1. Jenis Cinta

1.1K 157 10
                                    

Note: Mengenai blurb Favorite Person yang baru aku publish, mungkin dari kalian ada yang berpikir tentang sesuatu. Sebenarnya aku sudah bikin klarifikasinya dari kemarin-kemarin di Instagram. Kalian bisa cek di akun Instagram @nofiasari_septi di postingan yang aku sematkan. Link juga sudah aku taruh di wall Wattpad.

Terima kasih ♡

1. Jenis Cinta

Jatuh cinta itu bisa datang melalui banyak jalan. Ada yang karena kasihan seperti penuturan Buya Hamka. Ada yang karena terbiasa seperti ungkapan witing tresna jalaran saka kulina. Ada juga yang dari mata turun ke hati atau love at the first sight. Dan banyak cara lain bagi cinta untuk datang dan menjajah hati kita.

Dalam kasusku, cinta itu datang melalui perantara pembaca yang bahkan belum pernah kutemui di dunia nyata. Bagaimana bisa? Begini ceritanya. Sekitar setahun lalu, aku sedang mengerjakan novel bergenre romantis yang on going di sebuah platform baca tulis gratis.

Di sana, kebanyakan pembaca memang lebih suka jika aku memberikan saran cast untuk karakter utama yang kubuat agar imajinasi mereka lebih kuat. Karena aku pencinta drama Korea garis keras, maka kebanyakan cast yang kugunakan adalah artis atau aktor dari negeri ginseng itu. Namun tak jarang aku juga menggunakan idol kpop.

Namun saat itu, ada satu komentar yang sangat menarik perhatianku. Salah seorang pembaca mengatakan bahwa tokoh utama pria dalam novelku mengingatkannya pada seorang fotografer yang pernah ia gunakan jasanya. Dia bilang, baik wajah maupun kepribadiannya sangat cocok dengan karakter yang kuciptakan.

Entah kenapa saat itu aku merasa begitu penasaran hingga mengirim pesan DM kepada pembaca itu. Dan dengan senang hati dia memberitahuku akun sosial media fotografer itu. Dari situlah rasa penasaranku berubah bentuk jadi ketertarikan.

"Ketertarikan yang nggak normal."

Aku yang sedang tersenyum-senyum memandangi foto terbaru Bhaga, langsung menoleh ke arah perempuan yang sedang menyesap secangkir kopi itu.

"Apa?"

"Apa?" Dia membeo dengan gerakan bibir mencibir. "Kapan rencana berhenti sama obsesi anehmu itu?"

Aku memutar bola mata. "Udah sering kan aku bilang, ini tuh bukan obsesi."

"Terus apa?"

"Salah satu jenis cinta."

Dia mendecih. "Jenis cinta nggak ada yang begitu."

"Kamu yang nggak mau ngerti." Meletakkan ponsel di atas meja, aku kini fokus hanya menatapnya. "Padahal kamu ngertiin kpopers yang cinta sama idolnya, tapi kenapa nggak mau ngerti aku yang naksir dia?"

"Ya karena naksirnya kamu beda jauh sama naksirnya kpopers. Aku juga udah sering bilang gitu, kan?" Dia menyesap kopinya lagi dengan kuat hingga menimbulkan suara. "Kpopers tahu betul kalau dia cuma halu. Dia nggak berharap memiliki atau apa pun. Sedangkan kamu? Udah halunya di luar batas nalar, berharap suatu saat ketemu dan bisa memiliki, lagi. Di mana letak kewarasannya?"

"Apa salahnya, sih, Pia Alfia?" Aku tak mau kalah. "Dia tinggal di kota yang sama dengan kita. Dia juga seiman sama kita. Peluang buat berjodoh itu lebih gede dibanding sama idol kpop."

"Sekota, oke. Seiman, juga oke. Tapi," Pia mendekatkan wajah sambil mengangkat kedua alis, "yakin, dia seamin sama kamu?"

Skakmat. Aku hanya bisa merengut sambil meneguk es cokelatku yang tinggal setengah gelas. Melihat kekalahanku, Pia terbahak.

"Bangun, Dek, bangun!" Pia menepuk-nepuk pundakku, yang langsung kutepis. "Dia tahu kamu napas di kota ini aja enggak."

"Dia follback akunku."

"Dia juga follow banyak orang, tuh. Kamu nggak seistimewa itu."

"Dia juga pernah notice komenku di live."

"Komen selamat malam yang udah lama banget itu? Halah, udah lupa, dia. Udah aku bilang, jangan merasa istimewa."

Aku kembali merengut. Sejak awal Pia memang tak pernah menyetujui ketertarikanku kepada fotografer itu. Dibanding mendukung, sahabatku sejak SMA ini justru lebih memilih untuk mengolok-olok dan menyiramiku dengan kalimat menohok agar aku cepat bangun. Padahal dia selalu memintaku membuka hati agar gelar jomloku yang karatan sejak sekolah menengah ini berakhir, tapi ketika aku benar-benar naksir seseorang, dia malah menentang. Maunya apa, coba?

"Biarin aja, Kak, kenapa sih?" Alfio, adik Pia—kembar nama beda usia—yang tadi sibuk melayani pengunjung, kini menimbrung dan duduk di sebelahku. "Kalau Kak Naura bisa bahagia dengan cara mengagumi Bhaga Bhaga itu, biarin aja. Nggak merugikan, ini."

Pia mendengus saat aku tersenyum senang sambil menepuk-nepuk bahu Pio. "Cinta bertepuk sebelah tangan itu pasti merugikan."

"Punyaku bukan cinta bertepuk sebelah tangan, tapi cinta dalam diam," elakku.

"Halah!" Pia mengibaskan tangan. "Kita lihat aja, kalau si Bhaga bikin postingan sama cewek, apalagi sampai ngakuin dia punya gandengan. Baru kamu ngerasain ruginya, Nau."

Aku hanya mengangkat kedua bahu. Lagi pula, fotografer itu tak kelihatan dekat dengan siapa-siapa. Bahkan dia hanya tersenyum dan menggeleng saat ada yang bertanya tentang statusnya setiap dia live Instagram. Asistennya pun pernah bilang kalau dia adalah jomlo karatan. Jadi ... aku masih punya kesempatan, kan?

***

Magelang, 13 Juli 2023

Favorite Person (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang