Perjalanan Menuju Sembuh

1 2 0
                                    

Sekarang, masalahnya bukan lagi tentang aku dan kamu, masalahnya adalah tentang aku dan diriku sendiri.

Betapa perasaan ini sudah salah kaprah kelewat gilanya. Obsesi ini perlu diredakan sebab trauma masa lalu turut andil memperburuk keadaan. Seiring tulisan ini lahir, aku memutuskan untuk sembuh. Aku akan berhenti menyalahkanmu. Aku akan belajar memaafkan diriku. Aku akan mencoba menerima keadaan. Mencoba menerima kenyataan.

Sungguh, segala bentuk peduli yang aku rawat dengan baik untukmu justru menjelma amunisi yang menyerang titik terlemahku. Pesakitan-pesakitan masa lalu yang selama ini aku kesampingkan kini turut memeriahkan kehilanganmu. Dari sini, masalahnya sudah jelas: aku mesti menyembuhkan diriku sendiri, bukan menuntutmu.

Aku mesti menyembuhkan trauma dan segala bentuk pesakitan itu. Semua hal buruk yang aku pikir sudah baik-baik saja nyatanya tidak benar-benar begitu. Ia sebenarnya masih ada, tetap di sana. Hanya saja selama ini aku tidak benar-benar mengakui keberadaannya. Aku tidak acuh. Aku menutupi semua itu dengan kasih sayang baru, rasa senang yang baru. Menipunya seolah semua sudah baik-baik saja dan memblokade ingatan-ingatan buruk itu. Padahal, tempat itu kacau balau. Bertahun-tahun bukannya menyembuhkan, aku justru membutakan mata terhadapnya. Berpikir dengan berpura-pura lupa aku bakal baik-baik saja yang kenyataannya di waktu-waktu tertentu hal itu justru akan meledak.

Sekarang, akan aku tempuh sembuh itu. Merawat ruang itu, bukan dengan memasukan orang baru, melainkan mengakrabkan aku dengan diriku; dengan tidak membutakan diri dengan semua hal di dalamnya, dengan tidak menghakimi, dengan lembut menyayangi, dengan pelan-pelan menerima semua bentuk duka-trauma masa lalu.

Tentang dirimu?

Ku doakan kamu baik-baik saja. Ku coba ikhlaskan untuk tidak lagi ikut serta dalam setiap hal mengenaimu. Akan aku tekan perasaan ini supaya tidak cemburu. Proses penyembuhan ini biar aku tangani sendiri. Kamu tidak perlu tahu betapa kacaunya aku jika dipaksa tanpamu. Betapa penuh tangisnya aku jika harus membunuhmu dari semua bentuk butuhku.

Sebab perasaan ini semakin lama semakin tidak waras. Ia menjelma obsesi gila yang ingin mengekangmu, yang cemburu melihatmu dekat dengan siapa pun, ia benci menjadi terganti.

Jadi, aku harus menyembuhkannya. Karena kamu juga berhak menjalin relasi dengan orang lain. Aku tidak boleh egois dengan tidak membolehkanmu dekat dengan yang kamu mau. Karena melarangmu aku juga tidak berhak. Jadi, jalan satu-satunya menuju sembuh yaitu aku yang mesti menyingkir. Meski jalan itu harus aku tempuh dengan sekaligus melepas figur yang selama ini menghidupi perasaan. Sebab kamulah aku masih bisa merasakan semua pelik-getir mencintai. Tapi, semua ini terasa semakin gila dan cuma menyiksaku. Maka, seiring aku perlahan-lahan membiarkan figur itu semakin jauh dariku, aku akan menulis segala yang terjadi di sepanjang perjalanan menuju sembuh.

#Sabtu, 1 Juni 2023

17.50 WIB

(GANIA20)

Terbiasa-Bi(n)asaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang