Ngiiiiingg
Pesawat di turunkan dengan mulus di bandara area Z. Fano segera turun dari pesawat milik Tuan Ishak dan mempersiapkan langkahnya untuk melihat kondisi area Z.
"Maaf Fano, ayah tidak bisa ikut dengan mu,"kata Tuan Ishak melalui telepon.
"Tidak apa-apa, pa."
"Nanti ketika kamu sudah keluar dari bandara, kamu akan bertemu dengan Tuan Zeheskhiel, dia akan menjaga mu selama kamu berada di area Z."
"Ok, pa..."jawab Fano mulai bosan.
"Baiklah, papa matikan dulu teleponnya, hati-hati di jalan,"Tuan Ishak memutuskan panggilannya.
Selama Fano bertelepon dengan Tuan Ishak, dia baru menyadari, di bandara tersebut tidak ada orang sama sekali. Dia melihat ke sekelilingnya, ternyata dia dari tadi di layani oleh mesin-mesin pintar yang merupakan fasilitas dari bandara tersebut. Sekarang Fano paham mengapa orang-orang dari area Z memilih bekerja di luar dari pada di area Z. Semua pekerja telah di singkirkan oleh teknologi yang semakin maju di area Z.
"Fano!"teriak seseorang dari teras bandara melambaikan tangan ke arahnya.
Seorang itu tidak lah lain adalah Tuan Zeheskhiel. Fano melirik sebentar ke arah tubuh Tuan Zeheskhiel. Dia memiliki tinggi hampir dua meter. Rambutnya tersisir rapi. Gaya bicaranya seperti orang tua dan suara Tuan Zeheskhiel terdengar berat. Melihat ciri-ciri fisik tersebut, Fano menyimpulkan bahwa umur Tuan Zeheskhiel hampir 30 tahun.
"Fano, kamu kenapa melamun? Kamu mabuk ya karena gak kebiasa naik pesawat?"tanya Tuan Zeheskhiel sambil meraba dahi Fano.
"Nggak kok, om, Fano nggak mabuk."
"Om? Kamu manggil saya om?"
"Kenapa? Om kan lebih tua dari saya,"jawab Fano dengan santai.
"Ah, terserah kamu, Fano, sekarang ayo masuk mobil, kita gak boleh buang waktu,"ajak Tuan Zeheskhiel.
Segera mereka pergi dari bandara ke rumah Tuan Zeheskhiel. Sepanjang perjalanan Fano merasa sepi ketika melihat kota yang sepi. Dia sering mendengar bahwa orang-orang mengaggungkan area Z, seperti area Z seperti surga yang turun ke bumi, area Z adalah kota hilang Atlantis. Sayangnya penampakan area Z yang di lihat oleh Fano tidak seperti yang ia dengar. Area Z terlihat seperti kota mati yang benar-benar tidak berpenghuni. Fano bahkan tak mendapati mobil berlalu lalang selain mobil yang ia kendarai.
"Cukup menyedihkan ya? Kota kami yang di puji-puji ternyata terlihat seperti tak berpenghuni,"Tuan Zeheskhiel memulai pembicaraan.
"Apa yang terjadi oleh kota ini?"tanya Fano.
"Aku tahu, kamu pasti telah di jelaskan oleh ayah mu, Tuan Ishak, bahwa banyak orang keluar mencari pekerjaan di area-area lain. Tapi ada penjelasan lain mengapa area Z ini sepi."
"Di sini angka kematian lebih banyak dari pada angka kelahiran. Setiap tahun, pasti ada 34% dari warga Area Z ini meninggal, padahal semua terlihat sehat saja, bahkan area kami tidak memiliki wabah penyakit seperti area-area lainnya,"Tuan Zeheskhiel mulai memberatkan nada suaranya.
"Kamu tahu Fano? Berarti warga di area Z meninggal bukan karena takdir mereka, namun karena hal lain,"Tuan Zeheskhiel mendalami kata-katanya.
Suasana menjadi canggung karena perkataan Tuan Zeheskhiel.
"Ah! Maaf Fano, perkataan saya tadi terlalu serius! Jadi canggung ya?"Tuan Zeheskhiel mencoba mencairkan suasana.
"Gak apa apa, om."
"Om? Lagi?"nampaknya Tuan Zeheskhiel benar-benar tersinggung dengan panggilan Fano.
"Kenapa? Umur, om kan kepala tiga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nafas
Romance"Apa kamu tahu sampai kapan bumi ini bertahan? Kamu tidak akan tahu sampai kamu sendiri yang melihat dan merasakannya." +15