prolog ; panti asuhan

773 46 3
                                    

Manik bambi indah dengan senyuman manis bergairah membuat hati Killua Zoldyck berdebar tak kuasa tuk mengakui segala keindahan ciptaan dewa.

...
'S
°°°

"ANAK BAJINGAN!"

"KAU ITU DILAHIRKAN SEBAGAI PEMBUNUH, UNTUK APA KAU INGIN BERSEKOLAH?!"

"SAYA MENYESAL TELAH MELAHIRKANMU!" Teriak perempuan paruh baya kepada pemuda bersurai putih.

"Brengsek! Jika aku bisa memilih orang yang melahirkanku aku tidak akan memilihmu!" Jawab pemuda itu naik pitam.

Pemuda bersurai salju itu bernama Killua, Killua Zoldyck. Seorang lelaki bermata biru kucing yang terlahir sebagai keluarga pembunuh Zoldyck.

Ia tak bisa mengelak mendengar fakta diferensiasi akan hal itu, ia juga tak ingin lahir sebagai tanda pembunuh. Killua ingin sekali hidup normal, berkali-kali hatinya terpuruk akibat paksaan kedua orang tuanya tuk menjalani aksi kejahatan tersebut.

Killua berlari meninggalkan rumah megah itu tanpa melihat tujuan, ia berlari rasanya ingin berlari keluar dari kehidupan hitamnya itu.

Sampai pada akhirnya ia tersadar bahwa dirinya telah berada pada ladang rerumputan indah nan luas, ia menelusuri satu-persatu pohon-pepohonan rindang disana. Ia berfikir tempat ini akan menjadi tempat yang tenang tuk beristirahat.

Killua mengusap surainya kasar,
"Sungguh menyedihkan," ujarnya sambil menatap jemari tanganya berubah menjadi tajam bak cakaran puma.

Ia menggores sedikit demi sedikit pada permukaan lenganya, darah menetes mengalir bak kesedihanya. Inilah momen yang di idam-idamkanya sehabis mendapati peristiwa buruk.

Sampai ia tersadar jika tanganya ditarik paksa oleh seseorang, Killua melihat itupun murka ia menatap tajam oknum tersebut.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!"

Yang dibentakpun sontak membalakkan matanya terkejut, lelaki bersurai hitam itu bersikap meminta maaf kepada Killua kemudian mengatakan,

"Maaf, aku tidak bermaksud untuk ikut campur tapi yang kamu lakukan adalah menyakiti dirimu sendiri"

"Itu tidak baik!!"

Killua menaikkan alisnya bingung, "Siapa kau?"

"Aku Gon, Gon Freecss."

"Orang bermata bambi ini bernama Gon," batin Killua menatap Gon yang tersenyum menyerahkan tanganya tuk mengisyaratkan berjabat tangan.

"Killua." Balas Killua membalas jabatan tersebut.

"Tunggu sebentar aku ke dalam dulu, Jangan kemana-mana ya!!" Titah Gon, lalu diangguki bingung oleh Killua.

Tak selang beberapa lama, pandangan Killua mengarah kepada Gon yang baru saja keluar dari rumah kecil tak jauh dari pohon rindang yang ia duduki.

Gon tampak membawa kotak putih bertuliskan P3K, ia segera mengobati lengan Killua dengan lembut. Yang di obati hanya menatap Gon tanpa bersuara sepatah katapun.

Sampai ia bergidik kejut, nampaknya Gon dengan keingin tahunya yang sangat tinggi kini menggenggam jemari pucat milik Killua. Ranumnya ternganga kagum saat mendapati ukuran besar tangan Killua dengan tangan mungilnya itu.

Telah puas dengan memainkan jemari Killua, Gonpun tersadar lalu buru-buru meminta maaf kepada Killua,

"MAAF!! AKU TIDAK BERMAKSUD UNTUK MEMAINKAN TANGANMU-

-TANGANMU TAMPAK BESAR, JADI AKU INGIN MENGUKURNYA DENGAN TANGANKU," Ujar Gon kepada Killua.

Killua yang menatap raut panik Gonpun terkekeh, ia kembali menarik jemari Gon.

"Tidak apa, memang fakta tanganmu sangat mungil," Ujar Killua.

Pipi Gon seketika berubah menjadi merah tomat, ia mengangguk-angguk setuju kepada Killua bahwasanya tanganya memanglah lebih kecil daripada lelaki bermata kucing itu.

"GON,"

"GON, KAU DIMANA?"

"Ah rupanya kau disini, oh siapa itu?" Tanya lelaki yang mencari Gon tadi, Gonpun menjawab bahwa ia baru saja mendapatkan teman baru bernama Killua.

Yang bertanyapun tersenyum menatap Killua, "Killua, Teman barunya Gon, ya? Salam kenal aku Kurapika, kakak Gon."

Killua yang mendengar itupun hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Gon, ajaklah Killua ikut kegiatan membuat journal di taman rumah," Ucap Kurapika kepada Gon.

"TENTU SAJA, KILLUA KAU MAU IKUT MEMBUAT JOURNAL BERSAMAKU DISANA?" Tanya Gon menarik pelan tangan Killua.

Killua mendengar ajakan tersebutpun menyetujui tuk mengikuti kegiatan tersebut, lagipula ia juga bingung ingin melakukan apa setelah kabur dari rumahnya itu.

Gon tersenyum gembira ia kemudian menggandeng tangan Killua tuk menuntunya menuju rumah kecilnya itu.

Tampaknya netra Killua tersadar bahwa rumah ini bukanlah rumah biasa tetapi rumah bagi para orang-orang hebat. 'Panti Asuhan Kurta'

Didalam sana terdapat beberapa anak kecil juga remaja yang sedang bermain, berlarian, juga bercanda gurau.

"Killua, ayo! bibi sudah menunggu disana untuk membuat journal!"

Merekapun senantiasa membuat journal dengan perasaan senang, sesekali Gon memuji selembaran journal yang dibuat oleh Killua dengan mantap.

...

To Be Continue

── creamecotta

'S | killugonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang