05

3.1K 313 42
                                    

Guys, sebelumnya aku mau ingetin, dari awal cerita ini aku kasih rate m. So, sebelum terlambat, untuk kalian yang merasa dibawah umur ataupun risih dengan yang seperti ini, tombol keluarnya ada di atas sebelah kiri, ya.

[1.7K+ words]

_______ _______

Regal si manusia cantik masih tertidur pulas dengan posisi meringkuk pada pukul 2 siang, dia belum juga bertransformasi menjadi kucing. Itu berarti, hanya tersisa lebih‐kurang delapan jam untuk mengajarinya beberapa hal dasar agar tidak rewel saat Gavin tinggal kerja esok hari.

Dititipkan ke Mami itu ide buruk. Bisa-bisa, Gavin dituduh melakukan penculikan demi melecehi tubuh cantik itu sampai si empu trauma dan tidak bisa berbicara. Padahal, Regal kan memang manusia newbie yang hanya dapat mengeong dan meringkuk.

Omong-omong, walau hanya sebentar, tadi ia sempat mengajarinya berjalan menggunakan kaki dengan memapahnya. Setidaknya, Regal akan mulai terbiasa dan dapat beradaptasi dengan telapak kaki barunya juga.

Karena sumpah ya, Regal si manusia cantik jauh lebih manja dan cengeng dibandingkan Regal si kucing putih. Gavin, sih, tidak masalah jika harus jadi objek yang terus-terusan dipeluki Regal, tapi masa iya saat Gavin ke kamar mandi saja Regal harus terseret karena tangan itu melingkar erat di lehernya sambil menangis ribut? Bagaimana jika bagian tubuh Regal ada yang lecet?

Ah, atau Gavin saja yang tak menyadari. Bisa jadi, selama ini Regal kucing juga sering sedih saat ditinggal, kan? Hanya saja Gavin tak bisa membaca rautnya dengan jelas.

Jemari panjang yang diketukkan di atas meja kerja memecah keheningan. Ia harus mengajari Regal secara bertahap. Maka untuk hari ini, cukup seperti; cara makan dan minum yang baik dan benar selayaknya manusia pada umumnya, kebiasaan mencuci tangan, apa saja yang dapat Regal lakukan saat sedang bosan, lalu yang paling penting dan WAJIB yaitu cara menggunakan toilet.

Gavin keluar dari ruangan yang didominasi warna abu itu, beranjak ke dapur untuk mengambil minum dan beberapa camilan. Niatnya, sih, untuk dirinya sendiri, tapi mendengar suara gedebuk kencang dari arah kamar tempat Regal terlelap, membuatnya berpikir untuk sekalian mengajari anak itu juga.

"Sakit, sayang?" Tidak tega melihat iris madu itu berkaca-kaca, Gavin membantunya berdiri.

"Yang~"

Sebelum semakin gila karena mendengar panggilan itu lagi, Gavin menggigit bibir, lantas mengalungkan lengan Regal pada lehernya. "Iyaa, lain kali harus lebih hati-hati. Cara jalan yang bener tuh kek gini, loh." Pemuda itu memapah Regal untuk dibawa ke ruang tengah. Regal didudukkan di karpet tebal, menghadap meja ruang tengah.

"Laper gak?" Tanya Gavin saat ekor matanya menangkap pergerakan Regal yang hampir menangis lagi.

Gavin membuka snack terdekat, keripik kentang rasa honey butter. Mengecap untuk yang kesekian kali, rasanya seperti ditarik kembali saat kelas 11 dimana namanya tercatat dalam siswa yang terlampau sering pergi ke UKS demi membolos dan mengemil diam-diam.

"Meow," seperti kebiasaan alami kucing yang selalu mengendus barang ataupun makanan di sekitarnya dulu, baru setelah itu dijilat kecil; Regal melakukan hal serupa.

"Enak, tau. Anggep aja dry food baru." Sahut Gavin seraya menyodorkan potongan tipis itu. Tidak, tidak disuapi, namun mendekatkan keripik itu ke tangan kanan Regal. Sedangkan tangannya yang lain ia genggam di bawah.

"Lagian lo udah jadi manusia, kayaknya gak papa makan beginian." Gavin bergumam.

Percobaan pertama, gagal. Jemari lentik itu terus saja menjatuhkannya, membuat beberapa remahan mengotori meja.

LOVE BITES || Kim Gyuvin × RickyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang