Part 3

1.3K 233 6
                                    

"Permainan truth or dare ini dimulai dengan memutar botol. Pada saat botol terhenti, kita akan melihat siapa yang ditunjuk oleh mulut botol. Orang yang ditunjuk harus menjawab dengan jujur. Jikalau tidak bersedia menjawab, hukumannya adalah harus minum segelas anggur merah ini. Setuju?" Citra menjelaskan tata cara permainan setelah para tamu duduk di kursi masing-masing.

"Lho kok minum anggur sih, Cit? Tadi lo bilang cuma dicoret lipstick doang mukanya?" Gayatri protes.

"Kenapa? Lo takut?" tantang Windy. Ia puas sekali melihat ekspresi cemas di mata Gayatri.

"Siapa yang takut? Gue cuma nanya," bantah Gayatri sewot.

"Kalo lo nggak takut, ya udah. Ayo kita mulai." Windy kembali memprovokasi Gayatri. Ia paling senang kalau bisa mempermalukan anak musuh bebuyutan ayahnya ini. Ayahnya bilang, sebagai seorang mentri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, ayah Gayatri, Pak Sanwani Harimurti kerap mempersulit ayahnya dalam pekerjaan lapangan. Makanya ayahnya sangat membenci Pak Sanwani. Padahal sewaktu remaja dulu, mereka berdua bersahabat. Setelah Pak Sanwani sukses, sikap Pak Sanwani pun berubah. Pokoknya mereka sekarang saling membenci satu sama lain.

"Udah ya, lo bedua. Jangan pada ribut terus." Citra kembali menengahi pertengkaran Gayatri dan Windy. Kalau tidak dilerai, bisa sampai besok pagi mereka akan saling berbantah kata.

"Mengenai perubahan hukuman, tadinya gue emang mau dare-nya corat-coret wajah aja. Tapi anak-anak pada protes. Katanya mereka udah tujuh belas tahun. Mereka pengen sesuatu yang baru. Umur-umur kayak kita-kita ini 'kan pengen mencoba segala sesuatu yang baru." Citra memberi alasan.

"Iya, Tri. Masak kita mainannya kayak bocah terus? Padahal sebentar lagi kita tamat SMA. Kalo masalahnya lo nggak mau minum, ya lo tinggal jawab aja yang ditanya dengan jujur. Simple kan?" Vincent sang ketua kelas memberi alasan.

"Kami semua setuju sama Vincent." Beberapa orang lagi ikut bersuara. Tidak ada pilihan. Gayatri pun setuju.

"Begitu katanya tidak takut? Cuih, cemen lo!" Windy kembali memperolok Gayatri.

"Takut... takut... takut mata lo." dengkus Gayatri. "Ayo mulai!" Gayatri panas mendengar provokasi Windy.

"Oke, gue akan memutar botol." Citra memutar botol diiringi seruan gemuruh teman-teman sekelasnya. Ketika mulut botol berhenti di depan Vincent, tepuk tangan membahana. Permainan seru telah dimulai.

"Wah, Vincent. Lo kena yang pertama. Gue akan mengajukan pertanyaan. Truth or dare, siapa cewek pertama yang lo cium?" Citra menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. Bakalan seru ini. Karena Riana, pacar Vincent duduk di sebelahnya.

"Jawab... jawab..." koor seru terdengar menunggu jawaban Vincent.

"Sini, gue minum aja." Vincent mengambil jalan aman. Ia takut diputuskan Riana karena telah berbohong.

"Huuu... cemen lo!" Penonton kecewa. Vincent tidak menggubris kekecewaan teman-temannya. Ia langsung menengak minuman yang dituangkan Citra. Botol kembali diputar. Kali ini kepala botol menghadap pada Citra.

"Gue yang akan mengajukan pertanyaan." Vincent mengangkat tangan. Ia ingin membalas Citra. Aksi Vincent memancing riuh rendah teman-teman mereka yang sudah mencium hawa-hawa balas dendam.

"Truth or dare, apakah lo pernah selingkuh saat sedang berpacaran dengan Raymond?"

"Waduh, berat ini, berat!" Teman-teman mereka bertepuk tangan. Soalnya ada Raymond. Mantan Citra yang duduk empat kursi dari Citra.

"Roman-romannya ada yang mau minum anggur nih?" sindir Vincent yakin.

"Pernah." Citra menjawab santai. Hubungannya dengan Raymond telah berakhir. Jadi tidak masalah jika ia mengungkapkannya sekarang.

Tunggu Aku Sampai Badai Usai (Sudah Terbit Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang