Aleissa kembali menjalani harinya seperti biasa, padahal semalam ia habis menangis hebat setelah selesai berbicara lama dengan Jimie.
Cowok itu akhirnya menerima keputusannya, walaupun sebenarnya ia tidak ingin. Eissa menangis bukan karena Jimie, melainkan karena rasa bersalahnya pada cowok itu.Seandainya waktu itu ia tidak menerima tawaran temannya untuk berkenalan dengan Jimie, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Tapi nasi sudah menjadi bubur, tidak ada yang perlu Eissa sesali, justru ia banyak mengambil pelajaran dari kejadian ini.
"nanti temenin gue ke mall." pinta Eissa pada ketiga temannya.
Kini ia sedang menghabiskan waktu istirahatnya di bimbel dengan ketiga teman barunya. Eastyn, Cairo dan Astoria namanya. Sebelumnya temannya memang Nami dan Erika, tapi karena kelas lama mereka penuh, terpaksa murid yang baru masuk ke kelas itu dipindahkan ke kelas baru, dan Aleissa salah satunya. Bersama Viviette juga cuma mereka berbeda teman.
"lo habis nangis kah Sa?" tanya Astoria penasaran.
Aleissa mengangguk singkat. "nanti gue ceritain, soal cowok yang waktu itu gue ceritain." ujar Eissa. Eastyn, Cairo dan Astoria mengangguk paham.
"oiya, gue mau cerita deh," ucap Eastyn dengan muka serius. Eissa, Cairo dan Astoria langsung merapat.
"awas aja gak bener lo cerita." ketus Cairo, dan Eastyn nyengir mendengarnya.
"beneran serius inimah. Lo tau, tadi gue liat si Ardheen nengok kearah belakang beberapa kali." Eastyn mulai bercerita.
"iseng aja kali," celetuk Cairo.
"gue belum selesai nyet!" kesal Eastyn.
Kali ini giliran Cairo nyengir. "oke lanjut, terus?"
"nah awalnya kan gue kira juga gitu, iseng doang. Tapi setelah gue perhatiin dia ngelirik ke siapa, gue mikir, inimah bukan iseng," kata Eastyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
9 month
Short StoryENHYSPA LOKAL VER. maybe, just maybe, in another universe we have our own happy ending🕊️ [based on a true story]