1. Dingin Malam

151 13 0
                                        

"Yesa, gua ga masalah lo mau selingkuh gaya apa yang penting jangan ambil segocengpun uang dari rekening gua ya sat!," Tekan seorang wanita berambut panjang sebahu, dengan setelan tuxedo hitam yang menampilkan kesan dominan dan begitu sempurna dengan tatapan tajamnya. Netranya bak leser yang di arahkan langsung kepada pemuda yang ada di depannya.

"Bar, gua gak sehina itu buat nyuapin pacar gua duit haram lo." Sinis pemuda yang memiliki rambut blonde, dengan proporsi badan kurus dan ramping. Sorotnya membalas wanita di depannya dengan tatapan heran dan tanpa penyesalan sedikitpun. Justru ia menarik bibirnya smirk menandakan ia tak acuh akan peringatan.

"Gua ga mau berantem sama lo lagi, itu gadis imut ga pantes sama orang brengsek kek lo. Duit haram? lo kira gua jual diri?," Sahut wanita itu dengan membuang pelan nafasnya yang telah memburu.

"Kita sama-sama brengsek Bar, lo ga inget sebelum nerusin perusahaan om Ricard, lo jadi apa dulu? bahkan secara kemanusiaan lo ga punya rasa itu sedikit pun." Ungkap pemuda itu dengan wajah mengejek dan sedikit rasa takut kepada wanita di depannya ini.

"Intinya sesuai kertas yang kita tanda tangani, gua berhak kencan sama siapapun dan berhubungan dengan siapapun." Imbuhnya sembari tertawa jenaka, entah apa yang membuatnya merasa semua ini adalah lelucon.

"Gua gak tau lagi harus ngomong apa dan ngomong sama lo pake bahasa apa, gua ijinin bukan berarti berlebihan." Lontar wanita itu sembari berjalan menjauh menuju kamar tidurnya yang ada di lantai atas.

Sesampainya di kamar, wanita itu melepas setelan kerja yang ia kenakan dan menggantinya dengan bathrobe berwarna ungu gelap kegemarannya. Ia menyaut lilin aroma terapi dari atas lacinya, gontai melangkah ke dalam kamar mandi dan berniat untuk berendam, ah kita sebut saja mandi cantik(?)

Air malam ini serasa menusuk kulitnya yang sensitif, dengan tebaran mawar merah yang menjadi temannya dalam kesendirian. Rintik hujan yang menabrak genting begitu merdu, di iringi kicauan burung yang selalu bertengger di pohon cemara menjulang samping jendela kamar mandinya. Udara, suasana, musim yang begitu memanjakannya kali ini.

Pikirnya sedikit terganggu, dengan hal yang wanita itu alami setiba di kantor pusatnya tadi. Ia terlihat sangat gusar dan prustasi, bagaimana bisa seorang seperti dirinya melakukan hal sebesar itu. Ia merasa membohongi semua orang yang ada di sekitarnya. Ia merasa tidak akan sanggup untuk sekedar jujur menjawab atau memberikan penjelasan yang tentunya akan menimbulkan kontra.

Matanya terpejam, merasakan pening di ujung kepalanya dan matanya memburan, perlahan dinding-dinding atap kamar mandi itu memudar dengan bayangan sesosok pria sebelum kemudian matanya terkunci erat. Wanita itu pingsan dalam keadaan tubuh yang masih terendam dalam cairan wewangian.

THE LUNAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang