"gue tuh pengen gitu ngedeketin, tapi gabisa anjing, gengsi gue melebihi segalanya," celotehan seseorang terdengar dari handphone milik seorang gadis yang tengah rebahan sambil mendengarkan percakapan sepupu sepupunya yang kini tengah terpisah jarak.
"tapi dia tau ga lo demen sama dia, Zel??" ini sepupu Eissa yang lain bertanya, Klara namanya. Yang dipanggil Zel tadi terlihat cengengesan dari lalu menggelengkan kepalanya. Dia Gazella namanya.
"eh tapi gatau yaa, soalnya kan kadang gue suka bersemangat dalam mencintai seseorang." ucapnya dengan ekspresi berbunga bunga.
Eissa, Klara dan satu lagi sepupu mereka, Viviette, mendengus pelan melihat kelakuan Gazella yang sekarang lagi jauh dari radar mereka alias lagi jadi anak rantau di kota orang.
"kalo lo keliatan suka sama dia ya ga bakal berhasil kak," celetuk Viviette.
Gazella mendelik tajam mendengarnya. "kenapa gitu?"
"soalnya udah gaada gairah buat ngejar hahahaha!" setelahnya tawa membahana Viviette yang terdengar.
"YA!" teriak Gazella, tidak terima dengan perkataan Viviette barusan.
"payah lo kak." kali ini Eissa yang berbicara, membuat Gazella yang jauh disana makin kesal dengan kedua adik sepupunya.
"eh Sa, lo seriusan sama si Jimie??" pertanyaan Klara mengalihkan 3 sejoli yang tadinya sibuk berantem. Kini perhatian mereka sepenuhnya ke Aleissa.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya. "mungkin??" jawabnya pelan.
"dih yang bener neng," celetuk Viviette.
"kata gue si ngga ya hahahaha!" sahut Klara dengan muka meledeknya. Eissa mendengus pelan, mereka tahu jawabannya kenapa masih nanya.
"jadi yang itu boleh buat gue dong??" tanya Gazelle iseng. Sontak ketiganya langsung tertawa melihat muka tidak terima Eissa.
"main main doang sama yang ini, yakan Sa??" ujar Viviette, dibalas tawa kecil oleh Aleissa.
"kalo di chat lagi berarti tetep balik dong??" tanya Klara.
"yaiyalah! Pake nanya lo pada.." ucap Eissa cepat.
"yaudah tunggu aja." kata Gazella dengan muka jahilnya. Aleissa mengerutkan keningnya, bingung dengan pernyataan kakak sepupunya barusan.
"tunggu aja karna kamu bakal di chat lagi sama dia, Aleissa lemot!" ejek Klara, membuat Eissa langsung membulatkan matanya.
"apasih.. Gak Mungkin anjir.." kata gadis itu pelan.
"gaada yang gak mungkin, udah lo tunggu aja." ujar Viviette tak lupa dengan seringai jahilnya.
Aleissa memutar bola matanya, malas menanggapi perkataan para sepupunya diseberang sana. Ia paham betul siapa yang dimaksud Klara tadi.
Soal percintaan, sekarang bagi Eissa hampa rasanya.. Atau mungkin mati rasa?? Entah, dia tidak tahu pasti keadaan hatinya sekarang. Dulu memang tidak, karena ada seseorang yang ia sukai awal kenaikan kelas 3 SMP. Mereka dekat, karena pacar Klara adalah teman dekat cowok yang ia sukai itu.
Iya, dengan bantuan mereka, Aleissa sama cowok itu dekat, sedikit lebih dari sekedar teman. Tapi namanya cinta saat masa pubertas, jadinya tidak serius. Kedua remaja itu ternyata mempunyai sedikit kesamaan sifat, sama-sama cuek dan tidak terlalu peduli dengan sekitar.
Sampai akhirnya mereka berakhir begitu saja saat Covid-19 datang. Sebenarnya karena cowok itu tidak ada menghubungi Eissa lagi sih, dan Eissa juga yang tidak ambil pusing alias bodoamat sama kepergian cowok itu yang tiba-tiba. Dibilang, Eissa saat itu masih cuek dan tidak peduli dengan sekitar, tidak peduli siapa yang datang dan siapa yang pergi.
3 tahun berlalu dan masa SMA Eissa selesai. Kiranya perasaan itu sudah hilang, tapi ternyata ia zonk besar. Eissa bertemu lagi dengan cowok itu saat acara reuni SMP nya 3 bulan lalu. Tidak bertemu selama 3 tahun karena berbeda sekolah dan tidak tahu dengan jelas kabar sang pujaan hati, membuatnya lupa dengan perasaan itu sesaat. Tapi ketika bertemu lagi, perasaan itu hadir kembali.
Saat itu Eissa hanya bisa mencuri pandang kearah cowok yang ia sukai sampai sekarang,ralat, yang ia sayangi sampai sekarang. Dulu ia lebih tinggi dibanding cowok itu, tapi sekarang? Bahkan bisa Eissa pastikan tingginya hanya mencapai pundak cowok itu. Pundaknya cukup bidang, berbeda saat terakhir kali mereka bertemu. Dan tentu saja, makin tampan ditambah potongan rambutnya yang nampak berbeda dari 3 tahun lalu.
"ALEISSA FAITH!" suara melengking Viviette menyadarkan lamunan gadis itu.
Aleissa mengerjapkan matanya sesaat, lalu menatap layar handphone yang masih menampilkan wajah ketiga sepupunya.
"kenapa?" tanya Eissa bingung melihat ketiganya tersenyum manis kepadanya.
"jiakh! Lagi flashback ya neng?" goda Gazelle tepat sasaran, membuat tawa Eissa meledak.
"menurut lo aja deh." ucap Eissa sambil menggelengkan kepalanya singkat.
"lo gak mau chat duluan gitu Sa?" tanya Viviette penasaran.
Aleissa terdiam sesaat, kemudian menggeleng pelan. Klara, Gazelle dan Viviette berdecak gemas melihat jawaban Aleissa. Beneran masih berpegang teguh sama prinsipnya, yaitu cewek gaboleh first move.
"nomor dia yang baru aja gak gue simpen." celetuk Eissa, membuat Klara, Gazelle dan Viviette hanya bisa mendengus pasrah. Karena mau sampai kapanpun, Eissa tidak akan mau membuat first move ke cowok yang ia sukai.
"kalo kata gue, harapan buat gak asing lagi sih cuma satu persen doang alias LO PAYAH BANGET ALEISSA FAITH!" ucap Gazelle dengan nada nya sedikit tinggi diakhir.
Eissa memutar bola matanya jengah. "hidup gue bukan buat cowok doang, ngapain gue mesti ribet soal ini sih?" ujar Eissa malas.
"setidaknya lo butuh sandaran ketika lo capek gitu Sa," sahut Klara.
"sandaran kok ke manusia, ke Tuhan lah yang bener. Nah, punya Tuhan gak lo pada?"
Sekali lagi, Klara, Gazelle dan Viviette hanya bisa mendengus pasrah, malas menanggapi kalimat yang keluar dari mulut tajam seorang Aleissa.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
9 month
Short StoryENHYSPA LOKAL VER. maybe, just maybe, in another universe we have our own happy ending🕊️ [based on a true story]