- blaze -

381 44 9
                                    




Itulah kenapa kak Gempa mengatakan dia bersalah banyak atas diriku.”

—cad—








Kembali bersama Barra’!

Kali ini adalah Kak Gempa. Menceritakan kakak ketiga kami yang paling ramah sedunia, paling baik sedunia.

Aku tahu banyak hal yang tak bisa dikatakan dalam satu bab karena itu terlalu banyak. Bahkan ini semua tidak cukup. Tapi akan kujelaskan semampuku.

Yah ... Aku adalah orang yang pertama dan terakhir di keluargaku.

Aku selalu menjadi orang seperti itu.







Aku orang pertama yang tahu kak Gempa memiliki penyakit jantung koroner.




Saat itu kak Gempa mengantarkan makananku saat aku sakit. Tapi tak disangka kak Gempa justru terjatuh di depan pintu dengan muntahan darah yang cukup banyak. Aku panik melihatnya. Lantas aku berteriak kencang sekali agar semuanya datang.





“Kenapa orang sebaik Kak Gempa harus kena penyakit seperti ini ...?” tanyaku lirih. Kak Alin yang mendengarnya mendelik. “Jangan katakan seperti itu. Gempa dapat, karena salahnya sendiri.”

“Salahnya sendiri...?”

“Ya.”

“Maksudnya?”

“Haish ... Aze, jangan bicarakan ini lagi.”

Kulihat, adik-adikku yang memiliki kecerdasan tinggi, Amai, hanya diam. Tapi sorot matanya menunjukkan ia bisa memperkirakan penyebabnya. Thorn tidak. Dia hanya bisa planga plongo. Sedangkan Kak Taufan bagian nangis nangisnya aja.





Haduh ... Maksudnya apa sih?






Jadi aku dan Kak Taufan hari itu benar-benar terkejut. Mencengkram lengan Kak Taufan erat, ia juga memegangku dengan kuat dan gemetar.

“Gempa...”






Disana kak Gempa. Tapi tak seperti dirinya. Ia tidak mengenakan topi, sedang duduk. Dengan sorot mata kosong dan asap rokok yang menguar.

“....”

Rokok!? Sejak kapan di keluarga kami ada yang merokok? Bahkan Atok yang sudah tua itu tidak pernah merokok seumur hidupnya.

Dan aku mengerti hari itu.




Diantara kami semua, kak Gempa, satu-satunya orang yang melakukan semua pantangan keluarga.





Aku dan kak Taufan mendekati kak Gempa dengan ragu-ragu. Aku menutup hidungku dengan cepat. Bau apa ini!? Benar-benar menusuk dan tajam! Tapi ini bukan rokok! Ini lebih manis dan kasar!

Apa itu alkohol?

Wajah kak Gempa merah, tapi tatapannya kosong. Kurasa ia sedang mabuk. Lalu ia terkekeh melihat kami.

cad | gempaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang