4. Tengah Malam

91 10 1
                                    


"Yun Xin, kekasih omegaku. Sampai bertemu dalam takdir selanjutnya." Ucap parau wanita alpha itu di sela-sela tangisnya.

"Bai Lun, terimakasih telah mencintaiku. Aku akan ganti menjagamu dalam takdir selajutnya. Kita harus bertemu, jika tidak bertemu aku akan mencarimu." Jawab Yun Xin dengan nafas yang tersengal-sengal dan rasa takut yang mulai menjalari.

Mereka berada di ruang eksekusi, dengan leher yang telah di kalungi sekat kayu. Mereka akan di hukum persis seperti kematian Anne Boleyn dengan kepala yang dipisahkan dari tubuh. Semula Sang Agung menurunkan hukuman keduanya, namun setelah mengetahui istri kedua  mengandung anak laki-laki, ia tak lagi iba pada pewaris pertamanya. Sang Agung pikir ia tak akan rugi untuk mengeksekusi putrinya, karena telah mendapatkan pewaris baru.

Suasana semakin riuh dengan cuaca yang begitu buruk, mendung seperti nyaris akan hujan sangat lebat. Para algojo telah mengasah palu mereka dengan telaten. Sembari menunggu rakyat berkumpul.

Detik ini adalah tiba saatnya, saat di mana sepasang kekasih yang tak bersalah menanggung dosa dari klan yang penuh penghuni terkutuk. Dua algojo siap berada di kanan dan kiri sosok yang akan di ekseskusi. Mengayunkan kapak mereka dan...

"YUN XIN! HAH..."

Dadanya berdegup kencang, ia terbangun dengan keringat dingin yang membasahi pelipisnya. Ia mengarahkan pandangan pada jam dinding, tepat tengah malam. Baryn bingung dengan apa yang ia impikan, siapa omega Yun Xin? siapa Alpha Bai Lun? apa itu alpha dan omega? pertanyaan itu terus muncul di kepalanya.

***

Keesokan paginya ia dikejutkan dengan penampakan pemuda yang memakai apron pink miliknya. Tangan ramping itu menekan dan menguleni adonan isian dimsum yang merupakan campuran dari daging babi giling, sedikit tepung dan bumbu halus. Pemuda itu begitu telaten membentuk satu persatu, memasaknya dengan santai. Hingga saat ia menoleh, ia mendapati wanita yang serumah dengannya itu mengamatinya dari meja makan belakangnya.

"Sa tumben lo masak?," tanya wanita itu dengan kernyitan heran.

"Zhenni mau ke sini." Jawab pemuda itu dengan santainya, tanpa memperdulikan eskpresi wajah Baryn telah berubah.

Seorang dari masa lalu Yesa, yang Baryn ijinkan untuk mereka tetap menjalin hubungan.
Yesa pernah bertunangan, namun segalanya kandas karena ayahnya memaksakan dirinya menikah dengan Baryn, yang sama sekali bukan tipenya. Ia menganggap Baryn terlalu mandiri, hingga tak lagi membutuhkannya sebagai pendamping.

Memang hal tersebut tak salah, Baryn seorang wanita yang berbeda. Memiliki keteguhan yang luar biasa dan tidak membutuhkan belaian seorang dominan, karena ialah yang mendominasi.  Baryn pernah memiliki kekasih wanita yang menghianatinya tepat seminggu sebelum pernikahannya di kabarkan. Sakit hati? tentu saja.

Baryn belum pernah jatuh cinta, apa itu kasih sayang dia tidak mengenalnya dengan baik. Suatu hari semesta mengijinkannya memiliki seorang pendamping yang cantik dan mengajarinya cara tersenyum dengan tulus. Satu windu bukanlah waktu yang singkat, bagaimana hatinya telah diserahkan sepenuhnya. Namun takdir ini bukanlah tempat di mana ia bisa mengubahnya. Kekasihnya mengandung, yang artinya penghianatan itu mutlak. Memilih seorang pria yang dikenalnya sebagai sahabat karib kekasihnya.

Baryn tidak menangis, ia tak bereaksi apapun. Hanya hatinya yang berdenyut ngilu, juga salah satu alasan yang membuatnya mengijinkan Yesa bersama orang dicintainya. Ia tak ingin memulai sesuatu bersama orang yang belum usai dengan masa lalu.

"Bai Lun, apa kita di surga?."

"Entahlah Xixi, aku merasa tempat ini bukan kerajaan kita."















Alur dari cerita ini adalah alur campuran, jadi bakal kembali ke masa lalu dan menceritakan masa sekarang.

Nah alur yang masa lalu ini di tandai dengan kemiringan teksnya.

Sekiann selamat membaca dan nantikan lanjutan ceritanya....

THE LUNAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang