Part 2

1.3K 239 15
                                    

"Buset, rame amat tamu-tamu yang diundang si Citra ya?" Gayatri terkesima memandang jejeran mobil-mobil mewah di halaman rumah Citra. Sebagian mobil tampak parkir di pinggir jalan, karena halaman rumah Citra telah penuh oleh kendaraan.

"Bang Iwas di mana ya?" Gayatri celingukan. Ia tidak melihat motor Iwas parkir di mana pun.

"Jangan-jangan Bang Iwas ngibulin gue lagi." Gayatri menggerutu sendiri.

"Mana parkiran penuh. Masa gue harus parkir di ujung jalan sana?" Gayatri memindai barisan mobil yang sudah terparkir rapat di depannya. Memang sudah tidak ada space kosong lagi. Apa boleh buat, ia akan parkir di seberang jalan saja. Gayatri melajukan kendaraan dan memarkir mobil di jalan yang kosong. Setelah meraih tas tangan, Gayatri segera turun dari mobil. Misinya sekarang adalah mencari Iwas.

"Kamu lama sekali."

"Eh copot... copot..." Gayatri kaget saat mendengar suara orang di belakangnya. Refleks, Gayatri berbalik. Iwas rupanya. Syukurlah. Ia jadi tidak perlu mencari-carinya lagi.

"Abang udah lama datang? Motor Abang parkir di mana? Kok saya tidak melihatnya." Gayatri kembali celingukan. Sejauh mata memandang, yang ia lihat hanyalah mobil. Tidak ada satu sepeda motor pun di parkiran.

"Motor saya ada di dekat pos Satpam. Motor itu adalah satu-satunya kendaraan yang saya miliki. Saya takut hilang kalau parkir sembarangan. Ayo, temui temanmu secepatnya. Setelahnya saya akan pulang sendiri."

"Iya, Bang. Saya mengerti. Abang ini tidak sabaran sekali. Masuk juga belum, ini udah mikir pulang aja." Gayatri menggerutu. Iwas tidak menanggapi protes Gayatri. Yang ia lakukan hanyalah mempercepat langkah.

"Pelan dong, Bang, jalannya. Saya pakai highheels ini. Susah jalannya." Gayatri berjalan separuh berlari. Iwas meninggalkannya di belakang.

"Lain kali gunakan sesuatu yang sesuai dengan fungsinya. Misalnya sepatu. Kegunaannya sepatu itu adalah untuk melindungi kaki, bukan malah mempersulit langkah kaki. Maka gunakanlah sepatu yang benar. Bukan yang haknya seruncing pensil begini." Iwas mengomeli Gayatri. Namun tak urung ia memperlambat langkahnya juga. Berdampingan mereka masuk ke pintu gerbang rumah Citra yang terbuka lebar.

"Selamat malam, Non Ratri. Langsung ke belakang aja ya, Non? Pestanya di taman dekat kolam renang." Pak Sukri menyapa Gayatri.

"Baik, Pak Sukri. Terima kasih." Setelah menerima informasi dari Pak Sukri, Gayatri melanjutkan langkah ke kolam renang. Iwas mengikuti langkahnya dalam diam.

Setiba di lokasi, Gayatri mendecakkan lidah. Citra telah mendekor kolam renangnya menjadi taman yang indah. Terdapat sebuah partisi besar berwarna peach dan pink pastel sebagai backdrop untuk berfoto. Sementara di sudut kolam ada sederet kursi dan meja bernuansa putih emas sebagai tempat menjamu tamu undangan. Teman-teman sekelasnya sebagian terlihat duduk di sana sembari menikmati hidangan pembuka. Sementara sebagian lagi mengobrol dengan suara riuh rendah.

Ada satu hal yang menarik perhatian Gayatri. Di samping meja, ada sebuah kulkas mini transparant yang berisi minuman-minuman beralkohol. Tampak beberapa teman sekelasnya minum-minum sambil berjoget heboh diiringi lagu Wake Me Up-nya Avicii. Lagu bergenre EDM itu memang sedang digandrungi saat ini.

"Kamu bilang ini pesta ulang tahun teman sekelasmu bukan? Tapi kenapa suasananya dewasa sekali? Banyak minuman beralkoholnya lagi. Ini pesta ulang tahun anak SMA, atau para eksekutif muda?" sindir Iwas. Gayatri terdiam. Ia tidak bisa memberi jawaban langsung atas pertanyaan Iwas. Karena sesungguhnya ia juga shock.

"Zaman sekarang kayaknya biasa aja sih, Bang." Kalah malu, Gayatri mencoba bersikap biasa saja. Padahal ia sendiri juga sama kagetnya.

"Saya tidak mengerti dengan cara bergaul remaja sekarang. Semakin lama semakin tidak sehat saja." Iwas menggeleng kepala. Jikalau bukan karena sudah terlanjur berjanji, ia memilih untuk pulang dan melanjutkan belajarnya di rumah.

Tunggu Aku Sampai Badai Usai (Sudah Terbit Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang