03

2.6K 286 14
                                    

Gavin terbangun pukul dua dini hari. Kepalanya kepalang berat, sementara tubuhnya sakit semua. Pemuda itu baru menyadari bahwa dirinya terlelap di sofa saat pergerakannya terbatas dan kaki panjangnya menyentuh inside arm.

Mungkin Harsha yang menggotongnya? Entah. Gavin juga tak memedulikan meja ruang tengah yang telah rapi tanpa menyisakan sedikitpun noda, seperti ia yang melupakan kenyataan bahwa kucingnya sendirian di kamar sejak beberapa jam lalu.

Dengan langkah gontai, telapak kaki pucat itu menyentuh dinginnya lantai yang membawanya memasuki kamar.

Ia tidak sepenuhnya sadar, hanya melirik sekilas pada buntalan bulu yang mengintip di balik duvet, lalu menariknya ke dalam dekapan hangat.

Ia tidak sepenuhnya sadar, hanya melirik sekilas pada buntalan bulu yang mengintip di balik duvet, lalu menariknya ke dalam dekapan hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedangkan Regal menguap sebentar dan melanjutkan tidurnya, Gavin ambruk menindih dan menggigit leher kucing itu gemas.

_______

Gavin merupakan salah satu orang yang mudah terbangun di pagi hari. Ia tidak pernah mengatur alarm dengan dering sekalipun, bahkan hanya sebuah getaran halus dari sebuah notifikasi sudah cukup membantunya untuk membuka mata.

Dan seharusnya yang kini pemuda itu rasakan adalah bulu kucing yang lembut, halus, dan wangi shampoo strawberry. Atau setidaknya hangat tubuh hewan mamalia mungil itu.

Entah mengapa, rasanya sangat jauh berbeda.

Tadinya Gavin kira ia berhalusinasi, efek dari mabuk, saat melihat seseorang dalam pelukannya. Soalnya dari awal yang ia peluk hanya Regal, kucing persianya.

Dua detik setelah nyawa terkumpul sepenuhnya, Gavin menemukan tubuhnya diatas lelaki bersurai putih yang polos tanpa mengenakan pakaian sama sekali.

Gavin hampir menangis kelimpungan.

Tidak ada Regal, kucing persia putih miliknya yang seingatnya anteng dalam dekapan tadi malam. Pagi ini hanya ada seorang manusia dengan kulit putih bak porselen yang halus, bibir ranum kemerahan, dan bulu mata cantiknya yang jatuh terpejam.

Indah sekali. Eh?

Gavin menahan napas. Menggigit bibirnya rapat-rapat agar si surai putih tak terusik akan pergerakannya yang tengah menjauhkan diri dengan terburu.

Rasa pusing yang seharusnya ia rasakan dari hangover dan bangun secara tiba-tiba dikalahkan dengan keterkejutannya sendiri.

Otak kecilnya terus menyusun kemungkinan-kemungkinan masuk akal serta alasan dibalik keberadaan orang itu dalam kamarnya. Tanpa busana, pula!

Namun kabar baiknya, si manusia asing ini masih terlelap. Bagus, Gavin gak harus dibuat kelabakan kalau sampai dia bangun dan langsung meminta pertanggungjawaban.

Tungkai kaki itu mengendap keluar kamar, pikirannya hanya tertuju pada Harsha yang kemarin sempat menyelipkan beberapa kondom dan mengidekan minum alkohol.

LOVE BITES || Kim Gyuvin × RickyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang