*****
Ini bukan cerita fantasi, ini hanya kisah 4 pemuda yang tanpa sengaja menjadi populer dengan segala tingkah mereka.
Awalnya mereka hanyalah sekumpulan pemuda yang mempercayai apa itu rasi bintang, atau biasa kita sebut zodiak. Pertemanan mereka diawali oleh dua dari keempatnya yang patah hati semasa SMA, kemudian menjadi terbiasa karena mereka berbeda tapi saling melengkapi.
Paras tampan dan penampilan yang cukup nyentrik, juga transportasi yang tidak bisa di bilang murah, membuat mereka menjadi pusat perhatian tanpa mereka sadari. Seiring berjalannya waktu, mereka juga dikenal dengan sebutan zodiak.
Alasan yang pasti kenapa para penggemar mereka menyebutnya zodiak. Karena beberapa aksesoris yang mereka pakai, selalu berhubungan dengan lambang zodiak masing-masing. Agak aneh, tapi ya mereka memang aneh. Yang lebih tak masuk akal, kenapa banyak yang menyukai mereka?
Fakultas Teknik dan Seni menjadi pilihan mereka, bukan tanpa sebab. Mereka mengambil jurusan itu karena tuntutan keluarga. Jangan berpikir mereka adalah badboy, bukan, mereka sama saja seperti anak pada umumnya. Mencintai uang dan menyukai kebebasan, tapi tetap dalam aturan yang dibuat pimpinan keluarga, itu yang mereka terapkan selama hidup bertopang pada kekayaan sang Ayah.
oOo
Bruk!
"Ma-maaf kak!"
"Hm, gapapa."
Dia Fayagi Parvis, mungkin sebagian dari kalian bingung dengan namanya yang agak asing dan mirip dengan orang Jepang kebanyakan. Ya, karena memang dia keturunan Jepang-Indo. Beberapa orang terlihat enggan mendekat padanya, bukan karena dia galak atau sering membully orang, tapi karena sifatnya yang misterius dan juga jarang terlihat tersenyum di depan umum.
Si Scorpio ini memang memiliki aura misterius dan kerap kali membuat beberapa wanita berteriak histeris hanya karena tanpa sengaja melihatnya tersenyum atau tertawa dengan teman-temannya. Yang mereka tidak ketahui, jika pria yang sering di panggil Yagi ini sebentar lagi akan memiliki kekasih.
Tapi jangan patah hati dulu guys~ sebelum janur kuning melengkung, Fayagi masih bukan milik siapapun.
"Woyy! Mo kemana?"
"Perpus, kenapa?" Yagi menoleh pada suara yang di kenalnya.
"Gak jadi, gua ke basecamp duluan!"
Memberi gestur mengiyakan, Yagi melanjutkan perjalanannya ke perpustakaan.
Beralih pada suara bariton yang tadi,