahanya nihil, hingga suara seseorang di depan sana mengalihkan perhatian adil.

"itu siapa yang lagi tidur di pelajaran saya?!" tunjuk Bu Wulan ke arah Aksa.

"A-aksa bu" jawab Adil gugup saat matanya tak sengaja bertemu dengan sepasang mata milik Bu wulan.

Bu Wulan berjalan mendekat kearah meja Aksa juga adil dengan tangan yang masih setia membawa spidol di salah satu tangannya. "coba kamu bangunin"

adil menunjuk dirinya sendiri "saya Bu?"

"Iyaa kamu, cepet bangunin dia" titah Bu Wulan dan segera diangguki oleh adil.

dengan kedua tangannya adil menggoyangkan bahu Aksa untuk yang kedua kalinya hingga terdengar lenguhan dari sang empu.

"Bangun sa! ada Bu Wulan" ucap adil sedikit mengeraskan suaranya.

"Aksa bangun! Bu Wulan disini!"

"Gue Gak peduli" balas Aksa dengan suara beratnya dan masih setia menutup kedua matanya.

Bu Wulan menatap Aksa dengan wajah  merah padam menahan amarah. "jika kamu tidak peduli dengan pelajaran saya maka---"

"KELUAR DARI KELAS SEKARANG JUGA!!" teriak Bu Wulan menggelegar membuat seisi kelas kompak menutup telinganya masing-masing tak terkecuali dengan Aksa yang secara refleks menegakan badannya kaget.

Aksa berdiri dari duduknya kemudian menatap Bu Wulan malas "keluar doang kan Bu?"

Habis sudah kesabaran Bu Wulan saat ini, kenapa muridnya yang satu ini sangat sangat menguji kesabarannya?!

"Berdiri sambil hormat di lapangan bendera sekarang juga!" perintah mutlak Bu Wulan.

"Berapa lama?" pertanyaan Aksa membuat cengo seisi kelas

"Sampai jam istirahat" Jawab Bu Wulan dengan penuh penekanan.

Aksa tampak melirik jam tangannnya kemudian mengangguk "Cuma setengah jam, Oke!" ucap Aksa enteng tak peduli dengan tatapan Bu Wulan yang kian menajam.

"Dil, mau ikut gak?" ajak Aksa pada adil

"ngapain Lo ngaj--"

"Kenapa kamu mengajak temen kamu buat ikut serta melaksanakan hukuman kamu itu Aksa?!" geram Bu Wulan

"Cuma ngajak, gak maksa kok Bu" jelas Aksa lalu berjalan keluar dari kelas dengan langkah santainya.

sedangkan Bu Wulan kini menatap punggung Aksa yang mulai hilang di balik pintu dengan tangan yang mengusap dadanya sabar.

"Baiklah, kita lanjut pelajarannya jangan ada yang tidur lagi!"

"BAIK BUU"

Sedangkan disisi lain kini Aksa tengah menuruni tangga menuju lapangan bendera.

lapangan bendera yang sangat luas dengan panas yang menyengat itu tak membuat aksa berhenti, ia semakin melangkah dengan langkah santainya.

sebenarnya dia malas untuk melaksanakan hukumannya namun bukan aksa jika kabur dari hukuman. hanya pecundang yang akan melakukan hal itu_ kata Aksa sendiri.

AksadilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang