06

1.4K 152 37
                                    

Jika ada yang lebih Zhoandara sukai dibandingkan alat musik biola, pasti pekerjaannya. Bukan, bukan sebagai Receptionist di luxury hotel, melainkan model dari salah satu brand perhiasan ternama dan juga influencer muda yang akrab pada aplikasi Instagram.

Ia suka berpose di depan kamera, memamerkan betapa sempurnanya wajah kecil, badan ramping, serta tangannya yang mulus itu. Hadiah dari Tuhan yang tak pernah absen Zhoa syukuri.

Mata bulat sayu itu memonitor dirinya sendiri, nampak puas pada hasil pemotretan kali ini.

"I'm so pretty. You're going to die, right?" Candanya pada staff di sana yang terus-terusan memuji. Setelah berbasi-basi singkat dan pamit pulang, Zhoa melangkahkan kaki sambil menyedot latte.

Harsha pasti telah menunggu di sana. Siaga satu menjemput kekasihnya jika pulang menjelang tengah hari seperti saat ini.

Tidak ada sapaan atau pertanyaan tentang bagaimana hari Zhoa berjalan dari pagi sampai sekarang. Sebab sepersekon saat mata tajam Harsha menemukan kekasih cantiknya, tubuhnya bergerak untuk menarik yang lebih kecil dalam rengkuhan hangat.

"Kangen kamu," Hanbin berbisik lembut di telinga sebelah kiri Zhoa. Hembusan napas yang terasa dingin itu malah membuat yang diterpa memerah panas.

Zhoa menetralkan mimik wajahnya. "Pak Harsha, peluknya dilanjut nanti aja. Di mobil." Jujur saja, ia sedang menahan malu mati-matian saat berucap begitu.

Belum ada balasan apapun sampai lelaki yang badannya lebih besar itu menjauhkan tubuh. Salah satu tangannya masih bertengger di pinggang, sementara yang lain menangkup pipi gembil milik Zhoa.

"Kalau sama kamu, aku maunya setiap detik, setiap waktu, dan di semua tempat." Ibu jarinya mengelus pipi, tapi matanya yang kian menggelap malah lurus menatap bibir Zhoa tanpa kedip.

"Saya masih malu kita ke-gep Gavin pagi tadi."

Tawa renyah dari Harsha adalah suara terakhir yang keluar sebelum lanjut menggandeng tangan kekasihnya menuju mobil.

Ia membuka pintu untuk passenger prince-nya. "Balik ke apart aku lagi, kan?" Tanyanya dan dijawab oleh anggukan kecil dari Zhoa.

Memangnya mau bagaimana? Dia menolakpun Harsha bakalan memaksa atau merengek seperti bayi besar. Ledekan dari Gavin dan teman kerjanya yang lain di esok hari mari pikirkan nanti. Zhoa lelah sekali, ingin segera mandi dan beristirahat.

"Nanti kalau ada telepon liat dulu itu ponselnya siapa, ya, Pak. Jangan sampe ketuker!" Kepala Zhoa menyembul dari balik pintu kamar mandi.

Yang diajak bicara terkekeh, "Harusnya aku yang bilang gitu ke kamu dong, ay."

Zhoa mencibir sebelum hilang disusul suara percikan air dari dalam sana.

Air hangat benar-benar membuat rasa lelahnya menguap. Zhoa ingin lebih lama di sana. Memikirkan segala hal yang belakangan ini memenuhi kepala.

Apakah hidupnya sudah benar?

Apakah ia berdosa karena menjalin hubungan dengan Harsha?

Zhoa mengerang. Keluarganya yang berasal dari negeri tirai bambu itu tentu tidak akan mempermasalahkan orientasi seksualnya, tetapi berbeda dengan Harsha yang Papanya melarang keras hubungan sesama jenis tersebut. Lelaki manis itu sama sekali tidak ingin melihat pertikaian antarkeluarga dan kekerasan fisik yang Harsha dapatkan untuk kali kedua.

Jadi, apa boleh bila hubungan mereka terus berlanjut? Dengan begini, justru akan membuat pacarnya itu kian tersakiti, kan?

Zhoa ingin lebih membatasi diri, namun Harsha selalu punya berbagai cara untuk membuatnya kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE BITES || Kim Gyuvin × RickyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang