*****
Nathaniel ditolak secara terang-terangan oleh Fayagi. Dia didorong hingga terjatuh di lantai toilet yang kotor. Nath terduduk lama di sana, bibirnya tersungging senyuman menyakitkan.
"Bego," ujarnya ditujukan untuk diri sendiri.
Laki-laki straight mana yang tidak kaget ketika orang berjenis kelamin sama malah menyatakan cinta secara tiba-tiba dan Nath juga baru sadar tempat dia menyatakan cinta juga sangat tidak elit sama sekali, toilet sekolah.
"Huh ini beneran pengalaman paling buruk," gerutunya pelan.
Jika saja dia perempuan mungkin sudah menangis histeris karena ditolak oleh seseorang yang disukai, tapi Nath adalah laki-laki, penolakan kali ini belum cukup untuk mematahkan obsesinya pada Fayagi.
Sedangkan Fayagi berjalan gusar keluar dari pintu dan tak sengaja menyenggol Ervian yang juga terburu ingin ke toilet.
Bruk
"Yagi, kenapa lu?" tanya Ian heran.
Fayagi hanya menatap Ervian sebentar tak ada niat untuk menjawab lalu langsung berjalan dengan terburu.
"Heh kenapa tuh anak, macam abis liat setan aja," gerutu Ian. Mengindahkan Fayagi yang terlihat aneh, Ian lebih memilih untuk menuntaskan urusannya dulu ke toilet.
Saat dia masuk matanya tertuju pada sesosok manusia duduk di lantai sambil menunduk. Ian memberanikan diri mendekat dan setelah lebih dekat dia bisa mengenali kalau orang yang duduk di lantai adalah Nathaniel.
"Lu ngapain di situ?" tanya Ian menghampiri Nathaniel.
"Eh, Kak … " Nath terkejut mendongak menatap Ian lalu bergegas berdiri dan berjalan cepat meninggalkan Ian yang masih kebingungan.
"Pasti ada apa-apa nih sama mereka berdua," tebak Ian sambil berjalan masuk ke bilik toilet.
****
"Sialan tu bocah, berani banget nyatain perasaan ke gue, mana nembak di toilet udah gelap, suasana horor, bau pesing pula!" gerutu Fayagi sambil mengeluarkan motor dari parkiran.
Motor Yagi terjepit antara dua motor, celahnya terlalu sempit untuk mengeluarkan badan motor besarnya, mungkin ketika dalam mood yang normal Yagi dengan mudah mengeluarkan motor, tapi sekarang moodnya sangat buruk, kesabaran Yagi hanya setipis tisu.
"Arrgh motor siapa sih ini! ngalangin aja!" bentaknya.
Fayagi menendang motor yang menghalangi motornya. Pada saat itu suara seorang gadis menyapa Fayagi.
"Eh, sayang ngapain nendang-nendang motor orang?" Vivian mendekat menatap heran Yagi.
"Vi, ini motor gue susah banget di keluarin," jawab Yagi seperti biasa dengan mode datarnya.
"Eh Leon, sini!" Vivian melambai pada Leon yang kebetulan baru keluar dari gedung universitas.
Leon pun segera datang ketika melihat Yagi dan Vivian.
"Kenapa?"
"Itu tuh bantuan ayang gue keluarin motor," Vivian menunjuk ke arah motor Yagi.
"Huh? Yagi lu kenapa si? kayak emak-emak aja lu, masa ngeluarin motor kudu dibantuin, emang gue tukang parkir!" Leon menggerutu, tetapi tetap mau saja disuruh Vivian mengeluarkan motor Fayagi dan tidak sampai satu menit motor besar itu sudah keluar dari parkir.
"Nih motor lu!" Leon menurunkan standar motor. "Gue ada kelas, gue cabut dulu bye!" lanjutnya, lalu pergi begitu saja setelah melambaikan tangannya.
"Thanks Bro," ucap Yagi.