00-7

80 7 0
                                    

Ara sudah ada di pertigaan, tempat yang Feri janjikan pada Ara untuk menjemputnya disana. 15 menit menunggu, ia datang juga.

" Gimana cantik udah tenang?." Feri mencubit pipi Ara.

" Boro-boro tenang, yang ada campur aduk banget." Bibirnya mengerucut.

" Kok gitu? Kenapa emang?." Mendekatkan wajahnya, dan menyipitkan matanya juga.

" Oh maksudnya campur aduk banget, kan udah cerita senang sedih sama Om." Alibinya, padahal ia tidak memaksudkan itu. Sementara dengan jawabannya itu, ia merasa sedikit tenang.

" Ya udah mau pulang sekarang? Atau mampir ke tempat kesukaan kamu? Tim aku menang loh lawan mereka."

" Beneran Fer? Hebat banget pacarku. Tadinya mau, tapi gak enak banget masa pulang dari kuburan langsung beli es krim. Pulang aja deh, kamu nginep kan?."

Feri terkekeh " Tanpa kamu suruh cantik, pasti." Ucapnya, membuat semburat merah di pipi Ara. Kekasihnya itu senang sekali melakukan flirting talks sampai dirinya salah tingkah. Mereka pun segera pergi dari tempat ini.

Namun seseorang tanpa mereka sadari melihat interaksi mereka berdua. Ia keluar memastikan ara baik-baik saja. Mengingat ini sudah malam dan sulit sekali kendaraan umum lewat.

Gimana gw bisa sembuh, sedangkan obat gw saat ini sedang menenangkan orang lain selain gw.

🍒🍒🍒

Bahkan malam ini sudah di tempat tidur, dan tidur ditemani kekasihnya, masih saja membayangkan runtutan kejadian juga hal mendebarkan yang terjadi tadi sore.

" Kenapa belum tidur?." Feri membuka matanya melihat seseorang di depannya belum memejamkan matanya.

" Gak bisa tidur." Lirihnya dengan cemas. Tidak menemukan tanda kantuk sedikitpun.

Seolah mengerti bagaimana cara mentreat bayi besar di sampingnya ini. Feri mendekap Ara dengan tangan kanannya, sedikit tubuh Ara ia dekatkan, tidurnya juga berbantalkan sebelah lengan kiri Feri.

Mengecup surainya " Gimana mau tidur?, besok sekolah loh." Feri berbicara tepat di samping telinganya, membuat Ara geli. Ara yang mendengar itu langsung mengangguk. Menyadarkan keningnya dalam dada kekasihnya. Dan perlahan-lahan kantuk datang membawanya bertemu alam mimpi.

🍒🍒🍒

Selesai membasuh cucian di dapur, ia kembali menaiki tangga lantai 2. Namun terkaget seketika di sebelah kamarnya pintu itu seperti ada yang membuka, dan menampakkan anaknya keluar dengan muka bantalnya.

" Gavin? Kok gak bilang mama kamu pulang?. Mau sarapan sekarang sayang?." Tawarnya.

Gavin mengangguk, ia segera ke kamar mandi melakukan cuci muka dan gosok gigi. Dan kembali duduk di kursi meja makan ditemani mamanya.

" Tinggal disini ya?." Gavin tidak menjawab bahkan merespon dengan gerakan. Ia fokus memakan masakan mamanya yang setiap hari tidak pernah berbeda rasanya selalu enak. Mamanya menatap dengan perasaan senang pada anaknya itu.




" Nanti malam konsul kan ma? Aku sendiri aja ya. Mama jangan maksain, bahkan menunda jadwal kalau mama masih sibuk. Gavin bisa sendiri." Ujarnya meyakinkan mamanya. Namun mamanya bisa apa? Gavin harus dengan pantauan dan dampingan pengantar. Walaupun Reyhan juga bukan orang asing bagi mereka. Reyhan selalu melakukan tugas dengan rinci dan rampung dalam melakukan praktik pada pasiennya termasuk Gavin keponakannya.

Love, Life And Healer || Ft Baemsuri EtharinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang