07

1.5K 7 0
                                    

Yunhee masih menatap seseorang di depannya. Dia adalah Jaeha. Seseorang yang mencumbunya tanpa bertanya dulu.

"Apa kau tidak merindukan ku, Sayang?" ucap Jaeha, dia tersenyum puas karena berhasil mengerjai Yunhee.

"Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Yunhee.

"Mudah saja, tapi itu tidak penting. Aku bahkan tidak memperdulikan mu tadi di kantor," ucap Jaeha.

"Untuk apa kau datang kesini?"

"Tidak ada, aku hanya merindukanmu." Jaeha berjalan ke arah Yunhee, dia semakin dekat saat Yunhee melangkah mundur. Dinding yang membuatnya tidak bisa bergerak lagi, Jaeha yang ada di depannya semakin mendekat. Dia menatap Yunhee lebih dekat, sampai deru nafasnya terasa di kulit Yunhee.

"Apa seperti ini tidak membuat gairah mu memanas?" tanya Jaeha. Dia mencium pipi dan telinga Yunhee mesra, membuat Yunhee merasakan sentuhan hangat dari Jaeha.

"Bukankah kau sudah memiliki tunangan, kenapa kau datang ke sini," ucap Yunhee lirih dengan posisi yang masih sama.

Jaeha manatap Yunhee, dia terkekek pelan mendengar apa yang Yunhee katakan. "Lantas kalau aku memiliki tunangan, apa untungnya untukmu? Bukankah aku hanya pemuas nafsumu saja, kita tidak menjalin sebuah hubungan," ucap Jaeha.

Memang Yunhee yang terlalu berharap, sakit mendengar Jaeha mengatakan hal itu. Tapi memang harusnya seperti itu, Yunhee yang mengatakan kalau dia tidak ingin memiliki komitmen dengan pria manapun. Jangan salahkan Jaeha saat dia bersikap sama dengan Yunhee.

"Aku ingin kamu memusakan nafsuku, aku akan membayarmu mahal," ucap Jaeha.

Yunhee mendorong tubuh Jaeha, dia terluka dengan kata-kata yang Jaeha lontarkan kepadanya. Dia berjalan pergi menuju kamarnya, Jaeha menaikan sudut bibirnya, merasa Yunhee menolaknya.

"Pergi dari sini," usir Yunhee pada Jaeha yang mengikutinya.

Bukannya pergi, Jaeha menghampiri Yunhee dan menciumnya brutal. Yunhee berusaha untuk melepaskan dirinya. Namun, Jaeha membuat tubuhnya bersandar di dinding dan menciumnya.
Tangan Yunhee berusaha memukul dada Jaeha, agar dia melepaskan ciumannya, tapi itu gagal, Jaeha seperti di rasuki setan yang menyuruhnya untuk memuaskan hasratnya.

"Pusakan diriku," ucap Jaeha. Dia membuka keja Yunhee yang memang beberapa kancing bajunya terlepas. Setelah terbuka, tinggal bra yang menutupi gundukan kenyal milik Yunhee, dengan posisi berdiri dan menyudutkan Yunhee, Jaeha dengan paska melepaskan penutup payudara Yunhee, dan melahapnya begitu saja.

Yunhee yang awalnya menolak, perlahan dia merasakan gairahnya meningkat karena perlakuan Jaeha kepadanya. Mulutnya bahkan merintih lirih menikmati sentuhan yang Jaeha lakukan.
Setelah puas di dada Yunhee, dia menatap Yunhee sebelumnya mengangkatnya ke ranjang dimana sering mereka berdua lakukan hal intim di sana.

Yunhee berbaring dengan Jaeha yang menatapnya, dia tidak peduli saat Jaeha sudah memiliki tunangan, yang pasti, malam ini akan menjadi malam yang panjang untuk mereka. Belum lagi, mereka sudah lama tidak bertemu.
Seperti seorang yang haus akan sentuhan, nafsu Yunhee semakin memuncak saat Jaeha mulai menyentuh di bagaian bawahnya. Tanpa Yunhee sadari, tidak ada selembar kain yang melekat di tubuhnya. Tatto mawarnya pun terpampang.

Tanpa bertanya Jaeha segera melahap semua sudut tubuh Yunhee bagian bawah tanpa terkecuali. Yunhee yang menerima sentuhan dari Jaeha yang merintih, sesekali dia berteriak saat Jaeha semakin membuatnya memanas.

Tidak adil saat Jaeha masih dengan pakaian lengkapnya, saat Jaeha sibuk mencumbu bagian bawah Yunhee, dia membuat Jaeha menatapnya, kemudian mencumbu bibir Jaeha, tidak seperti tadi, dia akan menolak. Sekarang Yunhee mulai dengan permainannya. Dia membalas perlakuan Jaeha dengan ganas, serasa ruangan apartemennya terasa sangat panas hanya karena hasrat mereka berdua.

"Lebih cepat, Sayang," ucap Yunhee, dengan kata-kata menggoda.

Jaeha seperti memacu kuda lebih cepat saat miliknya dan milik Yunhee beradu menjadi satu. Kehangatan yang terasa di lubanga milik Yunhee membuatnya semakin mempercepat gerakan saat Yunee terus menyuruhnya untuk memuaskan dirinya. Mereka merintih, berteriak bahkan nafas mereka seperti seseorang sedang berburu. Keringat membasahi tubuh mereka berdua, meskipun AC kamar sudah menyalah.

"Sedikit ... lagi, Sayang. Ah.." ucap Yunhee lirih.

"Katakan kau mencintaiku," ucap Jaeha.

"Tidak, kau sudah memiliki ko ... mitmen ... ah...," ucap Yunhee, Jaeha mempercepat gerakannya saat Yunhee mengatakan tidak. Ada sensas enak tapi juga sakit saat Jaeha begitu kuat memompanya.

"Katakan, kau mencintaiku," ucap Jaeha lagi. Dia melepaskan miliknya dari lubang milik Yunhee. Membuat Yunhee seperti cacing kepanasan saat milik Jaeha terlepas darinya yang sudah hampir sampai klimaks.

"Izinkan aku untuk melanjutkannya, aku mohon." ucap Yunhee, wajahnya terlihat seperti seseorang yang haus, dia ingin di Jaeha memasukkan miliknya lagi.

"Katakan kau mencintai ku," ucap Jaeha. Dia masih berharap Yunhee mengatakan kata itu.

"Ya, aku mencintaimu ... aku mencintaimu, Sayangg... Aku sudah di puncak.. Aku mohon,"

"Katakan lagi." Jaeha masih ingin mendengarnya.

"Aku mencintai mu, aku ... mencintai mu ... kim Jaeha,"

Jaeha kemudian memasukkan miliknya ke lubang milik Yunhee, dia kembali memompa Yunhee yang begitu haus sentuhan, mereka kemudian mencapai klimaks bersama.

"Akhirnya aku membuatmu bertekuk lutut padaku," ucap Jaeha. Yunhee sudah terkulai dalam pelukan Jaeha. Hasrat yang tidak tersampaikan beberapa bulan ini akhirnya bisa Yunhee rasakan kenikmatannya.

Yunhee yang haus akan hasratnya beberapa bulan ini, membuatnya seperti tidak bisa terpuaskan. Namun sekarang Jaeha ada untuk memuaskan nasratnya. Dia tidak peduli saat Jaeha memiliki tunangan atau tidak, itu tidak penting untuk Yunhee. Dia sudah berusaha untuk menjadi lebih baik tapi Jaeha membuatnya seperti ini lagi.

Tidak hanya sekali, mereka melewati malam mereka dengan hasrat yang terus memuncak saat sentuhan demi sentuhan mereka lakukan. Yunhee kembali seperti dulu, yang gila akan hasrat. Begitu juga Jaeha yang sangat merindukan Yunhee, beberapa bulan ini dia berusaha menaha hasratnya. Namun, setelah bertemu dengan Yunhee di kantor tadi membuatnya oleng, dia tidak bisa menahan untuk tidak bertemu dengan Yunhee.

***

"Apa tujuanmu melamar di perusahaanku?" tanya Jaeha.

"Tidak ada, aku hanya ingin tahu. Bagaimana hidup seseorang yang ingin membuat ku tunduk, dia bahkan tidak memberi kabar untukku,"

"Aku pikir, saat seseorang ingin mengetahui bahwa orang itu mencintainya dengan cara pergi, aku rasa itu berhasil." Jaeha tersenyum menatap Yunhee yang sedang menyiapkan minum untuknya. Setelah bergulat dengan gairah, mereka mengakhirinya dengan klimaks yang benar-benar tiada tara.

"Percuma saja, aku mengakui perasaanku saat kau memiliki komitmen dengan wanita lain,"

"Soojin maksudmu?" Jaeha tertawa lirih.

"Kalau mau, aku akan mengenalkan dirimu pada keluarga ku besok. Mari kita menikah," ungkap Jaeha.

Yunhee terkejut dengan ucapan Jaehwa, menikah? Mungkin Yunhee memang mencintainya tapi dia belum memikirkan ingin menikah dengan Jaeha.

"Maukah kamu menikah denganku?"

To Be Continue..

Gairah Wanita PenghiburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang