Bab 3

5 3 0
                                    

Brak

Seorang pria berkacamata hitam menendang sembarangan meja yang ada di depannya.

"Ini baru hari pertama Madam, kenapa sudah ada perkelahian??? Apa kamu tahu bahwa murid baru itu anak presiden B??? Jika kita memperlakukannya dengan buruk, bisa saja dia akan mengadu ke presiden B bahwa area Z memiliki reputasi yang buruk!!!"nampak dari wajahnya yang makin memerah bahwa ia sedang marah besar.

"Maafkan saya, meskipun itu hanya perkelahian kecil, hal itu tidak akan terulang lagi,"Madam Giselle menundukkan badannya.

"Ingat baik-baik, kita butuh anak itu untuk meninggikan reputasi area Z, karena area B adalah area yang paling unggul, kita harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik, paham??"

Madan Giselle mengangguk paham dan pergi dari ruangan tersebut. Meskipun Madam Giselle sudah pergi, pria itu masih saja geram dengan laporan yang baru ia dengar. Dia terus-terussan melamburkan kertas yang berada di ruang kerjanya. Bahkan vas bunga yang terbilang cukup mahal pun ia pecahkan sebagai pelampiasannya.

"Hal ini tidak boleh terjadi."

***

Kriingggg

Alarm dari handphone Fano terus berbunyi, tapi Fano tak kunjung bangun dari mimpinya. Fano masih asik tidur di ranjangnya, bahkan Tuan Zeheskhiel yang memanggilnya dari lantai bawah pun tidak membuat Fano bangun.

"Oe!!! Bangun!"saking tidak tahannya Tuan Zeheskhiel mendobrak kamar Fano.

Fano masih saja tidak bangun-bangun. Bahkan Tuan Zeheskhiel yakin jika ada gempa bumi di rumah itu, Fano tidak akan bangun. Sebenarnya Fano telah menyadari kehadiran Tuan Zeheskhiel, Fano juga sudah setengah sadar. Tapi tubuh Fano seakan tidak dapat di ajak kerja sama untuk beranjak dari kasur empuk Fano.

"Bangun atau ku usir dari rumah,"ancam Tuan Zeheskhiel.

"Ok, om!"Fano langsung terduduk dari ranjangnya.

"Sudah ku bilang kita cuma beda tiga tahun."

***

"Ah, tu kan, belom ada siapa-siapa di kelas ku, kita ini kepagian, om!!"kesal Fano yang sedang mengintip jendela kelasnya dari dalam mobil.

"Jangan panggil, om napa??!! Lagian gak kepagian kok, kelas kamu kan cuma dua siswa, ya iyalah sepi,"balas Tuan Zeheskhiel.

"Ya kan setidaknya nunggu satu orang itu dulu sampai ke kelas, baru aku mau masuk kelas!!"Fano lanjut mengomel.

Tuan Zeheskhiel langsung menghentikan mobil lalu melototi Fano,"Fano Aldiano Fransisco, dengar baik-baik ya, andaikan saja kalau satu murid itu punya pikiran yang sama kayak kamu, kalau dia nunggu kamu masuk baru dia masuk, terus kamu nunggu dia masuk baru kamu masuk, kapan kalian bakal masuk kelas??"

"Udah ah, ada ada aja, sana turun, masuk kelas mu!!"seru Tuan Zeheskhiel mendorong Fano keluar mobil lalu menginjak gas.

"Awas kao, om!!!"teriak Fano ke arah mobil Tuan Zeheskhiel yang pergi menjauh.

Terdengar dari ujung sana bahwa Tuan Zeheskhiel membunyikan klakson menandakan bahwa ia tidak mau di panggil dengan panggilan 'om'.

"Ish malah ditinggelin, masa mau masuk sekarang? Mana sepi sekolahnya,"Fano masih saja mengoceh tidak jelas.

"Woe, Ishak,"panggil Tiga Belas yang berada di sampingnya.

"Oe!! Ngagetin, sejak kapan kamu di sini?? Kenapa gak masuk?"tanya Fano.

"Nunggu kamu masuk kelas dulu baru aku mau masuk,"jawab Tiga Belas dengan polos.

Seketika Fano langsung menyadari apa yang di katakan Tuan Zeheskhiel padanya tadi.

***

Tik tok tik tok

Jam dinding mengisi keheningan ruangan kelas. Waktu terasa sangat lama berjalan, bahkan jam masih belum menunjukkan angka tujuh. Fano yang merasa bosan mulai mengajak bicara Tiga Belas.

"Hei hei, kenapa nama mu Tiga Belas, aneh sekali,"Fano mengajak bicara Tiga Belas sambil menendang pelan meja Tiga Belas.

"Apa si, pagi-pagi udah ajak ribut,"gerutu Tiga Belas.

"Iya aku bingung nama mu, kenapa begitu, aneh sekali, padahal nama-nama orang di area Z ini bagus-bagus, Giselle, Ruth, Zeheskhiel.. kenapa nama mu Tiga Belas??"

"Memangnya kenapa? Gak suka?! Jangan ganggu aku deh!!"

"Hm.. Bagaimana kalau nama mu ku ganti saja?"tanya Fano.

Tiga Belas menoleh dan memandang Fano,"nama baru?"

"Enggak, maksud ku untuk nama panggilan kita kita aja, ribet manggil kamu Tiga Belas, gak enak di dengar."

"Nama apa yang mau kamu beri?"

"Mmmmm.....,"Fano menaikkan kepalanya berpikir sejenak,"Bagaimana dengan Kaluona???"

Tiga Belas terdiam menatap rendah Fano, "selera mu menyedihkan."

"A-Apa?! Nggak!! Bagaimana dengan Gaia???"

"Ha? Kau mau aku jadi bumi? Kembali pada bumi?"

"Jocasta?!"

"Apa pula tu."

"Uranie????"

"Ah sudahlah,"nampaknya Tiga Belas terlalu berekspetasi tinggi pada nama panggilannya. Tiga Belas menunduk menatap meja dengan wajah murung. Melihat Tiga Belas murung, Fano menjadi sedih.

"Bagaimana jika nama mu Iqbal saja?"tanya Fano mencoba menantang maut.

"Anak ini!!!"Tiga Belas mengambil sapu.

Ding Dong

"Anak anak tercinta, ibu sudah datang untuk mengajari kalian..,"Ibu Ruth yang baru datang berhenti berbicara saat melihat Tiga Belas nampak ingin membunuh Fano dengan sapu.

"Apa?! Kalian berantem lagi!! Tiga Belas, sekarang kamu harus nyapu lorong!!!!"tegur Ibu Ruth melempar Tiga Belas keluar dari ruangan.

***

Juli 2040

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NafasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang